Kami masuk ke ruang utama tempat kami duduk santai dan bersantap selama sekitar 3 jam nanti. Ruangan ini lebih antik dengan pintu berukir khas Tiongkok. Ada beberapa patung yang menarik di sini seperti patung Raja Kertanegara berbentuk Jokodolok. juga ada  patung Buddha koleksi raja gula Oei Tiong Hiam. Selain itu dinding dan langit langit ruangan dihiasi batang daun dan ranting pohon yang sudah diawetkan. Rupanya karena bangunan ini lama tidak digunakan, pepohonan tumbuh liar dan seakan membelit dinding bangunan. Ketika direnovasi pepohonan itu dibiarkan saja seperti candi candi di Angkor.
Kami mulai memesan berbagai makanan dan minuman. Sementara menunggu ternyata masih banyak ruangan dan tempat menarik lain untuk dinikmati.
Di ruangan bagian dalam, ada patung Buddha peninggalan Residen Van Der Jagt, sebuah artefak unik yang melengkapi nuansa Peranakan dan Tionghoa di ruangan sebelahnya lagi.
Di dekat patung Buddha ini ada foto lama ukuran besar menunjukkan residen van Der  Jagt  dan patung Buddha tersebut.
"Resident Van der Jagt en de Dyani Boeddha in de tuin van de residentwoning," demikian tulisan  dalam bahasa Belanda yang berarti Residen Van der Jagt dan Patung Buddha Dyani di taman kediaman residen, ada di sudut foto. Di sudut lagi ada foto Samson et Delilah dan keterangan dalam bahasa Perancis.
Di bagian dalam Nasuha da lagi ruangan dengan dekorasi  khas Tionghoa dan Jawa yang tidak kalah cantik dan antik. Â
Ada tiang besar warna biru, lukisan dan perabotan tua yang menegaskan warisan perpaduan budaya di Nusantara.
Juga ada ruang terbuka dengan kolam dan air mancur dengan pilar besar gaya Eropa dan hiasan patung gaya India dan Asia Tenggara. Ada deretan dekorasi relief bergambar singa khas Eropa.
Kami kembali ke ruangan dan saya kebetulan  duduk di meja  berlima bersama dua Lolita, Joseph, dan Nindya. Sambul menikmati menu yang menggugah selera kami mengobrol dengan santai. Di meja lain Mbak Ira duduk berdelapan dengan teman-teman lain.
Babah Koffie adalah bagian dari Tugu Hotels & Restaurants Group, yang didirikan oleh Anhar Setjadibrata, seorang kolektor seni ternama. Hotel dan restoran Tugu dikenal karena menghidupkan kembali warisan seni dan budaya Indonesia di setiap lokasinya.
Bangunan yang kini menjadi bagian dari Tugu Group memiliki sejarah panjang. Dahulu, properti yang sekarang menjadi hotel di sebelah resto dan Cafeini dikenal sebagai Forbidden House of Batavia, milik Oey Tiong Ham, seorang pengusaha terkenal yang dijuluki "Raja Gula dari Asia Tenggara". Oey Tiong Ham adalah tokoh besar pada era kolonial yang memiliki kekayaan melimpah, namun kehidupannya juga penuh dengan kontroversi, yang membuat properti ini menyimpan banyak cerita menarik.
Tugu Group mengambil alih bangunan ini dan menghidupkannya kembali dengan konsep yang menghormati warisan sejarah, sambil memberikan sentuhan seni khas Tugu yang ikonik.