Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nissem Joseph Dawood, Orang Yahudi yang Menerjemahkan Al-Quran

24 November 2024   15:26 Diperbarui: 24 November 2024   15:26 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nessim Joseph Dawood: Sang Penerjemah yang Menghubungkan Dunia Timur dan Barat
Ketika kita berbicara tentang penerjemahan, kebanyakan orang mungkin hanya memikirkan proses memindahkan kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lain.

 Namun bagaimana jika yang diterjemahkan adalah sebuah  kitab suci? Tentunya tidak semudah menerjenahkan  berita hasil pertandingan sepakbola antara Indonesia dan Arab Saudi.

Di Indonesia kebanyakan ummat Islam membaca Al-Quran langsung dalam bahasa aslinya.  Namun karena tidak semua menguasai bahasa Arab klasik, tentu saja untuk memahaminya, kita juga perlu membaca kuta terjemahan ditambah dengan kitab tafsirnya. Tentu saja asa beberapa versi terjemahan dan tafsir.

Bagaimana dengan di dunia internasional? Barangkali kita jarang mengetahui bahwa salah satu penerjemah Al-Quran ke versi bahasa Inggris yang paling populer adalah N.J Dawood, seorang Yahudi asal Irak. Siapakah dia? Mari kita kupas lebih lanjut.

Al-Quran terjemahan Dawood: penguin 
Al-Quran terjemahan Dawood: penguin 

Nama Dawood mungkin kurang dikenal di Indonesia, tetapi kiprahnya dalam dunia penerjemahan, khususnya Al-Qur'an dan sastra Arab klasik, telah menciptakan pengaruh global yang luar biasa. Bahkan kitab Al-Quran terjemahannya dalam bahasa Inggris adalah yang paling populer sepanjang masa dan telah dicetak ulang dan direvisi puluhan kali.
Bagi Nessim Joseph Dawood, demikian nama lengkapnya , penerjemahan adalah seni yang lebih dalam---sebuah cara untuk menjembatani budaya, menyatukan perspektif, dan menyampaikan keindahan bahasa.

Nessim Joseph Dawood lahir pada tahun 1927 di Baghdad, Irak, dalam komunitas Yahudi yang telah lama menjadi bagian integral dari masyarakat Irak. Sejak kecil, ia telah akrab dengan bahasa Arab klasik---bahasa yang penuh irama, metafora, dan keindahan puitis.  

Di masa kecil dan remaja Dawood, hubungan antara etnis Yahudi dan Arab di Irak sangatlah harmonis. Kedua nya dapat hidup berdampingan dengan damai.

Namun, perjalanan hidup membawanya meninggalkan Irak dan menetap di Inggris, di mana ia melanjutkan pendidikan di University of London. Di sanalah ia menemukan panggilan hidupnya: memperkenalkan kekayaan sastra Arab kepada dunia Barat.

Terjemahan Al-Qur'an yang Berbeda
Dawood menjadi terkenal karena terjemahannya atas Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris. Berbeda dengan banyak terjemahan lain yang sangat literal, Dawood mengambil pendekatan sastra. Ia tidak hanya ingin menerjemahkan kata-kata, tetapi juga menyampaikan keindahan ritme dan makna mendalam dari teks aslinya.

Karya ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh Penguin Classics dan sejak itu terus diperbarui. Terjemahan Dawood menjadi salah satu versi yang paling banyak dibaca di dunia Barat, terutama di kalangan pembaca non-Muslim.

Namun, Dawood tidak melihat Al-Qur'an hanya sebagai teks agama. Baginya, Al-Qur'an adalah juga karya sastra yang luar biasa, dengan keindahan yang harus dihormati dan dirayakan.

Bagi pembaca di dunia Barat yang penuh ingin tahu tentang Islam dan Al-Quran,  kitab terjemahannya lebih mudah dicerna dibandingkan terjemahan yang literal dan bersifat religius. 

Karena bahasa yang digunakan demikian indah maka banyak yang tertarik membacanya dan bahkan, menurut kesaksian istrinya setelah beliau meninggal, banyak juga dari pembaca nya yang kemudian menjadi mualaf.


Selain Al-Qur'an, Dawood juga menerjemahkan bagian dari The Thousand and One Nights (Seribu Satu Malam), salah satu kumpulan cerita paling terkenal dari dunia Arab. Kisah-kisah seperti Sinbad the Sailor, Aladdin, dan Ali Baba and the Forty Thieves dihidupkan kembali melalui terjemahannya, menjadikannya lebih menarik bagi pembaca Barat.

Bukan itu saja, Dawood juga pernah menerjemahkan salah satu kitab mahakarya dalam dunia Islam, yaitu Muqadimah, karangan Ibnu Khaldun yang sangat fenomenal itu.

Pendekatan Dawood di sini sama seperti pada terjemahan Al-Qur'an: menjaga keindahan dan nuansa cerita asli sembari membuatnya relevan bagi audiens modern.


Meskipun Dawood sangat menghormati Islam dan Al-Qur'an, ia tidak pernah berpindah agama. Ia tetap setia pada keyakinannya sebagai seorang Yahudi. 

Keputusannya ini mungkin didasarkan pada rasa bangga akan warisan budayanya sendiri, sekaligus kepercayaannya bahwa seseorang dapat menghormati agama lain tanpa harus meninggalkan keyakinannya.

Dawood menunjukkan bahwa penerjemahan lintas agama dan budaya adalah tentang membangun jembatan, bukan menggantikan identitas seseorang.

Di Indonesia, penerjemahan sering dilihat sebagai alat untuk memahami teks keagamaan atau budaya asing. Dawood mengajarkan kita bahwa penerjemahan adalah seni yang bisa menyatukan perbedaan. Dengan menghargai teks asli dan audiens pembaca, ia berhasil membawa keindahan sastra Arab ke panggung global.

Dawood juga menjadi contoh bahwa toleransi bisa diwujudkan melalui kata-kata. Ia menunjukkan bahwa meskipun berbeda agama dan budaya, manusia bisa saling memahami dan menghormati.
Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia tentu bisa mengambil pelajaran dari kisah Dawood.

 Karyanya menunjukkan bahwa sastra, bahasa, dan agama memiliki daya untuk menyatukan, bukan memisahkan.

Selain itu, kiprah Dawood dapat menginspirasi penerjemah Indonesia untuk menjembatani budaya kita dengan dunia luar. Bayangkan jika kisah klasik Indonesia, seperti Babad Tanah Jawi atau Serat Centhini, diterjemahkan dengan pendekatan sastra seperti yang dilakukan Dawood.

Nessim Joseph Dawood adalah lebih dari sekadar penerjemah. Ia adalah seorang penjembatan budaya, seseorang yang melihat bahasa sebagai alat untuk menciptakan harmoni di dunia yang penuh perbedaan.

Dengan mengenal kisahnya, kita belajar bahwa menghormati keindahan bahasa dan budaya lain adalah langkah pertama menuju saling pengertian. Dan di dunia yang semakin global ini, pelajaran dari Dawood menjadi lebih relevan dari sebelumnya.

Walaupun begitu, sebagai non muslim yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Inggris, tentu saja ada  suara sumbang yang mengomentari bahwa ada ayat-ayat yang ditambahkan atau dikurangi maknanya.  

Untuk mengkonfirmasi hal ini, tentunya ada baiknya kita membaca kembali baik Al-Quran versi asli salam bahasa Arab klasik dan membandingkannya dengan terjemahkan Dawood.
Selamat membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun