Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesan Perdamaian dari Museum Bom Atom Nagasaki

22 November 2024   14:23 Diperbarui: 22 November 2024   14:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, jalan-jalan  di Nagasaki dimulai dengan naik trem dari halte Oura Cathedral yang jaraknya tidak jauh dari hotel.

Tujuan  utama kunjungan ke Nagasaki adalah ke Museum Bom Atom dan Peace Park, sebuah tempat yang menyimpan jejak pilu tragedi kemanusiaan , namun sekaligus mengajarkan harapan untuk perdamaian. Kunjungan ini akan melengkapi lawatan kami ke tempat serupa di Hiroshima sekitar 8 tahun lalu.

Nagasaki Denki (trem) : dokopri
Nagasaki Denki (trem) : dokopri

Berbekal tiket trem one day dan peta kota, sangat mudah menuju ke tempat ini. Cukup naik Nagasaki Denki no 5 arah Hotarujaya dan  pindah trem no 1 arah Akasako.  Trem ini melewati pusat kota Nagasaki termasuk stasiun tempat kami turun shinkansen tadi.  Setelah beberapa halte trem tiba di  halte Atomic Bom Museum.  

St Paul Street: dokpri
St Paul Street: dokpri

Dari sini, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki beberapa ratus meter menuju museum. Walau tidak jauh, tetapi terasa lumayan menguras keringat karena jalannya sedikit mendaki.

Gedung sepanjang jalan: dokpri
Gedung sepanjang jalan: dokpri

Kebetulan suasana di jalan lumayan sepi dan saya melihat banyak gedung -gedung tua di kedua tepi jalan.  Setelah sampai di pertigaan ada sebuah patung perunggu yang sekilas mirip dengan patung Mesir kuno.  

Tugu St. paul dan Nagasaki: dokpri
Tugu St. paul dan Nagasaki: dokpri

Setelah didekati ada papan keterangan yang menjelaskan bahwa patung ini bernama Vision of Peace dan merupakan lambang persahabatan antara kota  Nagasaki dan St.Paul di Minnesota, Amerika Serikat. Keduanya memiliki status sebagai sister city sejak 1955.

Memorial Hall: dokpri
Memorial Hall: dokpri

Kami terus berjalan dan sampai di sebuah gedung dengan halaman yang luas. Di depannya ada papan nama bertuliskan "Nagasaki National Peace Memorial Hall for Atomic Bomb Victims, ". 

Patung emas: dokpri
Patung emas: dokpri

Di halamannya juga sebuah monumen patung dengan warna emas yang berbentuk seorang lelaki di bagian paling atas dan empat orang anak serta burung merpati yang melambangkan perdamaian.  Sungguh terasa suasana yang sakral dan sedikit mencekam di kawasan ini, terutama karena atmosfernya yang sepi dan hening.

Di sudut kiri ada pintu masuk menuju ke museum. Memasuki ruangan semburan sejuk pendingin udara memberikan kesegaran tersendiri, terutama dibandingkan udara luar yang panas membara di awal Agustus di Nagasaki.  Bulan yang penuh sejarah jatuhnya bom atom 79 tahun lalu.

Di ruangan ini terdapat beberapa vending machine yang menyediakan berbagai minuman dingin.  Saya sempat membeli jus seharga 130 Yen.  Ah jadi ingat harga harga di Jepang  relatif  stabil karena lebih 35 tahun lalu harga minuman di vending machine sekitar 100 Yen.  
Di sini, ternyata ada kursi roda yang bisa kita pinjam dengan asas kepercayaan saja. Tinggal ambil dan pakai.

Kami memasuki lorong di sebelah kirim kemudian naik lift menuju beranda dan lobi museum. Di sini kami membeli tiket masuk seharga 200 Yen saja.  

Ruang pertama di dalam museum memberikan kesan suram dengan suasana temaram. Suasana hati pun berubah drastis. Dari ketenangan di luar, kini saya disambut dengan keheningan bernuansa muram. Interior museum dirancang dengan pencahayaan redup, menciptakan atmosfer yang reflektif.

Pesan perdamaian dari Nagasaki: dokpri
Pesan perdamaian dari Nagasaki: dokpri

Sebuah tulisan di dinding dalam bahasa Jepang dan terjemahannya dalam 10 bahasa internasional lain seperti Inggris, Cina, Korea, Perancis, Rusia, Arab, Portugis, Belanda, Spanyol dan Jerman memberikan pesan perdamaian yang mengharukan. 

"Nagasaki must be the last place exposed to an Atomic bomb," demikian terjemahan nya dalam bahasa Inggris.  Sayang tidak ada  terjemahan dalam bahasa Indonesia.

Jam 11.02 : dokpri
Jam 11.02 : dokpri

Di sini saya juga melihat sebuah jam dinding yang berhenti pada pukul 11.02, tepat waktu ketika bom atom dijatuhkan di langit Nagasaki pada 9 Agustus 1944 lalu. Pada keterangannya tertulis jika jam ini ditemukan di sebuah rumah di dekat Kuil Shinto di kawasan Sakamoto machi, 800 meter dari hiposentrum atau pusat ledakan bom.

Pada bagian lain juga dipamerkan replika bagian Katedral Urikami, gereja Katolik terbesar di Nagasaki yang luluh lantak akibat bom atom. Fakta ini mengungkap bahwa Nagasaki merupakan kota yang paling banyak memiliki penganut  Katolik di seantero Jepang. Bahkan konon bom atom ini juga jatuh di kawasan yang paling banyak penduduk yang beragama Katolik. Hal ini tidak mengherankan karena dalam sejarahnya Nagasaki merupakan pelabuhan yang menjadi pintu masuk Jepang buat orang-orang Eropa.

Fatman: dokpri
Fatman: dokpri

Di salah satu sudut museum, pengunjung  juga langsung disuguhi replika bom atom "Fat Man", bom yang dijatuhkan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Ukuran dan bentuknya sederhana, hampir tidak bisa dipercaya bahwa benda ini mampu menciptakan kehancuran sebesar itu. Rasanya seperti berdiri di hadapan simbol paling mengerikan dari kehancuran manusia. Di sini saya juga belajar bahwa bom atom ini ternyata memiliki unsur plutonium 238, berbeda dengan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima yang memiliki unsur Uranium 235.
selain melihat replika bom atom, kita juga dapat mengetahui kilasan sejarah detik detik sebelum bom atom dijatuhkan. Bagaimana sebenarnya bukan Nagasaki yang dijadikan sasaran utama, melainkan Kokura, tetapi karena cuaca maka pilot memutuskan untuk menjatuhkan bom di Nagasaki sebagai alternatif.

Piramida terbalik : dokpri
Piramida terbalik : dokpri

Di bagian tengah ruangan, ada sebuah piramida terbalik yang dihiasi foto tokoh-tokoh pada saat sebelum dan sesudah perang dunia II yang memainkan peranan penting hingga jatuhnya bom atom di Nagasaki. Ada Albert Einstein, Harry Truman, Stalin, Winston Churchil dan juga Franklin Roosevelt.

Di dekatnya juga ada pameran mengenai perkembangan senjata nuklir di dunia internasional sejak Perang Dunia II, termasuk negara negara mana saja yang memiliki senjata  nuklir dan jumlah peluru kendalinya. Selain Amerika Serikat, juga ada Rusia, Cina, Inggris, Perancis, bahkan Pakistan,India, Israel  dan juga Korea Utara.  Ini merefleksikan kekhawatiran akan timbulnya bencana nuklir di masa depan yang pasti jauh lebih mengerikan dibandingkan yang terjadi di Nagasaki.

Masih banyak lagi yang bisa disaksikan di museum ini seperti artefak benda benda akibat bom berupa botol yang terbakar, uang logam yang meleleh, benda benda pribadi para korban. Juga ada ruang khusus kesaksian para penyintas (hibakusha) berupa rekaman suara dan video yang sangat menyentuh jiwa dan berharap semoga tragedi ini tidak akan terjadi lagi.
Salah satu  kisah yang yang menggugah jiwa adalah pameran mengenai dokter Takashi Nagai, salah seorang penyintas bom atom Nagasaki yang  kehilangan keluarganya saat tragedi itu, namun dengan penuh pengabdian banyak membantu para korban dan kemudian melakukan banyak riset untuk pengobatan akibat radiasi bom atom. Beliau sendiri akhirnya meninggal akibat radiasi dan leukemia pada 1951.
Masih banyak lagi yang dapat disaksikan di museum ini. Tetapi tidak terasa sudah hampir dua jam kami berada di sini. Tiba waktunya untuk mengunjungi tempat yang tidak kalah menarik yaitu Peace Park.
Karena itu kami kembali ke ruangan yang banyak vending machine untuk mengembalikan kursi roda dan setelah itu berjalan kembali menuju ke halte trem.  
Sampai jumpa dengan kisah dari Peace Park Nagasaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun