Kami terus berjalan dan sampai di sebuah gedung dengan halaman yang luas. Di depannya ada papan nama bertuliskan "Nagasaki National Peace Memorial Hall for Atomic Bomb Victims, ".Â
Di halamannya juga sebuah monumen patung dengan warna emas yang berbentuk seorang lelaki di bagian paling atas dan empat orang anak serta burung merpati yang melambangkan perdamaian. Â Sungguh terasa suasana yang sakral dan sedikit mencekam di kawasan ini, terutama karena atmosfernya yang sepi dan hening.
Di sudut kiri ada pintu masuk menuju ke museum. Memasuki ruangan semburan sejuk pendingin udara memberikan kesegaran tersendiri, terutama dibandingkan udara luar yang panas membara di awal Agustus di Nagasaki. Â Bulan yang penuh sejarah jatuhnya bom atom 79 tahun lalu.
Di ruangan ini terdapat beberapa vending machine yang menyediakan berbagai minuman dingin.  Saya sempat membeli jus seharga 130 Yen.  Ah jadi ingat harga harga di Jepang  relatif  stabil karena lebih 35 tahun lalu harga minuman di vending machine sekitar 100 Yen. Â
Di sini, ternyata ada kursi roda yang bisa kita pinjam dengan asas kepercayaan saja. Tinggal ambil dan pakai.
Kami memasuki lorong di sebelah kirim kemudian naik lift menuju beranda dan lobi museum. Di sini kami membeli tiket masuk seharga 200 Yen saja. Â
Ruang pertama di dalam museum memberikan kesan suram dengan suasana temaram. Suasana hati pun berubah drastis. Dari ketenangan di luar, kini saya disambut dengan keheningan bernuansa muram. Interior museum dirancang dengan pencahayaan redup, menciptakan atmosfer yang reflektif.
Sebuah tulisan di dinding dalam bahasa Jepang dan terjemahannya dalam 10 bahasa internasional lain seperti Inggris, Cina, Korea, Perancis, Rusia, Arab, Portugis, Belanda, Spanyol dan Jerman memberikan pesan perdamaian yang mengharukan.Â
"Nagasaki must be the last place exposed to an Atomic bomb," demikian terjemahan nya dalam bahasa Inggris.  Sayang tidak ada  terjemahan dalam bahasa Indonesia.