Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jangan Terjebak dalam Filter Bubble dan Echo Chamber

30 Oktober 2024   05:51 Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Echo Chamber: oshonews


Di era digital yang semakin maju, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, memengaruhi cara kita berinteraksi, mengakses informasi, dan berkomunikasi. Namun, di balik manfaat ini, terdapat fenomena yang mulai meresahkan: filter bubble dan echo chamber. Dua konsep ini dapat membatasi pandangan kita, mempersempit cakrawala informasi, dan memperkuat bias, baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Apa Itu Filter Bubble?

Filter bubble adalah situasi di mana individu hanya mendapatkan informasi dan konten yang disesuaikan dengan preferensi, minat, dan perilaku mereka. Filter bubble ini terjadi karena algoritma yang digunakan oleh platform seperti Google, Facebook, dan Instagram menyesuaikan konten yang kita lihat berdasarkan data pribadi kita, seperti riwayat pencarian, likes, dan interaksi lainnya.

Eli Pariser, seorang aktivis dan penulis, pertama kali mencetuskan istilah "filter bubble" dalam bukunya The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You pada tahun 2011. Menurut Pariser, filter bubble membuat pengguna terjebak dalam "gelembung informasi," yang membuat mereka hanya melihat konten yang sesuai dengan pandangan dan keyakinan mereka.

Baca juga: Pagi di Borobudur

Bagaimana Filter Bubble Terjadi?

Filter bubble terbentuk ketika algoritma media sosial atau mesin pencari secara otomatis menyaring konten yang dianggap relevan bagi pengguna. Tujuannya adalah memberikan pengalaman yang lebih menarik, namun tanpa disadari, pengguna justru tidak mendapatkan informasi yang beragam. Dengan kata lain, kita hanya akan melihat hal-hal yang "ingin kita lihat" berdasarkan rekam jejak interaksi kita di platform tersebut.

Misalnya, jika seorang pengguna cenderung menyukai artikel politik dari sudut pandang tertentu, maka algoritma akan terus menampilkan artikel serupa, dan mengabaikan pandangan alternatif. Akibatnya, pengguna jarang terpapar sudut pandang yang berbeda.

Dampak Filter Bubble

Filter bubble dapat menimbulkan beberapa dampak negatif:

1.Mengurangi Keanekaragaman Informasi: Dengan terbatasnya konten yang kita lihat, kita kehilangan peluang untuk mempelajari pandangan berbeda.
2.Menguatkan Bias dan Persepsi Pribadi: Ketika hanya terpapar pada informasi yang sejalan dengan pandangan kita, kita cenderung menjadi lebih yakin akan pendapat kita dan tidak mudah menerima perbedaan.
3.Menghambat Inovasi: Dalam dunia kerja, filter bubble bisa menghambat kreativitas dan inovasi karena ide-ide yang baru atau berbeda tidak muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun