Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Amir Timur di Antara Kita dan Mereka

23 Oktober 2024   13:20 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Patung Berkuda Amir Timur: dok pri

Pagi kembali merekah di Tashkent, dan setelah makan pagi, saya kembali bersiap-siap untuk menjelajah kota ini.


Tempat pertama yang saya sambangi adalah Amir Timur Square yang ada tepat di depan hotel Uzbekistan. Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke sini termasuk dalam kunjungan pertama tahun lalu. bahkan dari kamar saya di lantai 14, saya bisa menikmati keindahan taman atau lapangan lengkap dengan patung  Amir Timur yang sedang menunggang kuda.

Interior Hotek Uzbekistan: dokpri
Interior Hotek Uzbekistan: dokpri

Kali Ini saya berjanji akan menikmatinya lebih lama dan mendalam sekaligus menelaah lebih rinci akan sejarah lapangan dan juga tokoh yang sekarang menjadi simbol kebanggaan rakyat Uzbekistan.


Dengan menyusuri lorong bawah tanah yang menuju stasiun metro saya bisa keluar langsung di lapangan Amir Timur. Sang mentari pagi menyinari dengan lembut ketika saya berjalan di antara pepohonan, jalan setapak kursi santai di tengah alun-alun dengan tujuan Patung Amir Timur.

Amir Timur Square merupakan salah satu alun-alun paling ikonik di Tashkent.  Saya berjalan kian mendekat menuju patung Amir Timur yang menunggang kuda.

Sebuah. monumen yang mencerminkan keagungannya  sebagai seorang penakluk Patung ini begitu ikonik, dengan Amir Timur digambarkan memegang kendali kuda dengan satu tangan, dan tangan lainnya terangkat seolah sedang memberi komando, sebagai lambang  kepemimpinannya yang tak tertandingi.

Hotel Uzbekistan: dokpri
Hotel Uzbekistan: dokpri


Sambil berjalan santai di sekitar alun-alun, saya melihat banyak keluarga dan anak-anak yang bermain di taman sekitar, sementara pasangan muda duduk santai di bangku-bangku, menikmati suasana. 

Alun-alun ini, meski megah, memberikan kesan damai dan terbuka. Ia seakan mengucapkan selamat datang bagi siapa saja. Suasana ini membuat saya semakin penasaran dengan kisah Amir Timur yang menghiasi sejarah Uzbekistan. Sebagian merupakan fakta sejarah, tidak sedikit pula yang merupakan mitos dan legenda.

Amir Timur Square di pertama kali dibangun pada tahun 1882, pada masa Kekaisaran Rusia. Awalnya, alun-alun ini dinamai Konstantinovsky Square, sesuai nama Grand Duke Konstantin Nikolayevich, seorang anggota keluarga kerajaan Rusia. Alun-alun ini menjadi tempat penting di Tashkent dan merupakan bagian dari rencana kota modern yang mulai berkembang pada masa kekaisaran  Rusia.

Amir Timur Square: doktrin
Amir Timur Square: doktrin


Pada 1917, setelah Revolusi Bolshevik dan terbentuknya Uni Soviet, namanya diubah menjadi Revolution Square (Alun-Alun Revolusi) untuk mencerminkan ideologi Soviet yang baru. 

Setelah Uni Soviet  bubar dan kemudian Uzbekistan meraih kemerdekaan pada tahun 1991, pemerintah Uzbekistan memutuskan untuk mengubah nama alun-alun ini menjadi Amir Timur Square pada tahun 1993. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperkuat identitas nasional Uzbekistan dan menghormati Amir Timur sebagai pahlawan nasional.

Patung Amir Timur yang menunggang kuda, pun didirikan pada saat itu untuk menggantikan patung Lenin yang sebelumnya berdiri di sana. Sejak saat itu, Amir Timur Square menjadi salah satu simbol penting di Tashkent yang menggambarkan kegemilangan  sejarah  Uzbekistan.

 Suasana taman: dokpro
 Suasana taman: dokpro

Sambil duduk di salah satu kursi taman, saya melihat ke gedung-gedung megah yang ada di sekeliling alun-alun ini dan kemudian mencoba kembali membuka lembaran sejarah untuk mengenal lebih dekat tokoh pahlawan Uzbek yang gagah ini, yang mausoleumnya pernah saya kunjungi di Samarkand.

Amir Timur adalah figur sentral dalam sejarah Asia Tengah, seorang penakluk dan pemimpin yang mengubah wajah wilayah ini pada abad ke-14. Di Uzbekistan, ia dipandang sebagai pahlawan nasional, tetapi  sebaliknya di dunia Barat, ia sering dianggap sebagai seorang tiran dan penakluk yang mahakejam.

Amir Timur lahir pada tahun 1336 di daerah yang sekarang menjadi bagian dari Uzbekistan. Ia berasal dari suku Barlas, yang saat itu termasuk dalam kekaisaran Mongol yang luas, peninggalan Genghis Khan. 

Meskipun bukan keturunan langsung dari Genghis Khan, Amir Timur selalu mengaitkan dirinya dengan penguasa besar tersebut, dan selama hidupnya, ia berupaya untuk melanjutkan kejayaan kekaisaran Mongol.

Kisah Amir Timur bukan hanya soal warisan Mongol. Ia adalah seorang pemimpin militer yang luar biasa, yang berhasil membangun kekaisaran besar yang meliputi sebagian besar Asia Tengah, Persia, Kaukasus, hingga ke Anatolia dan India Utara. Di puncak kekuasaannya, kekaisaran Timur mencakup wilayah yang sangat luas, dari Sungai Volga hingga Sungai Indus. Ia dikenal sebagai ahli strategi yang taktis dan pemimpin yang tegas, serta sering kali kejam terhadap musuh-musuhnya.

Bagi  rakyat Uzbekistan, Amir Timur bukan hanya seorang penakluk. Ia adalah pahlawan yang berhasil menyatukan Asia Tengah dan memberikan stabilitas di wilayah yang saat itu penuh dengan perpecahan dan konflik. 

Banyak kebijakan dan proyek infrastruktur besar yang dilakukan di bawah kepemimpinannya, termasuk pembangunan kota Samarkand yang megah, yang dijadikannya sebagai ibu kota kekaisarannya.

Di Uzbekistan, Amir Timur dihormati sebagai pahlawan besar yang menyatukan bangsa dan memberikan kejayaan bagi wilayahnya. Bagi rakyat Uzbek, ia bukan hanya seorang pemimpin militer, tetapi juga simbol dari kekuatan, kebesaran, dan kejayaan bangsa. Kota Samarkand, salah satu kota bersejarah terbesar di Uzbekistan, menjadi bukti nyata dari peninggalan Amir Timur. 

Dengan bangunan-bangunan megah seperti Registan dan Gur-e-Amir, tempat peristirahatan terakhirnya, Samarkand menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan perdagangan di masanya.

Pemerintah Uzbekistan, sejak masa kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tahun 1991, semakin menekankan pentingnya Amir Timur dalam sejarah nasional. Patung dan monumennya menghiasi banyak kota di Uzbekistan, termasuk di Tashkent, Samarkand, dan Shakhrisabz, kota kelahirannya. Bahkan, salah satu penghargaan tertinggi di negara ini dinamakan Ordo Amir Timur. Saya langsung ingat akan Ordo Lenin di era Soviet.

Kebetulan seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun duduk di samping saya dan kami sempat berbincang-bincang dalam bahasa Rusia.  Walau penguasaan saya terbatas, cukup untuk mengerti masjid dan subyek obrolan singkat itu.

Pria Uzbek ini dengan bangga menceritakan bagaimana Amir Timur membawa kejayaan besar bagi wilayah mereka. Bagi mereka, Timur adalah lambang kekuatan dan kejayaan Uzbekistan, seorang pemimpin yang mampu mengubah sejarah dan mengangkat nama bangsa mereka di kancah internasional pada zamannya.

Pada saat yang sama, saya ingat pernah membaca berbagai bahan sejarah yang merupakan pandangan dunia Barat.  

Amir Timur dikenal dan digambarkan dari sudut pandang yang jauh berbeda. Di Eropa dan sebagian Asia, ia dikenal dengan nama Tamerlane, dan sering kali digambarkan sebagai sosok yang kejam dan tiran. Ini disebabkan oleh  metode militernya yang brutal dan kebijakannya yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan ekstrem untuk menundukkan musuh-musuhnya.

Salah satu contoh paling terkenal dari kekejaman Amir Timur terjadi dalam penaklukannya di India. Pada tahun 1398, ia menyerang Delhi. Pasukan Timur menyerbu kota tersebut, dan dalam pertempuran yang brutal, mereka membantai puluhan ribu orang, meninggalkan jejak kehancuran yang mengerikan. Kejadian ini sangat membekas dalam sejarah India dan menyebabkan Timur dikenal sebagai sosok yang ditakuti di sana.

Selain di India, Timur juga terkenal karena tindakannya yang kejam di Persia, Anatolia, dan wilayah Kaukasus. Ia sering kali menggunakan strategi "bumi hangus", menghancurkan kota-kota yang menentangnya dan membantai penduduknya tanpa belas kasihan. Salah satu strategi khasnya adalah membangun menara dari tengkorak manusia sebagai simbol peringatan bagi musuh-musuhnya.

Bagi banyak sejarawan Barat, Amir Timur digambarkan sebagai seorang penakluk yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Kekuasaannya dibangun di atas mayat ribuan orang yang menjadi korban ambisinya untuk memperluas wilayah. 

Tidak berlebihan, Jika Amir Timur sering ditempatkan  dalam kategori yang sama dengan Genghis Khan atau Attila the Hun---sebagai sosok penakluk yang membawa kehancuran di wilayah yang ia taklukkan.

Dengan mengenal Amir Timur dari dua sudut yang berbeda ini saya banyak belajar untuk lebih bijak dalam mempelajari sejarah dan juga menilai tokoh-tokoh besar yang pernah ada. Tidak usah memuja sekaligus tidak usah pula memaki.

Perbedaan pandangan antara Timur sebagai pahlawan di Timur dan tiran di Barat mencerminkan bagaimana sejarah sering kali ditulis oleh pihak yang berbeda-beda. Di Uzbekistan dan Asia Tengah, Timur dipandang sebagai sosok yang membawa stabilitas, menyatukan wilayah yang terpecah-pecah, dan memajukan peradaban. Pembangunan kota Samarkand dan berbagai proyek infrastruktur lainnya menunjukkan sisi lain dari Timur sebagai pemimpin yang visioner.

Namun, di Barat, Timur dilihat dari perspektif korban-korbannya---kota-kota yang dihancurkan dan penduduk yang dibantai. Kekejaman militernya menjadi warisan yang sulit dilupakan oleh mereka yang wilayahnya pernah ditaklukkan oleh Timur.

Kunjungan ke Amir Timur Square memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana sosok Amir Timur dipandang dari sudut pandang yang berbeda. Di satu sisi, ia adalah pahlawan besar yang membawa kejayaan bagi Uzbekistan dan Asia Tengah. Namun, di sisi lain, ia adalah sosok yang ditakuti dan dibenci di Barat karena kekejaman militernya.

Bagi saya, kunjungan ini menjadi pengingat bahwa sejarah selalu memiliki banyak sisi. Amir Timur, seperti banyak tokoh besar lainnya, adalah figur yang kompleks, dan pandangan kita terhadapnya tergantung pada perspektif yang kita ambil. Di Uzbekistan, ia akan selalu menjadi simbol kebesaran dan kejayaan, sementara di Barat, kisah kekejamannya akan terus menjadi bagian dari narasi sejarah yang lebih luas.

Bahkan Julukan "Timur si Pincang" atau "Tamerlane" berasal dari bahasa Persia "Timur-e Lang", yang secara harfiah berarti Timur yang pincang. Nama ini mencerminkan kondisi fisik Amir Timur (Tamerlane), yang diyakini menderita cedera parah pada kaki dan tangannya selama masa mudanya, membuatnya mengalami cacat fisik yang permanen.

Menurut banyak sumber sejarah, Timur memang benar-benar mengalami cacat fisik, khususnya di kakinya, yang membuatnya berjalan pincang. Cedera ini diduga terjadi selama pertempuran atau dalam serangan terhadap wilayah musuh. 

Meskipun kondisi ini mungkin tampak sebagai kelemahan, Timur tetap menjadi salah satu penakluk terbesar dalam sejarah. Kekurangannya secara fisik tidak menghalangi ambisi dan keterampilan militernya, bahkan ia berhasil menguasai wilayah yang sangat luas di Asia Tengah, Persia, dan sebagian India.

Kisah tentang cacat fisiknya sering kali diromantisasi oleh para penulis sejarah sebagai simbol bagaimana Timur mampu mengatasi keterbatasannya untuk mencapai kejayaan yang luar biasa. Meski begitu, cacat fisik ini juga menjadi salah satu alasan mengapa Barat memberikan julukan "Tamerlane," yang merujuk pada kondisi pincangnya.

Sekitar 45 menit saya berada di taman ini dan tiba waktunya untuk menyeberang jalan, menuju sebuah bangunan berbentuk bundar cantik untuk mengenal sejarah Asia Tengah lebih mendalam lagi.

Setidaknya di tempat ini, saya sudah sejenak belajar melihat Amir Timur dari sudut Kita dan Mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun