Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Taman Pesahabatan Uzbek Tiongkok dan Mors, Minuman Khas Negeri Eks-Soviet

10 Oktober 2024   21:27 Diperbarui: 10 Oktober 2024   22:05 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang hari sudah menjelang ketika saya baru saja keluar dari stasiun metro Bodomzor.  Karena sudah tiba waktunya makan siang dan kebetulan di seberang stasiun ada sebuah restoran yang menjual plov, tanpa ragu saya masuk dan memesan masakan nasional Uzbek ini.  

Walau tidak setenar resto yang saya kunjungi tahun lalu di  Central Asia Plov Centre, rasanya tidak kalah nikmat.

Selesai makan, saya mulai menimbang-ninbang kemana tujuan jalan -jalan saya siang ini sebelum kembali ke Hotel Uzbekistan untuk beristirahat.

 Akhirnya saya memilih mampir ke Tashkent Botanical Garden yang letaknya bertetangga dengan Tashkent  Zoo dan saya tinggal sekali naik bus dari halte di depan reato.  Ini berkat petunjuk yang ada di Yandex Map.

 Kebun Raya Tashkent : dokpri
 Kebun Raya Tashkent : dokpri
Tidak berapa lama, bus tiba di halte di depan Tashkent Zoo dan Botanical  Garden.  Pintu gerbang nya dengan tulisan warna hijau dalam bahasa Uzbek Botanika Bogi tampak memanggil untuk
dikunjungi .

Setelah membeli tiket seharga 15 ribu sum saya masuk ke salah satu taman yang cantik dan luas di kota Tashkent.

Tashkent Botanical Garden adalah salah satu ruang terbuka  hijau terbesar dan tertua di ibu kota Uzbekistan . Kota Tashkent sendiri merupakan kita hijau yang banyak memiliki taman cantik dan konon hampir sekitar 30 persen luas kota terdiri dari ruang terbuka.

Kebun Raya Tashkent menawarkan oase yang tenang di tengah keramaian  kota.  Didirikan pada tahun 1950, kebun ini memiliki lebih dari 4.500 spesies tanaman dari berbagai wilayah dunia, menjadikannya tempat yang ideal bagi pecinta alam dan mereka yang mencari ketenangan.

Kebun botani ini terbagi menjadi beberapa zona, termasuk zona flora lokal Asia Tengah, Siberia, Eropa, dan bahkan Amerika Utara. Di setiap zona, Anda bisa menemukan berbagai macam tanaman yang tumbuh di habitat alaminya, termasuk pohon, semak, dan bunga. Kebun ini juga memiliki rumah kaca yang menampilkan tanaman tropis.

Menu : dokpri
Menu : dokpri

Saya masuk ke dalam kebun dan sejenak melupakan panasnya cuaca di Tashkent.  Di sini juga ada gerai yang menjual  makanan dan minuman ringan dengan menu bahasa Uzbek dan Rusia.  

Selain sebagai tempat wisata, Tashkent Botanical Garden juga berfungsi sebagai pusat penelitian botani. Tempat ini populer di kalangan warga lokal yang sering mengunjunginya untuk piknik, jalan-jalan santai, atau sekadar menikmati udara segar.

Taman Persahabatan: dokpri
Taman Persahabatan: dokpri


Di dalam kebun raya ini juga ada Taman Persahabatan Uzbekistan Tiongkok yang dilengkapi dengan paviliun bergaya Tionghoa.  Wah pengaruh Tiongkok memang sudah cukup kental di negeri Asia Tengah ini.  

Taman Persahabatan Uzbekistan-Tiongkok adalah simbol hubungan diplomatik yang erat antara Uzbekistan dan Tiongkok. Taman persahabatan ini penuh  dengan elemen budaya dan arsitektur khas Tiongkok, taman ini memiliki paviliun tradisional, jalan setapak yang indah, serta berbagai jenis tanaman dan bunga yang menciptakan suasana damai.

Setelah sekitar saru setengah jam, tiba waktunya untuk meninggalkan taman ini untuk menuju ke stasiun metro Bodomzor.  Turun dari bus saya tertarik dengan pedagang kaki lima yang menjual minuman khas Asia Tengah.  

Tangki Mors: dokpri
Tangki Mors: dokpri
Minuman ini disimpan dalam tangki besar berwarna kuning. Sekilas bentuknya mirip tangki di kendaraan BBM di Indonesia dan ada keterangan tulisan dalam bahasa Uzbek dengan huruf kiril berikut harganya :  

Untuk Stakan Kicik atau gelas kecil harganya hanya seribu Sum, sedangkan gelas sedang 2000 Sum.  Sedangkan nama minuman ini adalah MORS.

Akhirnya saya memesan minuman yang warnanya coklat tua kemerahan dengan rasa yang campuran antara masam dan manis.

Saya langsung ingat pernah menikmati minuman seperti ini di Tblisi, Georgia beberapa tahun lalu.

Ternyata Mors adalah salah satu minuman tradisional dengan rasa buah yang menyegarkan dan sangat  populer di berbagai wilayah eks Uni Soviet, terutama di Rusia, Belarus, Ukraina, dan negara-negara Asia Tengah seperti Uzbekistan.

Minuman ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selama berabad-abad dan awalnya dibuat dari buah-buahan liar yang kaya vitamin, terutama selama musim dingin ketika kebutuhan akan vitamin C tinggi.

Gelas Mors/ dokpri
Gelas Mors/ dokpri
Nama "mors" sendiri berasal dari kata Slavik "morz," yang berarti minuman yang terbuat dari buah-buahan. Pada awalnya, mors dibuat dengan cara memeras jus dari berbagai jenis buah beri yang tumbuh di hutan, seperti cranberry, lingonberry, dan blackcurrant. Buah-buahan ini kemudian direbus dengan sedikit air dan ditambahkan gula untuk mengurangi rasa asam yang kuat.

Di Uzbekistan, mors menjadi lebih populer selama era Soviet, ketika budaya dan tradisi kuliner dari berbagai wilayah mulai bercampur. Meskipun resep mors tetap sederhana, setiap daerah memiliki variasi tersendiri. Di Uzbekistan, misalnya, selain menggunakan cranberry dan blackcurrant, beberapa orang juga membuat mors dengan campuran buah lokal seperti delima atau aprikot, yang memberikan cita rasa khas Asia Tengah.

Gelas plastik berisi mors ada di genggaman tangan, Warna merah pekat dari jus beri yang mengisi gelas  tampak begitu kontras dengan es batu yang mengapung di dalamnya. Saya segera mencicipinya, dan rasanya tidak mengecewakan. Rasa asam manis dari buah beri segar yang digunakan dalam mors ini begitu seimbang, menyentuh lidah dengan sensasi yang menyegarkan dan menghilangkan dahaga. Rasa manisnya juga tidak berlebihan, yang membuat minuman ini terasa ringan dan menyenangkan untuk diminum, terutama pada hari yang panas.

Pintu masuk Bodomzor: dokpri
Pintu masuk Bodomzor: dokpri
Setelah beberapa tegukan, saya mulai merasakan kenikmatan yang lebih dalam dari mors ini. Setiap tegukan memberikan sentuhan rasa asam alami dari buah-buahan, yang tampaknya dibuat dari campuran cranberry dan blackcurrant. 

Aroma segar buah beri terasa jelas, membawa ingatan akan hutan-hutan di utara, meskipun saya sedang berada di tengah kota metropolitan Asia Tengah. Es batu yang perlahan meleleh dalam minuman ini menambah kesejukan dan membuat saya merasa lebih rileks di tengah panasnya hari.

Tidak berlebihan, jika disimpulkan bahwa Mors bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga bagian dari budaya dan gaya hidup masyarakat Uzbekistan dan negara-negara Asia Tengah lainnya. 

Di kafe-kafe tradisional maupun restoran modern, mors sering disajikan sebagai minuman pendamping hidangan utama, terutama saat makan siang atau makan malam. Karena rasanya yang ringan dan menyegarkan, mors cocok disajikan bersama hidangan yang kaya rempah seperti plov (nasi pilaf) atau shashlik (daging).

Menurut lelaki tua penjualnya, mors bukan hanya minuman yang menyegarkan, tetapi juga kaya manfaat kesehatan. Buah beri yang digunakan dalam pembuatan mors mengandung banyak vitamin dan antioksidan. 

Cranberry, misalnya, kaya akan vitamin C dan telah dikenal sebagai bahan alami yang membantu mencegah infeksi saluran kemih. Blackcurrant juga tinggi vitamin C dan antioksidan yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh.

Karena mors sering kali tidak mengandung banyak gula tambahan, minuman ini menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan minuman bersoda atau jus kemasan yang tinggi gula. 

Di Uzbekistan, banyak orang tua yang memberikan mors kepada anak-anak mereka sebagai minuman sehat untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka.

Menikmati segelas mors di dekat Stasiun Metro Bodomzor menjadi pengalaman yang menyegarkan dan membuka mata saya akan keanekaragaman budaya kuliner di Uzbekistan. Mors, dengan kesederhanaan dan kelezatannya, berhasil menangkap esensi dari tradisi kuliner yang kaya dan penuh sejarah.

Minuman ini bukan hanya sekadar pelepas dahaga, tetapi juga jendela kecil yang membawa kita kembali ke akar budaya Slavia dan Asia Tengah, sebuah perpaduan yang harmonis dalam segelas minuman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun