Narasi yang terlalu berpihak dan menyalahkan satu pihak bisa digantikan dengan pendekatan yang menekankan pada kompleksitas peristiwa dan pentingnya pemahaman mendalam tentang faktor-faktor politik, sosial, dan internasional yang mungkin  terlibat pada waktu itu.
Pendidikan sejarah harus lebih menekankan pentingnya perdamaian, keadilan, dan hak asasi manusia, bukan hanya menyalahkan pihak tertentu. Ini akan membantu generasi mendatang belajar dari masa lalu dan menghindari kekerasan politik di masa depan.
4. Â Menghindari Politisasi Masa Lalu
Sejarah G30S/PKI sering kali digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik, baik untuk menguatkan narasi tertentu atau untuk menyerang lawan politik. Penting bagi negara untuk memastikan bahwa sejarah ini tidak lagi digunakan sebagai alat politik untuk memecah-belah masyarakat.
Masyarakat harus didorong untuk belajar dari sejarah, tetapi juga fokus pada tantangan masa depan. Menghindari politisasi masa lalu dapat membantu masyarakat lebih fokus pada pembangunan yang inklusif dan perdamaian.
6. Promosi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
Salah satu pelajaran dari peristiwa G30S/PKI adalah pentingnya membangun sistem demokrasi yang kuat, di mana kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan hukum dijunjung tinggi. Rezim otoriter dan ketakutan terhadap ideologi tertentu seringkali menjadi pemicu kekerasan politik, seperti yang terjadi pada masa tersebut.
Negara juga  perlu memastikan bahwa tragedi politik seperti G30S/PKI tidak akan terulang dengan memperkuat perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.
6. Beda Pendapat Boleh, Tapi Jangan Bermusuhan
Mengingat akar dari peristiwa G30S adalah konflik ideologis antara kelompok komunis dan non-komunis, solusi jangka panjangnya harus mencakup cara untuk menyelesaikan ketegangan ideologis di masyarakat secara damai.
Dialog antara kelompok dengan pandangan politik yang berbeda, tanpa kekerasan, dapat membantu mengurangi polarisasi.