Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peristiwa Kelam dalam Film G 30 S/PKI dan Kontroversinya

1 Oktober 2024   10:28 Diperbarui: 1 Oktober 2024   11:06 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali bulan September berganti dengan Oktober, kita selalu siap-siap untuk berkontroversi tentang perlu tidaknya Film G30S/PKI dibayangkan kembali di layar Televisi agar disaksikan oleh generasi muda dan tidak melupakan sejarah. Kontroversi ini tidak pernah ada di era Orba ketika waktu itu baik TVRI dan seluruh stasiun TV swasta lain pun wajib menayangkan film itu.

Dengan menonton film itu kita memang dapat mengenang kembali kekejaman PKI yang telah membunuh jenderal-jenderal dan melakukan pengkhianatan untuk mengganti Pancasila dengan ideologi komunis, Dalam film itu pula kita mengenal sosok-sosok tokoh PKI dan bahkan sebagian lagu-lagu PKI yang dilarang untuk diperdengarkan.

Namun setelah Orde Baru tumbang, banyak fakta atau pendapat lain yang muncul ke permukaan. Fakta atau sisi lain yang selama ini terpendam dan membuat sebagian orang terperangah. Apa versi atau kisah yang ditampilkan dalam film G 30 S itu memang benar fakta sejarah, atau sejarah menurut satu versi.  Sementara sejarah sendiri kadang dipandang sebagai kisah yang ditulis oleh pemenang, apakah ada versi lainnya?

Terlepas dari fakta mana yang sesungguhnya terjadi, banyak sekali pendapat pro dan kontra mengenai film ini. Yang pro tentu saja mengatakan bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah akan kekejaman PKI sehingga generasi muda dapat mencegah bangkitnya kembali PKI dengan mengetahui kekejaman mereka.   Yang kontra akan mengatakan untuk apa mengingat kembali sejarah yang kelam itu, kita saat ini masih memiliki lebih banyak masalah yang lebih genting dan penting dibandingkan mengurusi masalah PKI.  Bahkan Ilham Aidit, anak kandung gembong PKI, D.N Aidit, sempat mengatakan bahwa lebih baik sejarah tentang PKI ini jangan dikorek-korek lagi karena setiap memasuki bulan September, jantungnya berdetak lebih cepat.

Bukankah Bung Karno sendiri pernah berkata. Bahwa kita tidak boleh sekali-kali  melupakan sejarah dengan istilah JASMERAH.  Sejarah baik gemilang atau kelam harus terus dikenang. Karena itu sejarah pemberontakan PKI tidak boleh dilupakan dan harus diperingati setiap akhir September, salah satunya adalah dengan menayangkan dan menonton kembali film monumental tersebut. 

Bukankah dengan demikian kita dapat menanamkan kesadaran akan Bahaya Laten Komunis kepada generasi muda.  Bukankah ini yang telah ditanamkan selama orde baru, kebencian akan komunis yang sampai sekarang telah mendarah daging dalam setiap sendi dan sumsum sebagian bangsa Indonesia?  

Seorang teman bahkan juga berkata bahwa sebagian besar kitab suci berisi sejarah. Al Quran misalnya mengandung banyak sekali cerita sejarah, demikian juga dengan kitab Injil baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?  Lalu apakah kita boleh melupakan sejarah PKI yang kelam dengan tidak menonton dan menayangkan kembali film G 30 S/PKI?

Bukankah di dalam Al-Quran sendiri tercatat sejarah misalnya peristiwa penyerangan pasukan gajah, pimpinan Abrahah terhadap Ka'bah dalam surat Al-Fil..? Atau kekejaman Namrud saat hendak membakar nabi Ibrahim, dalam surat Al-Anbiya'.  

Dari sini kita bisa belajar bahwa Sejarah Kelam seperti pemberontakan PKI itu tidak boleh dihapus atau dilupakan, tetapi untuk selalu dikenang agar tidak berulang, dengan demikian jika kita melihat gejala mereka akan bangkit lagi, kita sudah siap untuk mengantisipasinya dan selalu waspada.   Apa lagi kita juga mengenal pepata Perancis yang mengatakan L'histoire ce repete atau Sejarah selalu berulang. 

Kita boleh memaafkan tetapi tidak boleh melupakan.   

Tentunya akan banyak sekali yang setuju dengan pernyataan di atas. Namun kalau kita mau adil, sejarah kelam di negeri kita bukan hanya peristiwa G30 S PKI atau kekejaman PKI saja?  Apakah kita boleh melupakan sejarah kelam yang lain?  Rasanya kita memang sudah melupakan sejarah kelam yang lain karena jarang diperingati dengan monumen dan prasasti atau film?  Lalu apa saja peristiwa kelam yang lain itu? 

Sebenarnya kalau kita mau jujur, cukup banyak peristiwa kelam dalam sejarah yang telah kita lupakan, atau bahkan sengaja tidak dicatat dalam sejarah resmi negeri ini.  Dan rasanya tidak etis juga untuk mengingat kembali .  Banyak sekali peristiwa kelam dan biasanya hanya para korban yang sulit melupakannya.   Lalu apakah kita harus menjadi korban dulu dan baru mengingatnya??

Rasanya memang benar, karena kita biasanya akan mudah berempati dengan korban dan korban akan selalu mendapat dukungan, karena itu salah satu strategi paling jitu yang sering dimainkan dalam konflik atau gesekan yang terjadi di negeri ini adalah Playing Victim, ketika setiap kelompok dan golongan akan selalu berusaha menjadi korban. Bukankah dalam film G 30 S PKI juga sebagian besar penonton akan memosisikan diri sebagai korban dan kemudian akan berempati kepada korban dan membenci pelaku kejahatan.

Lalu peristiwa kelam apa lagi yang mau kita peringati agar adil?  Seorang teman lain pernah berkomentar bahwa peristiwa yang menyusul setelah kejadian G 30 S PKI di negeri ini pun tidak kalah kelamnya dengan apa yang diceritakan dalam film? Peristiwa apa itu?  Tentunya banyak yang tidak tahu atau memang belum pernah tahu peristiwa yang terjadi sebagai lanjutannya.  Di Indonesia peristiwa kelam ini memang sering dilupakan. Tetapi kalau kita mau sedikit membuka mata dan hati, tentunya sudah tahu salah salah satu peristiwa dan tragedi kemanusiaan yang paling besar dalam abad ke XX dengan jumlah korban yang sangat banyak.  

Apa masih ada peristiwa kelam yang lain?  Masih sangat banyak walau mungkin skalanya lebih kecil.  Dan sekali lagi biasanya yang mengingat dan suit melupakan peristiwa kelam tersebut adalah mereka yang baik langsung atau secara tidak langsung menjadi korban. Bagi mereka yang tidak menjadi korban, atau merasa bahwa korbannya adalah golongan lain, tentunya akan dengan mudah melupakan dan bahkan menegasikan peristiwa kelam tersebut.

Demikianlah kontroversi akan terus berlanjut hingga kita semua akan melupakan sejarah dan deretan peristiwa  kelam tersebut.  Selama kita masih belum memiliki empati dan berusaha memosisikan diri sebagai golongan lain, kita akan terus menjadi korban perasaan dan asumsi diri kita sendiri. Kita akan terus menuduh pihak lain sebagai hantu yang terus bergentayangan mengancam hidup kita,

Pertanyaannya, apakah film G 30 S akan terus diputar dan ditonton?  Boleh-boleh saja asal tidak diwajibkan dan asal tidak saling menghakimi yang memiliki pendapat berbeda dan menganggap pendapat kita sendiri yang paling benar. Yang setuju dan bersedia menonton tidak menyalahkan dan memaki yang tidak mau menonton. Yang tidak mau menonton dan menganggap film ini hanya propaganda sejarah juga jangan menyalahkan yang mau menonton dan menganggap film ini fakta sejarah. 

Kebenaran dan fakta itu sendiri niscaya bukan merupakan hal yang statis karena yang benar di satu sisi bisa menjadi salah di pihak lain. Bukankah dalam sejarah pahlawan dan pemberontak bisa ada pada sosok yang sama bila dipandang dari sudut yang berbeda. Yang dulu benar sekarang bisa menjadi salah dan sebaliknya sesuai dengan dinamika zaman.

Akhir kata, menurut pembaca fakta dan sejarah kelam mana yang tidak boleh kita lupakan dalam sejarah negeri ini?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun