Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bukan Hanya di Berlin, Check Point Charlie Juga Ada di Sini

8 September 2024   12:20 Diperbarui: 26 Desember 2024   08:09 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Portas do Cerco. (Dokumentasi Pribadi)

Setelah makan siang dan numpang shalat di Loulan Islamic Restaurant di Rua de Cinco Outubre, kami berencana untuk jalan-jalan ke Pulau Taipa dan melihat-lihat kawasan Makau yang modern dan baru termasuk kasino-kasino nya yang megah.

Menurut mbak penjaga restauran tidak jauh di ujung jalan nanti naik jembatan dan belok kanan akan bertemu dengan Ponte 16, yatu sebuah kasino tempat terdapat Hotel Sofitel.  

Dari sana bisa ke kasino kasino lain di Pulau Taipa. Memang salah satu kelebihan Makau adalah kita bisa naik  bus shuttle milik kasino secara gratis kemana saja sesuai tujuan masing-masing.

Ponte 16. (Dokumentasi Pribadi)
Ponte 16. (Dokumentasi Pribadi)

Berjalan santai dan kemudian menyeberangi jembatan penyeberangan yang dilengkapi lift untuk naik tetapi di seberang jalan hanya ada tangga, kamu menuju Ponte 16 yang terlihat megah dan gagah. Di depannya terdapat sisa bangunan tua dengan menara jam bertuliskan 1948, Ponte No. 16. Mungkin ini semacam bangunan heritage yang berasal dari abad lampau. Tidak jauh dari sini ada prasasti nama jalan dalam Bahasa Portugis, Rua do Visconde Paco de Arcos dan dalam aksara Hanzi di atasnya. 

Nama Jalan. (Dokumentasi Pribadi)
Nama Jalan. (Dokumentasi Pribadi)

Di halaman depan Ponte 16 ini, dipamerkan sebuah mobil mirip VW kombi dengan ukuran besar dan dicat warna oranye dan putih.  Di dindingnya tertulis OLA dan di sebelahnya ada boneka kucing raksasa yang sedang duduk. 

Ketika sampai di depan hotel kasino ini, sebuah bus warna ungu tua sedang menaikkan penumpang, ketika kami bertanya kepada petugas, ternyata tujuannya adalah Portas de Cerco atau dalam bahasa Inggris adalah Barrier Gate yang merupakan pintu perbatasan antara Makau dan daratan Tiongkok alias Zhuhai. 

Nanti dari perbatasan ini, akan banyak bus busa kasino dengan tujuan berbagai kasino di pulau Taipa. Begitu tambah petugas tadi yang melihat penampilannya adalah pekerja migran asal Asia Selatan.   

VW dan kucing. (Dokumentasi Pribadi)
VW dan kucing. (Dokumentasi Pribadi)

Kami pun segera antre dan naik ke bus, gratis dan nyaman serta memiliki pendingin udara yang sejuk.   Terus terang saja selama ini saya sudah sering membaca tulisan Portas de Cerco baik di petunjuk jalan maupun di bus. Namun belum pernah berkunjung ke sana. 

Namun karena besok memang akan ke sana sekaligus menyeberang ke Zhuhai menggunakan fasilitas Visa on Arrival, tidak ada salahnya hari ini jalan-jalan untuk mengintip suasana dan situasi salah satu pintu perbatasan antara Makau dan Tiongkok. 

Ya, seperti juga Hong Kong status Makau sebagai SAR (Special Administrative Region) membuatnya secara administratif masih independen dengan Tiongkok sampai tahun 2049 walau secara kedaulatan sudah dikembalikan ke Tiongkok oleh Portugal pada 1999. 

Bus berjalan di tengah padatnya lalu lintas kota Makau dengan jalan-jalannya yang sempit. Walau di peta terlihat tidak terlalu jauh, tetapi perjalanan dari hotel kasino ke perbatasan ini memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit.   Nama nama jalan di Makau memang sangat khas karena ditulis baik dalam aksara Hanzi maupun dalam Bahasa Portugis.

Ketika mendekati terminal bus di perbatasan, terlihat orang yang sangat ramai sekali. Orang-orang yang bergegas akan menyeberang ke Zhuhai dengan hanya berjalan kaki.  

Di sini terdapat sebuah pos perbatasan yang sangat megah dan besar dengan model arsitektur yang mirip dengan bandara, jadi tidak kalah megahnya dengan perbatasan antara Hong Kong dan Makau yang kami kunjungi pagi tadi setelah melewati Hongkong Zhuhai Macau bridge.  Pos perbatasan yang bernama Gong Bei Kou An ini merupakan salah satu perlintasan perbatasan paling ramai antara Makau dan Tiongkok.

Portas do Cerco. (Dokumentasi Pribadi)
Portas do Cerco. (Dokumentasi Pribadi)

Setelah turun dari bus, kami harus melewati barisan serbuan orang-orang yang menuju ke Zhuhai untuk sampai ke deretan bus dengan nama-nama kasino di Makau,  Ada Venetian Macau, Galaxy, Parisian, atau juga Hotel Lisboa, Wynn dan MGM. Tinggal pilih saja.  

Tidak jauh dari terminal bus ini, ada sebuah monumen yang menarik berupa sebuah pintu gerbang yang di sekitarnya dikelilingi pagar agar orang tidak bisa terlalu mendekat.  Ini adalah Portas de Cerco atau Barrier gate yang dibangun pada pertengahan abad XIX  oleh Portugis menggantikan pintu lama yang dibangun oleh Dinasti Ching. 

Pintu gerbang ini dominan memiliki warna oranye kekuningan dan terlihat anggun serta sangat kontras dengan gedung perbatasan yang modern di belakangnya.  Pintu yang sederhana berbentuk lengkungan dan di depannya ada air mancur. Di kedua sisi pintu ada prasasti dan di atasnya ada tulisan dalam bahasa Portugis. "A patria honrai, que a patria vos contempla" yang berarti kira-kira "Hormatilah tanah airmu, agar tanah air menjagamu." Di dinding kiri kanan  pintu ada prasasti bertuliskan 22 Agosto 1849 dan 25 Agosto 1849 serta di sisi dalam ada lagi sebuah prasasti bertuliskan 31 Outubre 1970. 

Kalau sekarang ratusan ribu orang melewati pintu perbatasan yang modern ini, tentunya dulu melalui pintu klasik inilah mereka lewat dengan sejarahnya yang panjang antara Tiongkok, Makau dan Portugal.  Yang cukup menarik di sini pula  tercatat beberapa kejadian bersejarah seperti insiden Passaleou pada Agustus 1849 yang kemudian diperingati dengan didirikannya pintu gerbang ini pada 1870.  Pada insiden antara Portugal dan Tiongkok yang diawali oleh pembunuhan Gubernur Jose Maria Ferreira do Amaral. Konon insiden ini pula yang memperkukuh posisi Portugal sebagai penguasa Makau. Peristiwa ini lah yang dicatat pada prasasti di Gerbang Portas do Cerco tadi.

Waktu pun berganti dinasti naik dan turun hingga Tiongkok dikuasai komunis sejak 1949 dan peta politik pun berubah.   Sebagaimana ketegangan antara timur dan Barat di Jerman terdapat pintu perbatasan antara Berlin Barat dan Timur di Check Point Charlie, maka pada dekade 1950-hingga 1960an pun banyak sekali orang-orang Tiongkok yang ingin menyeberang ke Makau dan Hong Kong, salah satunya dengan melalui pintu gerbang ini. 

Karenanya pada masa itu Portas de Cerco terkenal juga dengan julukan Check Point Charlie dari Timur Jauh. 

Tentu saja sekarang keadaannya sudah jauh berubah. Dengan makin berkembangnya ekonomi dan kemakmuran di Tiongkok, maka baik penduduk Tiongkok daratan, maupun penduduk Makau dan jutaan turis bebas melewati perbatasan ini, sebagaimana yang akan kami lakukan esok hari.

Setelah sekitar setengah jam jalan-jalan di sini, kami kemudian naik salah satu bus kasino. Bukan yang ke Taipa, melainkan yang ke dekat hotel kami, masih di Semenanjung Makau. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun