Pagi baru saja merekah di Pelabuhan Tanjung Periuk yang kini merah membara. Merah karena banyaknya orang yang berduyun-duyun mendatangi Pelabuhan dengan menggunakan baju atau kaos serba merah. Â Walau menurut jadwal kami harus datang pukul 7.00 pagi, saya sudah siap di sana sekitar pukul 6.45. Â Selain rombongan dari Wisata Kreatif Jakarta, juga ada komunitas Koteka serta juga komunitas lain seperti Couchsurfing Indonesia dan juga ibu-ibu yang berkebaya.
Suasana sangat meriah di dermaga dengan latar belakang kapal perang KRI 992 dengan nama dr. Radjiman Wedyodiningrat. Kapal dengan badan besar dan berwarna putih tampak gagah dengan lambang palang merah. Â Hal ini menandakan bahwa KRI ini, walaupun merupakan kapal TNI Angkatan Laut, tetapi memiliki fungsi sebagai kapal rumah sakit. Â Wah gagah sekali apalagi menurut informasi, kapal ini juga belum lama ini pernah digunakan dalam misi kemanusiaan ke Gaza di Palestina.
Di sini, selain bertemu dengan Mbak Ira, saya juga bertemu dengan banyak teman-teman Koteka seperti Mbak Palupi. Mpok Elisa Koraag, dan Bos Madyang, Mas Agung Han, dan tentunya tidak ketinggalan Sukma Tom yang selalu tampil ceriah dan cergas serta gesit berfoto dimana-mana. Â Kami kemudian berfoto bersama di depan kapal dan baru kemudian antre dengan tertib memasuki lambung kapal ini.
Setelah melakukan registrasi, kami mendapatkan kaos seragam bertuliskan GNPP lengkap dengan topi dengan nuansa warna merah yang dominan. Â Menurut mbak Ira, selain dari WKJ, ada sekitar 1000 peserta yang akan hadir dan ikut berlayar dalam acara pagi hingga siang hari ini. Â Dan yang bikin asyik acara hari ini memiliki tema yang sangat bagus yaitu Gerakan Nasional Penguatan Pancasila yang disingkat dengan GNPP. Â Uniknya ada embel-embel untuk generasi milenial dan gen Z. Â Wah kalau dilihat-lihat , sebagian besar anggota komunitas kami sudah tidak termasuk generasi ini. Â Tetapi tidak mengapa, usia hanyalah soal angka, yang penting semangat masih terus remaja membara.
Setelah antre dan mendapat kaos, topi serta suvenir berupa buku tulis dan juga buku berisi pidato Bung Karno ada 1 Juni 1945, kami berbaris atau lebih tepatnya berjalan rapi menuju ke dek kapal yang ada di beberapa lantai di atas melewati tangga yang berliku di lambung kapal. Â Sesampainya di dek, sudah ratusan peserta duduk rapi di bawah tenda. Ada sebuah panggung yang lengkap dengan layar elektronik.Â
Sambil menunggu acara di mulai, saya berkeliling di dek kapal dan melihat-Ihat suasana pelabuhan Tanjung Priuk. Selain gedung Pelabuhan, terlihat juga banyak kapal besar dan kecil yang sedang berlabuh  Baik kapal dagang, dari beberapa negara, juga ada kapal perang dari negeri Gajah Putih alias Thailand.   Ketika kapal akan berlayar, tampak barisan tentara yang melepas keberangkatan kapan dan kami semua melambaikan tangan dengan bersemangat.
Sementara di panggung sendiri acara dimulai dengan pidato, doa dan juga berbagai pentas hiburan dan tarian daerah hingga sampai ke acara puncak berupa lintasan sejarah Indonesia hingga wejangan mengenai Pancasila. Â Yang menarik juga disebutkan bahwa dalam acara ini selain generasi milenial dan generasi Z, juga cukup banyak generasi Kolonial yang ikut serta.Â
Yang membuat kami bersemangat adalah Salam Pancasila dan juga Kata Jaelsveva Jayamahe yang diucapkan beberapa kali dalam setiap kesempatan.  Gerakan Nasional Penguatan Pancasila (GNPP) merupakan  inisiatif strategis yang dirancang untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia di berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk untuk generasi muda. Kapal TNI AL dr. Rajiman menjadi salah satu simbol dari pelaksanaan gerakan ini, menunjukkan komitmen Angkatan Laut untuk turut serta menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan juga mengingat bahwa dr. Rajiman sendiri merupakan salah satu perintis BPUPKI yang kemudian melahirkan Pancasila.Â
Yang cukup menarik juga adalah peragaan simulasi pembajakan di kapal ini yang kemudian dapat diatasi oleh pasukan TNI AL. Â Acarnya begitu seru sehingga ada sebagian peserta yang sempat bertanya apakah ini benar-benar pembajakan. Â Â Setelah makan siang di atas kapal yang sedang berlayar, acara hiburan pun tidak kalah meriah dan kemudian tidak terasa, kapal pun dengan perlahan kembali merapat ke pelabuhan. Â
Di akhir acara, sebagian peserta juga diajak untuk tur keliling kapal melihat-lihat fasilitas yang ada di kapal rumah sakit yang ternyata sangat lengkap dan tidak alah dengan ruah sakit yang ada di darat.Â
Sekitar pukul 5 sore, baru kami meninggalkan pelabuhan Tanjung Priuk dengan berbagai jenis media transportasi. Sebagian menuju ke Stasiun Tanjung Priuk untuk kemudian kembali ke kediaman masing-masing.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H