Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ditolak Masuk Shenzhen, Ini yang Harus Dilakukan

28 Agustus 2024   20:15 Diperbarui: 29 Agustus 2024   15:34 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Causeway Bay HKG: dokpri

Ibarat suatu perjalanan, maka hari ini bukan hari milik kami, karena tujuan kami berempat untuk masuk ke Shenzhen melalui perbatasan Lowu di Hong Kong gagal total karena salah satu peserta tidak mendapatkan Visa on Arrival.

Petugas imigrasi yang masih mudah dan gagah dengan tegas menjawab hanya dapat memberikan tiga visa, yang satu tidak dapat dan keputusan ini tidak dapat ditawar dengan berjuta alasan.

Akhirnya kami berempat kembali balik kanan dengan menyeret koper bawaan. Walau tampaknya sederhana, ternyata prosesnya cukup lama dan memakan kesabaran yang panjang.

Kami segera menghubungi seorang petugas di kounter dengan tulisan Return to Hong Kong. Petugas ini dengan bahasa Inggris yang terbatas menjelaskan bahwa kami harus antri di kaunter 15 antrean untuk masuk ke Shenzhen.

Walau sempat was-was, kami mengikuti anjuran ini dan antre di kaunter 15. Kamu menjelaskan bahwa harus kembali ke Hong Kong karena visa salah seorang dari kami ditolak.

Petugas ini menyuruh kami menunggu dan sekitar 5 menit kemudian, datang lagi seorang petugas imigrasi Tiongkok berseragam yang kemudian mengambil paspor kami dan kemudian menghilang. Dia menghilang di balik imigrasi shenzhen alias sudah ada di wilayah shenzhen dengan paspor kami.

Kami menunggu dan menunggu. Tadi nya berharap hanya sekitar 5 atau 10 menit. Tetapi sudah lebih setengah jam, tidak ada berita dan kabar dari petugas yang tadi. Ketika kami bertanya pun hanya diminta menunggu dengan sabar.

Wah sempat was-was juga karena berada di wilayah perbatasan tanpa paspor di tangan. Bagaimana kalau petugas tadi menghilang begitu saja.

Untungnya setelah lebih 45 menit menunggu, tiba-tiba seorang petugas perempuan berteriak dan memanggil-manggil. Ternyata dia membawa empat paspor kami dan kemudian meminta kami untuk kembali ke Hong Kong.

Sempat bingung harus lewat mana, kami kembali ke kaunter pertama, namun ternyata seorang petugas karantina kesehatan pelabuhan tiba tiba menunjuk saya. Rupanya saya kena sampel pengecekan kesehatan di pelabuhan.

Dengan sabar dan terpaksa saya mengikuti saja arahan petugas, masuk ke tukang klinik dan kemudian paspor di fotokopi dan dicatat serta kemudian diperiksa suhu tubuh dengan sebuah termometer yang harus diselipkan di ketiak.

"Tunggu 5 menit, tunggu 5 menit," demikian teriak petugas klinik ketika melihat saya tidak sabar ingin melepaskan termometer tersebut.

Karena suhu tubuh normal, rupanya saya kemudian dibebaskan dan kemudian berempat kembali ke kaunter pertama dan bertanya harus berjalan kemana.

Petugas itu hanya menunjukkan ke arah jembatan menuju stasiun MTR Lowu tempat kami datang tadi dari Hong Kong.

Perjalanan yang mengasyikkan karena kali ini kami empat orang berjalan berlawanan arah dengan puluhan ribu manusia yang mengalir tanpa henti dari Hong Kong ke Shenzhen, sementara kami dari Shenzhen ke Hong Kong.

Sesampainya di dekat kantor imigrasi Hong Kong, kami menjelaskan bahwa harus kembali ke Hong Kong karena ditolak masuk ke Shenzhen.

Petugas di sana memerintahkan kami untuk memasukkan barang bawaan ke X ray dan kemudian mengambil paspor kami serta meminta kami menunggu di kursi di depan kantor.

Menunggu di sini terasa bagaikan di surga dibandingkan menunggu di Shenzhen tadi. Bersamaan dengan itu datang lagi seorang pemuda yang senasib. Ketika saya tanya dia berasal dari Maroko dan rupanya tidak boleh datang ke Shenzhen dengan Visa on Arrival.

Sekitar 10 menit, petuga sudah mengembalikan paspor kami dan segera meminta kami untuk kembali ke stasiun MTR. Uniknya pemuda Maroko ini lebih hafal jalannya dan kami hanya mengikutinya.

Sampai di stasiun MTR, segera masuk dan menunggu kereta untuk kembali ke Kowloon atau Hong Kong.

Dalam perjalanan kami merencanakan dan mencari hotel untuk menginap di Hong Kong. Akhirnya dapat hanya satu kamar duku di kawasan Mongkok, tidak jauh dari stasiun MTR Mongkok East.

Karena belum mendapatkan kamar yang kedua kami menjatuhkan untuk ke hotel itu dan menitipkan koper. Mencari makan malam di dekat hotel sambil mencari hotel untuk kamar yang kedua karena di hotel ini hanya tersedia satu kamar saja.

Saya akhirnya memutuskan untuk hanya tinggal satu malam saja lagi di Hong Kong dan besok pagi sudah akan berangkat ke Fukuoka. Karena ini kami memutuskan untuk menginap di hotel di dekat bandara yaitu di Cathay City.

Rute Taksi Online : dokpri
Rute Taksi Online : dokpri

Sehabis makan, saya memutuskan untuk memesan taksi online langsung ke hotel di Cathay City. Tidak sampai 5 menit, taksi online pun muncul. Estimasi ongkos sekitar 233 HKD saja.

Ketika naik ke dalam taksi, saya mengucapkan salam dan juga nama hotel kepada sopir taksi, dia hanya mengangguk dan kemudian dengan cepat menuju kawasan New Territories untuk terus lanjut melewati Tsing Ma Bridge dengan tujuan kawasan bandara.

Semua berjalan normal seusia tujuan sampai akhirnya ketika sudah akan sampai di dekat terminal, seharusnya taksi berbelok kiri menuju Cathay City, tetapi taksi terus menuju ke terminal 1 dan berhenti di terminal seakan-akan saya mau naik pesawat.

Ketika saya bilang bahwa tujuan saya adalah Cathay City, dia baru melihat lagi ke aplikasi dan meminta maaf. Walau tidak terlalu jauh,taksi harus memutar lagi beberapa kilometer untuk sampai di hotel. Menurut gadget saya sekitar 5 kilometer.

Taksi kemudian terus berjalan mengikuti arahan di aplikasi, tetapi kendaraan berjalan dengan lumayan cepat sehingga ketika sampai di bundaran di dekat hotel, dia salah mengambil jalan dan berada di belakang kompleks.

Untuk sampai di lobi, taksi kembali harus memutar beberapa kilometer melewati jalan jalan di kawasan bandara Chek Lap Kok.

Alhasil bukan saja banyak waktu yang terbuang, tetapi argometer pun jalan terus sehingga mencapai hampir 300 HKD ketika taksi berhenti dan sampai di tujuan sesuai dengan aplikasi.

Merasa kurang mendapat pelayanan yang maksimal, akhirnya daya komplain di aplikasi dan menjelaskan kronologinya. Akhirnya ongkos taksi disesuaikan kembali menjadi harga semula yaitu sekitar 230 HKD saja.

Pengalaman yang cukup menarik di hari itu. Sejak pagi dari Hong Kong menuju Shenzhen, ditolak masuk dan kembali ke Hong Kong serta naik taksi yang seru menuju kawasan bandara.

Ada dua pelajaran yang dapat dipetik, yaitu lebih baik ke Shenzhen dengan visa yang sudah didapat sebelumnya jika membawa perempuan yang masih muda usia dan juga menegaskan kembali tujuan akhir jika naik taksi, karena walau membawa koper, tujuan nya bukan ke bandara melainkan hotel di dekat bandara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun