Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Dieng Cultural Festival 2024 Bersama Garus Travel

26 Agustus 2024   13:07 Diperbarui: 26 Agustus 2024   13:09 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara berangsur-angsur langit malam berubah menjadi terang benderang dengan ratusan bahkan ribuan lampion yang menyala, berkelap kelip menerangi malam.  Bersamaan dengan ini, lagu perpisahan acara Jazz di Atas Awan pun menggema sekaligus menutup acara Dieng Cultural Festival 2024 di tengah malam 24 Agustus 2024.

Beberapa  menit sebelumnya, Mas Jalil, teman sekamar dalam perjalanan ke Dieng kali ini, membuka lampion dan melaporkan kalau lampionnya sobek sehingga tidak bisa diterbangkan, demikian juga dengan lampion milik saya.  Kami berdua akhirnya memerhatikan orang lain yang sedang menyalakan lilin di bawah lampion. Lilin terus menyala sehingga udara yang lebih ringan terkurung di dalam lampion dan bisa menerbangkannya secara perlahan ke langit malam, makin lama makin tinggi bersama doa dan pengharapan orang-orang di sekitarnya.  Harapan agar hari esok lebih baik buat kita semua dan juga buat negeri tercinta Indonesia.  Bersamaan dengan itu, kami juga menyaksikan beberapa lampion yang mati dan turun ke bumi hanya beberapa menit saja mengudara. 

Lampion di atas langit Dieng: Dokpri
Lampion di atas langit Dieng: Dokpri

Malam itu, di acara  Jazz di Awan, kami bisa menyaksikan bahwa dibalik riuh gemuruh sukacita kemenangan dan terbangnya ribuan lampion, sesungguhnya terdapat juga banyak kegagalan lampion yang tidak bisa terbang atau hanya terbang beberapa saat saja,  Di sini, kami belajar mengenai sari pati kehidupan itu sendiri.

Bekasi Barat, SPBU Pertamina di samping Hotel Amaroosa Grande, dua malam sebelumnya.   Pada malam Jumat 22 Agustus 2024, kami yang akan berangkat ke acara Dieng Cultural Festival bersama Garus Travel berkumpul untuk naik bus Elf bersama menuju Dieng. 

"Ada 11 orang yang naik di Bekasi dan 5 akan naik dari Karawang," demikian tutur Mbak Mega, Tour Leader bus no.5 yang akan bersama kami dalam perjalanan ke Dieng ini.  Ternyata ada total 7 bus yang berangkat dari berbagai tempat di Jabotedabek.  

Bus 5 Garus Travel: Dokpri
Bus 5 Garus Travel: Dokpri

Sekitar pukul 8.25 malam bus masuk ke jalan tol Jakarta Cikampek untuk selanjutnya menjemput lagi beberapa peserta di Karawang.   Perjalanan menuju Dieng berjalan lancar dan di pagi hari sebelum subuh kami sudah tiba di Kali Bening dan beristirahat sejenak untuk solat subuh di sebuah masjid.  Setelah itu perjalanan di lanjut menuju Dataran Tinggi Dieng, di Kabupaten Banjarnegara, di Jawa Tengah. 

Udara yang sejuk dan pemandangan alam yang indah menemani sisa perjalanan ke Dieng, sekitar pukul 7 pagi, kami tiba di parkiran kendaraan di dekat Kawah Sikadang.  Di sini kami dibagikan tiket tanda masuk ke Dieng Cultural Festival berupa gelang dan juga kartu pengenal yang harus selalu dipakai selama acara. Juga dibagikan nasi kotak sebagai sarapan pagi.

Kawah Sikidang: Dokpri
Kawah Sikidang: Dokpri

Acara pertama hari tu adalah bertandang ke kawah Sikadang yang merupakan salah satu iko wisata Dieng.  Kebetulan kawasan Kawah Sikidang ini sedang mengalami renovasi besar-besaran baik tempat parkir, pintu masuk dan fasilitas penunjang seperti toilet dan lainnya.   Untuk menuju kawah wisatawan dapat melewati jembatan kayu yang berkelok menuju kawah yang selalu mendidih dan menyemburkan asap dengan aroma belerang . 

Di sepanjang jalan terdapat beberapa spot foto yang cantik dan juga gerai penjual makanan dan suvenir khas Dieng, salah satunya adalah carica dan juga purwaceng. Saya dan Bu Dewi, salah satu peserta dari bus elf yang sama juga sempat membeli di sini.

Obyek wisata selanjutnya adalah Baru Pandang Ratapan Angin, Wah namanya sangat romantis dan dengan menaiki ratusan anak tangga dalam berbagai Tingkat kita dapat menyaksikan pemandangan indah kawasan wisata Dieng.  Walau cukup melelahkan, namun berkunjung ke sini tetap sangat menarik sekaligus memanjakan mata.

Pemandanga di Batu Pandang Ratapan Angin: Dokpri
Pemandanga di Batu Pandang Ratapan Angin: Dokpri

Selesai dua tempat wisata, sekitar pukul 11 pagi kami diantar ke tempat penginapan berupa homestay, walau satu mobil ternyata kamu harus terpencar di berbagai home stay seperti Flamingo, Kenari, Casa Blanca dan Udin.  Saya sendiri mendapat penginapan di Home Stay Udin yang lokasinya beberapa ratus meter dari tempat pergelaran kesenian di dekat Candi Arjuna.  

Di penginapan ini saya berkenalan dengan Mas Jalil dan Mas Haviz akan menjadi teman sekamar serta beberapa peserta lainnya. Semuanya dari bus yang berbeda dengan saya.  Setelah sejenak istirahat dan mandi, kami sempat solat Jumat di masjid tidak jauh dari penginapan.

Domba: dokpri
Domba: dokpri

Acara siang itu, setelah makan siang di homestay adalah acara bebas. Kami sempat mampir ke panggung di dekat penginapan dan menonton pelbagai pentas tari tradisional, dan juga acara pagelaran domba Batur yang khas dieng. Domba ini kebanyakan berbulu tebal dan juga diperagakan Bagaimana mencukur bulu domba serta sebagian memberikan makanan dengan wortel kepada domba-domba yang lucu itu.

Panggung Jazz di Atas Awan: Dokpri
Panggung Jazz di Atas Awan: Dokpri

Malam harinya peserta kian banyak baik yang baru datang menukarkan tiket, maupun sudah datang sebelumnya. Kami sempat berjalan kaki menu ke panggung utama di kawasan Pendawa, di sini sudah banyak pengunjung dan juga panggung yang megah dengan motif wajah dan mata yang menarik. Juga banyak gerai sponsor dan penjual suvenir pagelaran Jazz di Atas Awan.   Jalan kaki dari penginapan lumayan jauh, mungkin sekitar 20-menit melewati jalan dan gang dalam udara yang cukup dingin menusuk tulang. Namun dengan hati yang gembira, semua dapat dilewati dengan baik. 

Kirab Budaya: Dokpri
Kirab Budaya: Dokpri

Hati Sabtu pagi, rangkaian utama acara adalah kirab budaya yang kemudian diikuti upacara pemotongan anak berambut gimbal di pelataran Candi Arjuna.  Upacara yang unik ketika satu persatu anal dipanggil dan kemudian dibacakan keinginannya sebelum ritual pemotongan rambut diadakan diiringi musik tradisional dan tembang yang khusyuk.   Upacara ini menarik ribuan wisatawan baik domestik maupun internasional.

Candi Arjuna: Dokpri
Candi Arjuna: Dokpri

Menjelang sore, kami kembali ke Lapangan Pendawa tempat diselenggarakan Jazz di Atas Awan sesi pertama.  Pengunjung belum terlalu ramai, namun irama jazz yang mendayu-dayu mulai menyihir penonton yang kian ramai memenuhi lapangan.   Menjelang magrib kami kembali ke  penginapan untuk makan malam dan juga persiapan upacara puncak malam nanti. Dalam perjalanan pulang, saya sempat mampir untuk menikmati jagung rebus yang hangat.   Lumayan juga hari itu harus berjalan beberapa kil meter bolak balik ke tempat acara dan penginapan.

Panggung utama : Dokpri
Panggung utama : Dokpri

Acara puncak pun selesai dengan beterbangannya ribuan lampion bercahaya di langit Dieng, dan ribuan orang kemudian meninggalkan lapangan kembali ke penginapan atau tenda masing-masing.  Sekitar pukul 12 kami sampai di penginapan dan kemudian sekedar mengganjal perut dengan mi instan. Sebagai persiapan untuk acara esok dini hari yaitu mendaki bukit Sikunir untuk melihat matahari terbit pada pukul 3 pagi.

Esok pagi menjelang pukul 3 saya sudah terbangun. Di wag sebelumnya ternyata beredar berita ada opsi kedua bagi yang enggan bangun pukul 3 pagi dan hiking ke Sikunir. Pilihan lainnya adalah berkunjung ke Watu Angkruk dan akan dijemput sekitar pukul 5 pagi.  Bedanya untuk kesini, bisa dengan naik kendaraan dan langsung samai di tempat tanpa hiking berlama-lama. Akhirnya , Mas Jalil dan teman-teman yang menginap di Udin kebanyakan memilih yang  jam 5 saja.

Watu Angkruk: Dokpri
Watu Angkruk: Dokpri

Perjalanan dengan kendaraan ke Watu Angkruk cukup lancar pagi itu. Sesampainya di tempat, tersedia musolah bagi yang belum sempat solat subuh, Fasilitas untuk menikmati matahari terbit cukup lengkap di sini, ada pelataran dengan lantai kaca dan juga jembatan yang cantik.  Kami berada di seni sekitar satu setengah jam hingga pukul 6. 30 pagi sebelum kembali ke penginapan untuk makan pagi.

Acara selanjutnya adalah beres-beres dan cek out sekitar pukul 10.pagi.  Sebelum pulang kembali ke Jakarta, kami sempat diajak Mbak Mega untuk mampir belanja oleh-oleh khas Dieng. Selain carica ada berbagai snack dan kudapan yang lumayan lezat dan enak.

Kami juga sempat berfoto dengan latar belakang tulisan Dieng Banjar negara sebelum akhirnya meninggalkan kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng.

Sampai jumpa lagi di Dieng Cultural Festival tahun berikutnya,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun