Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sang Pemikir karya Rodin dan Monalisa Hadir di Ueno Park

22 Agustus 2024   16:40 Diperbarui: 22 Agustus 2024   16:46 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum dan Kebun Binatang merupakan obyek wisata favorit yang sering saya kunjungi di berbagai kota atau negara.  Tidak terkecuali juga ketika mampir ke Tokyo, ibu kota negeri Matahari Terbit ini. 

Pagi itu, dari hotel di kawasan Nishikasiai, saya naik metro Tozai Line dan Ginza Line menuju Stasiun Ueno dengan pindah di Stasiun Nihombashi.  Ueno Station merupakan salah satu stasun yang cukup sibuk dan besar karena selain pertemuan beberapa metro line Ginza dan Hibiya Line juga ada JR Yamanote Line.   Sesampainya di stasiun Ueno harus berjalan cukup lama mengikuti petunjuk ke Ueno Park dan juga Ueno Zoo.  Akhirnya sampai juga di Ueno Park kalau harus naik-naik tangga yang cukup melelahkan. Hitung-hitung olah raga di pagi menjelang siang.

Petunuuk arah di St. Ueno: Dokpri
Petunuuk arah di St. Ueno: Dokpri

Suasana di UenoPark cukup ramai pagi itu, banyak penduduk yang bersantai di kursi-kursi taman dengan monumen, patung, museum, dan juga air mancur dengan topografi berbukit-bukit.  Di salah satu sudut, saya berjumpa dengan seniman jalanan yang cukup nyentrik. Seorang lelaki berusia sekitar 50 tahunan hanya memakai cawat dengan tubuh dipenuhi bedak putih memeragakan berbagai pose menarik.  Salah satunya adalah pose patung The Thinker karya pematung kondang Auguste Rodin.   Dia berdiri di atas kotak putih bertuliskan The Living Museum of Art, tersenyum manis dab kemudian menyilangkan tangannya untuk meletakkannya di dagu. Seakan-a"kan termenung seperti patung Rodin.  Di sebelahnya ada papan tulis lipat warna putih dengan tulisan warna hitam dalam Bahasa Jepang dan Inggris, The Thinker. 

Di depannya juga ada kotak kecil untuk menerima sumbangan orang-orang yang lewat. Selain uang logam pecahan puluhan atau ratusan Yen , juga ada dua lembar uang ribuan Yen di dalam kotak tersebut.  Ketika saya arahkan gadget ke orang tersebut dia tersenyum dan memeragakan pose lainnya.

Sejenak saya beristirahat di tempat duduk di bawah pohon rindang di taman sambil memperhatikan lelaki itu. Di dekatnya juga ada air mancur dinding yang cantik dan sederet tempat sampah. Kesempatan untuk membuang sampah yang sebenarnya harus di bawa ke mana saja karena di Tokyo maupun kota-kota lain d Jepang memang sangat susah menemukan tempat sampah.  Walau pun begitu kondisi jalan, toilet dan tempat umum selalu sangat bersih dan rapi.

Patung Saigo Tokamori: Dokpri
Patung Saigo Tokamori: Dokpri

Saya kemudian memutuskan untuk menaiki anak tangga melihat lihat bagian lain dari Ueno Park ini. Di bagian atas, terdapat sebuah plaza yang luas dengan pepohonan yang rindang dan juga tempat duduk, beberapa bangunan dan juga patung atau monumen. Salah satu monumen yang menarik adalah patung seorang lelaki yang membawa seekor anjing. Ternyata ini adalah patung Saigo Takamori, salah seorang samurai Jepang pada abad XIX yang menentang Restorasi Meiji. 

Makam Warrior: Dokpri
Makam Warrior: Dokpri

Dari patung ini saya terus berjalan dan menemukan sebuah kompleks pemakaman yang sesuai papan nama Bernama Tomb Site of  Shogitai Warriors.  Ketika membaca keterangan tetntang situs ini, ternyata di sini dimakamkan para pejuang atau petarung yang membela keshogunan pada tahun 1868 dan gugur di pertempuran di Ueno ini.  

Kiyomizudera: Dokpri
Kiyomizudera: Dokpri

Di sudut lain, terdapat sebuah temple yang sangat mirip dengan Kiyomizudera di Kyoto.   Mungkin ini adalah replika kuil tersebut.  Saya berjalan menuju kuli ini dan ternyata harus turun kembali dan bisa menuju ke sebuah telaga yang Bernama Shinobazu Pond. Di telaga atau danau ini, kita bisa bermain dan bersantai atau mengendarai perahu angsa. 

Saya terus berjalan di jalan yang cukup lebar dan teduh yang ada di Ueno Park ini.  Di salah satu persimpangan jalan kembali ada artis jalanan yang memeragakan gerak-gerak pantomim yang lucu diringi music yang mendayu-datu. Cukup banyak orang yang menonton dan kemudian memberikan beberapa keping uang logam. 

Pantomim: Dokpri
Pantomim: Dokpri

Masih di sekitar persimpangan jalan, kembali ada sebuah patung yang terlihat cukup gagah, di depannya ada tulisan bahwa ini adalah Statue pf Prince Komatsunomiya Akhito. Patung in dibuat sedang menunggang kuda.  Pangeran Akihito ini merupakan salah satu tokoh yang banyak memberikan kontribusi bagi modernisasi Jepang di saat Restorasi Meiji.

Togoshu Dhrine: Dokpri
Togoshu Dhrine: Dokpri

Tepat di belakang patung terdapat sebuah Kuli Shinto Bernama Toshogu Shrine. Kuil ini konon merupakan salah satu kuil dari era Edo yang bertahan dalam bentuk aslinya hingga saat ini sejak dibangun pada abad ke 17 dan berhasil selamat dari beberapa gempa besar yang melanda Tokyo.   Di Ueno park ini memang terdapat beberapa kuil dan juga museum seperti Tokyo National Museum, National Museum of Western Art, dan juga Shitamachi Museum seperti yang dilihat di peta. Tetapi tentunya tidak cukup waktu satu atau dua hari untuk berkunjung ke semua tempat yang menarik.

Ueno Zoo: Dokpri
Ueno Zoo: Dokpri

Masih di sekitar sini pula, di kejauhan, akhirnya saya menemukan pintu gerbang  untuk menuju ke Ueno Zoo.  Wah lumayan jauh dari tempat pertama kali masuk di pintu Selatan taman. Namun ternyata ada jalan utama yang datar dan tidak usah naik turun tangga. Akhirnya saya kembali ke tempat lelaki yang menamakan diri The Museum of Living Art.    Ketika saya sampai di sini, dia sudah berganti peran, bukan lagi memerankan The Thinker karya Rodin. Pria ini membawa sebuah kotak segi empat dan menempatkan wajahnya bagaikan sebuah lukisan.  Gayanya sangat anggun dan mirip dengan karya Leonardo Da Vinci, yaitu Monalisa yang ada di Louvre di Paris.   Tulisan di papan tulis lipat pun kali ini sudah berganti dengan Monalisa.   Wah benar-benar artis jalanan yang bukan kaleng-kaleng. 

Monalisa: Dokpri
Monalisa: Dokpri

Sambil duduk bersantai sejenak, saya juga meliat artis ini mengakhir pertunjukkannya. Dia turun dari takhtanya, dan kemudian melap tubuhnya yang berminyak dengan handuk. Dan kemudian mulai berganti pakaian. 

Hari mulai menjelang siang, tiba saatnya untuk mulai berkunjung ke Ueno Zoo seperti tujuan awal berkunjung ke Ueno Park ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun