Setelah sejak pagi berkendara dari Osh, kini Tajikistan sudah ada di depan mata. Tinggal selangkah lagi saja.Â
Untuk menuju ke Tajikistan, Â kita harus menuju ke Bordobo yang hanya sekitar 20 kilometer saja. Ternyata walau dalam jarak tidak terlalu jauh, tetapi perjalanan cukup sulit mengingat medan jalan yang berliku, mendaki dan kondisi jalan yang kurang baik. Â Pada mulanya jalan cukup baik dan lebar walau sebagian besar tidak beraspal alias berkerikil. Â Di sini kita juga harus beberapa kali melewati kawanan penggembala ternak. Â Pemandangan gunung-gunung dengan atap bersalju dan langit yang biru jernih sangat memanjakan mata. Udara yang mulai sejuk membuat saya harus memakai jaket tebal menutupi rompi yang dibeli di Osh.
Sekitar 45 menit atau hampir satu jam perjalanan, baru kita sampai di perbatasan Bordobo yang merupakan cek point imigrasi keluar dari Kyrgyztan. Â Kalau di Perbatasan Kyrgyz dan Uzbek di Dostuk, kami harus berdesak-desak dengan pelintas batas lainnya, di Bordobo ini bahkan petugas imigrasi lah yang menanti kami dengan sabar. Â Di sini kami bahkan dipanggil satu persatu untuk menyelesaikan proses keluar Kyrgysztan. Â Jadi kita dapat mengantre sambil duduk di pos yang cukup nyaman di ketinggian lebih 3450 meter menutur gadjet Mbak Retha. Â Udara makin dingin, dan setelah mendapat cap keluar Kyrgystan, kami kembali naik kendaraan masing-masing melewati No Mans land menuju ke Cek Point Tajikistan di Kyzyl Art.
Tadinya saya menyangka pos perbatasan kedua negara ini sangat dekat seperti di Dostuk. Ternyata masih sangat jauh dan harus melewati jalan-jalan berliku, mendaki, dan kadang sangat rusak dengan jurang-jurang yang menganga sangat dalam.  Namun walau menyeramkan, pemandangan yang sangat indah membayar semua itu.  Langit biru dan puncak  pegunungan Pamir Alay seakan meninabobokan mata hati dan jiwa. Ini adalah permulaan perjalanan yang sudah lama saya impikan. Perjalanan yang kini menjadi kenyataan.  Di sini hamparan salju di musim panas bukan saja ada di atap atau puncak gunung, tetapi kadang-kadang ada juga di hamparan di kiri kanan jalan. Ah saya tidak membayangkan seandainya ke sini di musim dingin.?  Namun menurut Mas Agus sebagian besar jalan akan tertutup salju sehingga rute ini tdak dapat dilewati selama musim dingin.
Perjalanan di Bordobo sampai ke Kyzyl Art Pass yang menandakan bahwa kita sudah sampai di tanah Tajik sejauh sekitar 20 kilometer ditempuh sekitar satu jam dengan kondisi jalan yang buruk namun dengan pemandangan yang menakjubkan. Â Di sini kita disambut dengan sebuah tugu bertuliskan Tajikistan dalam aksara Kiril dan juga miniatur peta Tajikistan serta patung kambing gunung bertanduk dua. Bedanya dengan patung yang Sary-tash adalah memiliki tanduk yang lebih pendek.
Yang unik lagi adalah ketika sampai di perbatasan Tajikistan, waktu di gadjet saya langsung berubah ke pukul 16.29 walau sebelumnya di Kyrgystan sudah menunjukkan pukul 17.27. Â Memang ada satu jam perbedaan waktu antara dua negeri tetangga ini. Â Di sini pula kami bertukar kendaraan karena kendaraan saya yang dikemudikan Zhubah merupakan kendaraan dengan registrasi KyrgyZtan. Di sini Syamil sudah menanti dengan kendaraan Tajikistan sebagaimana tiga mobil lainnya. Kami hanya memindahkan koper dan barang bawaan sambil mengucapkan selamat tinggal kepada Zhuba yang harus kembali ke KyrgyZtan. Â Ketinggian di sini sudah melebihi 4300 meter.
Dari Kyrgyl Pass, hanya perlu sekitar 5 menit untuk sampai di pos perbatasan di Kyrgyl Art. Â Berbeda dengan di perbatasan Bordobo, di sini kita hanya menunggu di dalam kendaraan sementara Syamil yang mengurus paspor kami dari pos ke pos. Â Namun di sini pula sebagian besar bagas dan kopeor diperiksa oleh petugas bea cukai sehingga kami harus turun walau hujan salju mulai turun dengan bulian-buliran yang halus dan terpaan angin dingin yang berhembus kencang. Â Sebuah pengalaman menarik menembus garis batas yang konon merupakan sala satu perbatasan dua negara tertinggi di dunia.
Proses imigrasi dan bea cukai berlangsung cukup lama walau hanya ada rombongan 4 kendaraan kami, Setelah beres kami masih haris melanjutkan lagu perjalanan menuju ke Karakul. Â Di kawasan ini pula kita melihat sebuah tugu dengan patung kambing bertanduk dua dengan tulisan Murgabsky Rayon dalam aksara Kiril. Â Yah kita sudah memasuki wilaYAH GBAO seperti GBAO permit yang sudah kita dapat sebelumnya. Â Walaupun berkunjung ke Tajikistan tidak memerlukan visa bagi pemegang paspor RI, namun untuk berkunjung ke Pamir Mountain, kita tetap memerlukan izin khusus yang Bernama GBAO Permit. DI situ bahkan lengkap ditulis kawasan mana saja yang boleh dikunjungi.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 18.00 ketika kami tiba di kawasan Karakul atau Danau Hitam dalam bahasa lokal. Sebuah danau yang airnya tampak biru tua kehitaman dan konon airnya asin sehingga tidak ada kehidupan di danau ini. Tampak sangat indah senja itu, namun kami tidak dapat menikmatinya terlalu lama karena udara yang sangat dingin terutama hembusan angin nya yang cukup kencang menembus tulang.Â
Dari Karakul Lake, kami meneruskan perjalanan menuju Desa Karakul, tempat kami akan menghabiskan malam pertama di Pegunungan Pamir. Sebuah petualangan yang tidak terlupakan sudah menanti di depan mata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H