Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Domba dan Kuda di Antara Osh dan Sary-Tash

21 Agustus 2024   13:55 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung berkuda dan harimau: Dokpri

Hari masih pagi di Osh, kota kedua terbesar di Kyrgyztan setelah ibukota Bishkek.  Setelah dua malam di sini, kami sudah harus siap-siap melanjutkan perjalanan menuju negeri stan berikutnya, yaitu Tajikistan. 

"Malam ini, kita akan menginap di homestay di Karakul,' jelas mas Agus sambil menambahkan bahwa ketinggian Desa Karakul lebih dari 4000 meter di atas permukaan laut sedangkan kota Osh sendiri masih terletak di Lembah Fergana yang subur dengan ketinggian sekitar 800-900 meter saja.   Jadi kita harus Bersiap-siap menghadapi perubahan ketinggian yang cukup drastis.

Dari Sunrise Hotel, kami mengucapkan selamat tinggal buat Mirlan, pengemudi yang telah menemani dari Tashkent sejak beberapa hari lalu. Kini posisi Mirlan digantikan oleh Zubah, adiknya yang masih berusia 23 tahun dan sekilas tampak lebih pendiam.

Sunrise Hotel Osh: Dokpri
Sunrise Hotel Osh: Dokpri

Saya sendiri sudah berganti kostum dengan mengenakan rompi tradisional Kyrgyz serta peci Kyrgyz yang saya beli di Osh Market kemarin.  Kebetulan rompi saya kembaran dengan yang dipakai mbak Retha.  Rompi ini dibeli dengan harga lumayan terjangkau yaitu hanya sekitar 450 Som Kyrgyz atau sekitar 5 atau 6 USD saja.  Lumayan untuk persiapan menghadapi cuaca yang kian lama kian sejuk karena nanti perjalanan akan terus mendaki.

Perjalanan dimulai di jalan raya yang lumayan ramai meninggalkan kota Osh. Konvoi kendaraan sempat berhenti di pom bensin untuk mengisi bahan bakar.  Ini adalah awal Pamir Highway atau Jalan Raya M41 yang membentang sepanjang ribuan kilometer dari Osh ke Dushanbe.  Suatu perjalanan panjang yang akan kami tempuh dalam lebih dari satu minggu ke depan. 

Semakin jauh meninggalkan kota Osh, jalan semakin mendaki dan berliku. Di kanan kiri jalan banyak padang rumput dan juga rumah-rumah tradisional serta tenda tempat suku nomaden tinggal yang disebut Yurt. 

Padang rumput dan yurt: Dokpri
Padang rumput dan yurt: Dokpri

Dalam perjalanan ini juga, laju kendaraan beberapa kali terhambat karena terhadang oleh kawanan ternak yang digembala oleh orang berkuda.  Kumpulan domba mengusai seluruh jalan dan dengan susah payah, kendaraan baru bisa melewatinya. Kesempatan ini juga digunakan untuk sejenak beristirahat dan berfoto bersama rombongan ternak itu. 

Kawanan domba: Dokpri
Kawanan domba: Dokpri

Sekitar dua jam lebih meninggalkan Osh, kami sampai di Gulcha, sebuah kota kecil di jalur M41 dimana kami sempat mampir ke sebuah mini market dan memborong persediaan makanan untuk selama beberapa hari di pegunungan Pamir nanti,   Di Gulcha ini juga ada sebuah monumen yang cukup cantik, yaitu seorang lelaki berkuda dan dikawal oleh sepasang harimau salju.  Dalam perjalanan dari Osh ke Gulcha, kami sempat melewati beberapa desa Bernama Asancheck, Mady, Kararay, dan Taldyk.  Masih ada beberapa desa atau kota kecil yang kami lewati, namun tidak sempat saya catat namanya. 

Patung berkuda dan harimau: Dokpri
Patung berkuda dan harimau: Dokpri

Setelah melewati Gulcha, perjalanan terus mendaki dan berliku, beberapa kali kami juga melewati penggembala ternak bai dengan domba atau bahkan kuda. Sewaktu melewati rombongan kuda, bahkan ada beberapa yang sama sekali tidak mau memberi jalan kendaraan walau sudah diklakson cukup keras.  Walaupun perjalanan terhambat, kami tetap senang sesekali turun dari kendaraan dan berfoto atau membuat video.

Pemandangan juga mulai berubah, padang rumput yang luas sesekali diisi oleh tanaman dan bunga-bunga yang cantik. Gunung-gung dengan langit biru dan awan putih yang jernih. Di sini atap dunia dan langit terasa lebih dekat dibandingkan yang biasa kami lihat. 

Di jalan yang berliku ini pula, kita bisa melihat di bahwa jalan yang melingkar-lingkar naik dengan kendaraan besar kecil yang bergerak lambat.  Suhu udara kian sejuk dengan semakin tingginya kami naik. Mungkin sudah melebihi 2500 meter di atas permukaan laut. 

Jalan Berliku: Dokpri
Jalan Berliku: Dokpri

Ada beberapa desa kecil yang kami lewati seperti Lyzyl Korgon, Askaly danUch Tyube sampai akhirnya sekitar menjelang pukul 2 siang, kami tiba di desa Sary-Tash untuk beristirahat dan makan siang.  Sebuah patung kambing gunung bertanduk dua menyambut kedatangan kami di desa ini.

Patung kambing di Sary-Rash: Dokpri
Patung kambing di Sary-Rash: Dokpri

Ashkhana atau rumah makan, demikian tertulis dalam aksara Kiril pada papan nama warung makan yang ada di Sary Tash ini.  Suasana siang itu cukup ramai walau warung ini tidak terlalu besar.  Seorang gadis melayani tamu dengan ramah dan selain rombongan kami ada beberapa kelompok wisatawan yang juga sedang makan siang di sini. Menunya cukup sederhana, yaitu sup, dan roti nan. Makanan yang sudah beberapa hari selalu hadir di meja dalam perjalanan di Asia Tengah ini.

Warung di Sary-Tash: Dokpri
Warung di Sary-Tash: Dokpri

Di warung ini juga bahkan tersedia wifi sehingga kami sempat berhubungan dengan dunia luar walau sinyalnya sendiri sering terputus. Maklum Sary Tash sendiri merupakan desa terakhir sebelum kami menuju ke pos perbatasan Kyrgyztan di Bordobo, sekitar 26 kilometer dari sini.

"Ketinggian di Sary Tash ini sekitar 3100 meter," demikian ujar Mbak Retha yang membawa alat untuk mendeteksi ketinggian.  Kami sempat beristirahat dan juga berfoto di Sary Tash bersama seorang lelaki yang berseragam mirip tentara.

Rambu: Dokpri
Rambu: Dokpri

"Kita harus cepat berangkat karena perbatasan akan tutup sekitar pukul 5 sore," demikian pesan mas Agus lagi. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 3.30 sore ketika kami meninggalkan Sary-Tash untuk melanjutkan perjalanan ke perbatasan.  Tidak lama setelah meninggalkan Sary-Tash kami melihat petunjuk arah pada jalan bercabang dua. 

Yang ke kanan menuju ke Lenin Peak Base Camp sejauh 86 Km dan juga Daroot Korgon sejauh 90 Km. Sementara kami mengambil arah ke kiri yaitu ke perbatasan Tajikistan,  Kyzyl Art sejauh sekitar 40 Km.  Juga ada petunjuk arah menuju kota-kota di Tajikistan seperti Murghab sejauh 232 Km dan Khorog 540 Km.  Kota-kota ini tentunya akan kami kunjungi dalam perjalanan di Atap Dunia kali ini.

Kendaraan terus bergerak melewati jalan berbelok-belok menuju ke perbatasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun