Hari masih sekitar pukul 8 pagi ketika kami memulai perjalanan dari stasiun Hatagaya menuju Shinjuku di pusat kota Tokyo. Â Tujuannya adalah titik kumpul di depan SMBC (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) di Nishishinjuku. Â
Perjalanan di stasiun Shinjuku memang sangat menantang karena merupakan stasiun paling ramai tempat pertemuan beberapa belas jalur  kereta di ibukota Jepang ini, baik kereta bawah tanah, kereta komuter, lokal hingga kereta cepat Shinkansen.  Walau sudah beberapa kali lewat di stasiun ini, setiap kali saya  sering nyasar dan untungnya jika bertanya ke orang Jepang, mereka dengan ramah selalu membantu untuk mengantar ke tempat tujuan. Benar-benar keramahan yang tidak ada duanya di dunia ini.
Pukul 8.49 Â Bus kami berangkat meninggalkan pusat kota Tokyo menuju kawasan wisata Gunung Fuji. Jadwal ini sedikit terlambat karena memang situasi lalu lintas pagi itu cukup padat.
Kyo, pemandu wisata kami menjelaskan beberapa tempat yang akan dituju hingga kembali ke Tokyo sekitar pukul 8 malam nanti. Dia menjelaskan bahwa perjalanan ke tujuan pertama yaitu Mount Fuji 5th station yang biasanya ditempuh sekitar 2 jam kali ini akan memakan masa sekitar 3 setengah jam. Maklum lalu lintas akan padat karena libur panjang di Jepang saat ini.
Untuk memulai cerita, Kyo memperkenalkan negeri Jepang melalui mata uangnya. Â Sebagaimana diketahui bahwa mata uang Jepang, Yen terdiri dari koin pecahan 1, 5, 10, 50, 100 dan 500. Sementara uang kertas terdiri dari pecahan 1000, 5000 dan 10000. Â
Uniknya uang logam atau koin memiliki masa edar yang sangat lama. Bahkan uang pecahan 100 Yen yang terbit lebih 40 tahun lalu masih berlaku hingga saat ini. Â Tingkat inflasi yang sangat rendah di Jepang membuat harga minuman di vending machine relatif naik sangat sedikit. Misalnya harga sekaleng coca cola pada tahun 1989 adalah 100 Yen dan sekarang berkisar 120 hingga 150 Yen saja.
Perkenalan pertama adalah dengan yang logam 1 Yen yang dibuat dari  aluminum dengan berat 1 gram dan sangat ringan sehingga akan mengambang di atas air.  Rancangan koin yang beredar sekarang sudah ada sejak 1955 dengan gambar tumbuhan di depan dan angka 1 di belakang lengkap dengan tahun penerbitan menggunakan era kaisar yang berkuasa yaitu Showa untuk Hirohito dan Heisei untuk Akohito.
Yang menarik adalah uang logam 5 Yen dan bolong di tengah dengan gambar padi yang tumbuh dari air dan tulisan Kanji 5 Yen. Â Di bagian belakang adalah tulisan Nippon dan tahun penerbitan yang juga dalam Kanji. Koin 5 Yen ini dibuat dengan bahan campuran tembaga dan seng dengan berat sekitar 3,5 gram. Uang yang beredar sekarang sudah ada sejak 1959 dengan disain yang sama.
Uang 5 Yen atau dalam bahasa Jepang disebut Goen melambangkan keberuntungan bagi orang Jepang. Â Ketika mereka berkunjung ke kuil biasanya akan berdoa dan melemparkan uang 5 Yen karena dewa dewa akan dekat dan sekaligus mengabulkan doa-doa.
Demikian cerita terus berlanjut hingga ke uang logam 10, 50, 100 dan 500 Yen dengan motif kuil dan juga berbagai jenis bunga dan tumbuhan. Semuanya melambangkan filosofi dan budaya Jepang yang kental.