Tujuan kita kali ini adalah toko atau gerai jamu tradisional yang Bernama Jamu Warisan. Â Di sini kita berkenalan langsung dengan pemiliknya yaitu Bu Rini yang merupakan generasi kedua usaha jamu ini. Â Yang unik adalah di toko ini juga dipajang foto Jokowi ketika mampir ke sini.Â
Bu Rini menjelaskan jika usaha jamu ini diwariskan dari ibunya yang memulai usaha pada tahun 1960-an di Yogya. Â Ada berbagai jenis jamu yang ditawarkan yaitu jamu beras kencur, kunyit asam dan juga jamu sampringan. Â Kami semua diberi satu botol jamu kunyit asam dan bisa mencicipi beberapa jenis jamu lainnya. Saya sempat mencicipi jamu beras kencur. Â Kalau mau membeli lebih, harga satu botol dipatok 15 ribu rupiah saja.Â
Dari warung jamu, kami berjalan sepanjang jalan Srikaya dan kali ini mampir si sebuah toko penjual kopi bubuk. Nama toko ini adalah Kopi Luwak. Â Seorang lelaki berambut putih berusia lebih 65 tahunan menyambut dengan ramah. Â Dia mengaku lahir pada tahun 1957 dan lebih suka dipanggil Koh Lun saja. Â Walau dia menunjukkan nama Tionghoa dan nama Indonesianya di banyak kertas yang ditempel di tokonya. Â
Â
Kopi bubuk yang dijual ada jenis Arabika dan juga Robusta dan diambil dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu jenis kopi favoritnya adalah kopi Lampung. Â Dengan antusias Koh Lun terus bercerita dan di toko ini juga ada tulisan Kamsia yang dalam bahasa Hokkian berarti Terimakaih. Â Ketika ada anggota rombongan yang menyebut Xiexie. Â Koh Lun berkata bahwa bagi dirinya kaya kamsia jauh lebih bermakna karena kata xie xie yang dalam bahasa Mandarin tetap merupakan bahasa asing. Â Dia sendiri mengaku tidak bisa berbahasa Mandarin karena sewaktu kecil dahulu sekolah-sekolah Tionghoa ditutup di awal zaman Orde Baru. Â Konon Toko Kopi yang dulunya Bernama Toko Burung Kenari ini juga sudah ada sejak tahun 1930 an.
Dari Stasiun Gondang Dia, kami kembali berjalan menyusuri Jalan Cit Mutiah dan lalu belok kanan ke Jalan Cikini Raya. Di sini ada Kantor Pos Cikini yang buka 24 jam walau sekarang hanya menempati sebagian sisi samping bangunan aslinya. Â Juga ada banyak kuliner legendaris seperti kafe dan restoran, salah satunya adalah Bakoel Kpffie yang sudah ada sejak 1887. Â
Tujuan terakhir kita lumayan jauh, setelah melewati Taman Ismail Marzuki, kami sampai di sebuah hotel yang berama Hotel Cikini. Di lobi hotel ini ada gerai Es Krim Canang yang juga sudah ada sejak tahun 1950-an dan merupakan langganan keluarga presiden Sukarno dan Soeharto, Bahkan saat penyelenggaraan pesta olah raga Ganefo dulu es krim yang aslinya Bernama Tjan Njan ini dijadikan semacam es krim resmi?
Akhirnya nama Es Krim Tjan Njan diganti menjadi Toko Tjanang dan kemudian Canang hingga saat ini tetap bertahan di antara banyaknya es krim kekinian. Di gerai ini saya sempat mencicipi es krim kopyor. Ada beberapa rasa yang ditawarkan yaitu es krim nangka dan lain sebagainya.