Para peserta sudah siap duduk di kursi masing-masing, kami juga sempat duduk di kursi dan bergaya sebelum tes dimulai. Pintu ditutup dan kedap udara. Kemudian tekanan di dalamnya mulai dikurangi mensimulasikan ketinggian sampai 25 ribu kaki.
Para peserta juga kemudian diberikan selembar kertas untuk tes matematika sederhana. Bagi yang masih bertahan dapat mengerjakan soal dengan baik, bagi yang sudah mengalami gejala hipoksia tentunya akan sangat lambat atau bahkan salah menjawab.
Masing-masing juga dilengkapi monitor untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah. Bagi yang sudah tidak tahan, akan diberikan masker oksigen sehingga menghindari gejala hipoksia berkelanjutan.
Di ruangan ini pula kami berkenalan dengan Bu Kolonel dr. Erna Emlijah S.pm  yang merupakan Kadep Aerofisiologi di Lakespra ini. Juga kemudian dengan Letkol Kes Jamas Rahadi  S.Kep, M.M., yang menemani kunjungan kami ke tempat-tempat lain di Lakespra serta Pak Toro, yang bertugas melaksanakan peralatan tes.
Dari hypobaric chamber, kami kemudian melihat fasilitas Night Vision Trainer, yaitu sebuah ruangan gelap mirip bioskop yang mampu membuat simulasi penglihatan di malam hari yang mendemonstrasikan beberapa fenomena yang mungkin terjadi saat malam hari dan untuk melatih Teknik terbaik untuk melihat dan menjadi adaptasi dalam kegelapan.
Salah satu contoh fenomena yang sering kita alami adalah kita untuk sementara tidak bisa melihat jika secara tiba-tiba masuk ke ruang gelap, misalnya saja ketika masuk ke dalam bioskop yang gelap.
Karena proses pelatihan di NVT berlangsung lebih dari setengah jam, kami hanya menamati sebelum pelatihan dimulai.
Tempat selanjutnya adalah melihat-lihat fasilitas baik BOT (Basic Orientation Trainer dan juga AOC (Advanced Orientation Trainer).
Orientation Trainer ini merupakan alat untuk mensimulasikan kondisi dan ilusi yang dapat menyebabkan disorientasi spasial pada penerbangan.
Untuk itu penerbang harus dilatih untuk lebih percaya kepada instrumen dibandingkan feeling yang mungkin salah.