Yang sangat berkesan bagi saya adalah Bu Liliek yang suka membuat video dan kami sempat membuat beberapa video lucu ketika menginap di desa Saritag. Â
Selain itu keduanya juga sangat suka dengan buah cherry dan aprikot yang ternyata cukup banyak tumbuh di tepi jalan baik di Uzbekistan maupun Tajikistan. Karena itu baik Bu Liliek maupun Bu Ida dengan bersemangat turun dari kendaraan dan memetik buah tersebut dibantu oleh Mas Kasan. Â Seru sekali rasanya.
Dan tentunya di antara empat sosok yang saya sebutkan dalam kisah ini, ada satu persamaan di antara ketiga ibu ibu dokter itu adalah semuanya memiliki hobi berbelanja.  Baik makanan kecil maupun  suvenir.  Karena itu di sepanjang perjalanan saya hampir tidak pernah berhenti mengunyah berbagai jenis makanan kecil.
Ketiganya juga merupakan ibu-ibu yang sangat murah hati dalam memberikan hadiah.  Berbagai jenis hadiah sudah disiapkan dari tanah air baik untuk pemandu wisata lokal maupun para pengemudi  dalam pengembaraan yang sangat berkesan kali ini.
Terima kasih banyak buat empat sosok yang mengagumkan, Pak Iskandar , Bu Mirna, Bu Liliek dan Bu Ida yang telah banyak memperlancar inspirasi buat saya. Namun tentu tidak lupa salam buat sobat lain yang lebih muda seperti Pak Yudi, Pak Edy, Mbak Maya dan Mbak Retha serta tentu saja Mas Sodiq. Â
Kelompok selanjutnya adalah para fotografer yaitu Pak Yudi, Pak Edy dan Mbah Retha. Â Mereka kebetulan satu kendaraan dan tampak sering mengambil banyak foto di berbagai tempat dengan serius. Hasil karya mereka juga terbukti berupa foto dan video yang cantik. Â Mereka pun telah mengembara ke puluhan negara di berbagai pelosok dunia.
Saya sempat naik ke Sulaiman Too di Osh  bersama dan menghasilkan beberapa foto yang ciamik.
Pak Yudi yang  berpenampilan tenang dan selalu ceria kebetulan berbagi kamar dengan saya baik di Tashkent, Kokand, Osh, Dushanbe, Khujand dan selama di Homestay di Pamir.  Ia tampak nya seorang fotografer yang cukup serius dan pendaki gunung yang cukup berpengalaman.  Saya belajar bagaimana mengeringkan pakaian dengan cepat dan juga melihat bagaimana mempersiapkan koper dengan ringkas.
Sementara itu penampilan pak Edy dengan rambut putihnya yang khas mengingatkan saya akan Hatta Rajasa. Â Kalem dan selalu santai, Pak Edy sering berbicara dalam dialek Minang Pekan Baru dengan Maya. Â
Mbak Retha juga selalu tampil  tenang  dan  serius walau senyum tidak pernah hilang dari wajahnya.  Lebih banyak mengambil foto sendiri walau  sekali-kali minta diambilkan fotonya oleh saya. Â