Sambil bersantai makan malam, kami saling berkenalan dan ternyata seperti diinfokan sebelumnya, jumlah peserta jalan-jalan kami kali ini adalah 10 orang, ditambah Mas Agus dan Mas Kasan plus 4 orang pengemudian yang akan membawa kami menjelajah Atap dunia dalam perjalanan darat sekitar 2500 kilometer.
"Ini adalah Nazar," kata Mas Agus memperkenalkan salah seorang pengemudi kendaraan yang juga menjadi mitra lokal dalam tur kali ini.
Yang membuat kami kagum dan heran adalah fakta bahwa Nazar yg sekarang ini sebenarnya sudah muncul dalam buku garis batas sebagai bocah yang masih ingusan berusia sekitar 9 tahun. Â Ketika itu mas Agus dalam pengembaraan di salah satu desa bernama Alichur di Tajikistan dan kemudian menginap di rumah orang tua Nazar. Â
Ketika itu Nazar sangat mengidolakan Agus dan siapa sangka malam ini di Tashkent adalah pertemuan kembali antara Agustinus Wibowo, sang pengelana dengan Nazar yang ada dalam kisahnya setelah belasan tahun tidak berjumpa. Jika dulu Mazar masih merupakan bocah lelaki berusia sekitar 9 tahun, kini Ia sudah menjadi pemuda tampan yang akan mengelola perjalanan ke Atap Dunia ini.
Dan dalam perjalanan ini pula, Nazar akan seringkali mengucapkan kata Mas Agus Mas Agus untuk memanggil Mas Agus.
Permainan nasib memang penuh misteri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian. Namun yang pasti adalah tetaplah selalu berbuat baik, karena kebaikan itu akan datang lagi kemudian.
Dam saya kembali tersenyum sambil menikmati manisnya melon Uzbek.
Tashkent, Medio Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H