Setelah makan siang di sebuah restoran yang menyajikan menu plov, semangka dan salad khas Uzbek di Ferghana,  kendaraan kami  melanjutkan perjalanan menuju ke kota perbatasan antara Uzbekistan dan Kyrgyzstan di Andijon.
Di sini pula kami semua mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada Dinora, pemandu wisata yang sudah menemani selama be beberapa hari di Uzbekistan.
"Nama perbatasan ini adalah Dostuk dalam bahasa Kyrgyz  dan disebut juga Dostlik dalam Bahasa Uzbek yang berasal dari kata dasar dost yang bermakna teman," demikian komentar Mas Agus ketika kami harus turun dengan membawa koper dan barang bawaan masing-masing untuk antri di imigrasi.
Hal ini dikarenakan antrean kendaraan biasanya akan lebih lama terutama di hari sibuk musim liburan Idul adha ini. Antrean kendaraan bisa memakan masa 5 jam lebih. Suasana perbatasan sangat ramai baik dengan pejalan kaki maupun kendaraan yang ingin menyeberang ke Osh di Kyrgystan.
Satu persatu kami  membentuk antrean dan memasuki lorong menuju kantor imigrasi keluar dari Uzbekistan. Seorang petugas memeriksa paspor masing-masing dan kami antre dengan tertib. Hanya ada 3 jalur antrean dengan tulisan paspor control tanpa dibedakan kebangsaan. Ada lagi jalur di paling kiri dengan petunjuk untuk turis tetapi kosong melompong tanpa petugas dan antrean.
Hanya ada sekitar 10 orang di depan mas Kasan yang ada di depan saya dan prosesnya cukup lancar. Namun tiba-tiba saja ketika giliran mas Kasan di paking depan loket ada seorang ibu muda yang membawa beberapa orang anak langsung menerobos antrean. Â
Setelah ibu muda tadi lewat dan Mas Kadan ada di loket serta saya ada di antrean paling  depan, tiba-tiba di samping saya juga muncul seorang ibu muda mengenakan hijab menggendong seorang anak perempuan yang masih balita berusia di bawah dua tahun dan menggandeng anak perempuan lainnya yang mungkin berumur sekitar 4 atau 5 tahun.  Dengan wajah memelas dia seakan meminta didahulukan.
Dia menegur saya sambil berkata Kitai dan  saya jawab dengan kata Nyet yang berarti tidak dan mengatakan bahwa saya dan teman-taman berasal dari Indonesia.  Dia kemudian menunjukkan paspor Kirgizstan. Kata Kita cukup sering ditanyakan kepada kelompok kami karena umumnya penduduk di kawasan Asia Tengah ini sering menduga bahwa kami berasal dari Tiongkok.
Kami sempat bercakap cakap sementara ketika saya menanyakan nama dan usia anaknya yang digendong. Dia menjawab bahwa anak perempuan itu bernama Ummi Kulsum dan berusia satu tahun setengah sementara kalanya bernama Zamsiyah dan berusia lima tahun.
Akhirnya saya memberikan hak antrean saya keada  ibu muda tadi walau dia pada awalnya masih sedikit enggan dan pura-pura menolak dengan berkata Mozna aliah bolehkan saya.
Ternyata proses imigrasi perempuan ini cukup lama karena petugas mengajukan cukup banyak pertanyaan sebelum akhirnya memotret bayi perempuan itu yang kemudian dibiarkan berjalan melewati garis batas dan diikuti oleh kakaknya. Wah saya semoga khawatir kalau Ummi Kulsum diculik orang lain ketika sang ibu masih berada di belakang loket imigrasi. Â
Akhirnya saya dan teman teman berhasil keluar imigrasi Uzbekistan dan berjalan menuju antrian imigrasi untuk masuk Kyrgystan. Â Di sinilah drama mulai terjadi.
Di lorong ini antrean berjubel dan tampaknya tidak ada aturan yang pasti. Â Banyak sekali ibu -ibu membawa anak kecil, dan lansia yang melewati antrean alias menerobos dengan sedikit memaksa. Yang lebih membuat banyak orang resah adalah antrean sama sekali tidak bergerak dalam waktu yang cukup lama. Â
Bila pada awalnya kamu membiarkan ibu ibu yang membawa anak kecil atau para babishka alias nenek-nenek menyerobot antrean. Namun hal ini tidak dapat dilakukan secara terus menerus karena ketika ini dan anak tau bayi diberi lewat maka satu rombongan orang akan ikut menyerobot tidak memandang usia, baik anak muda.lelaki maupun perempuan. Â Ada beberapa kali hal ini terjadi dan kami masih tetap tidak tahu kapan akan sampai di loket imigrasi.
Akhirnya kami mencoba menghalangi serobot an ibu ini dan nenek -nenek itu dengan membuat barikade walau mereka pun tidak kenal menyerah untuk terus maju. Singkatnya antrean di perbatasan Uzbekistan Kyrgyzstan ini telah berubah menjadi front perang yang cukup seru.
Setelah jampi 1 jam lebih antre, baru kemudian kami dapat bergerak masuk menuju antraaj di depan loket. Walau pun begitu sama sekali tidak anda aturan yang jelas dan yang berani atau kuat tetapi menang untuk duluan dilayani.
Walau saya dan sebagian besar anggota rombongan telah melewati loket, ternyata masih ada beberapa anggota yang tertinggal di belakang dan kami masih harus menunggu sekitar setengah jam lebih lagi untuk berkumpul di sisi Kyrgyzstan.
Welcome to Kyrgystan. Â Di sini kita dapat menukar uang dengan mata uang Sok Kyrgystan dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju tempat menginap di pusat kota Osh.
Perjalanan menembus batas si Asia Tengah antara Uzbekistan dan Kirgistan ini memberikan kami banyak pelajaran. Â Bahasa banyak peristiwa yang menarik dan juga Ummi Kulsum atau Zamiyah yang lain dan ibu mereka yang melintas perbatasan setiap hari. Â
Osh Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H