Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Kebakaran Hutan Menuju Valparaiso

15 Mei 2024   08:22 Diperbarui: 15 Mei 2024   08:25 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinggiran kota Santiago (dok. pribadi)


Pagi baru saja merekah di Las Condes, Santiago ketika saya memulai perjalanan ke stasiun metro El Golf.  Tujuannya adalah kota di tepi pantai Samudra Pasifik, Valparaiso.

Sebenarnya rencana awal untuk pergi kota ini adalah  kemarin, tetapi karena ada kebakaran hutan dan berita di internet yang cukup menyeramkan dimana banyak orang yang menjadi korban dan jalan utama ditutup, maka perjalanan ditunda hingga hari ini.

Dari stasiun El Golf, dengan metro Line 1, saya menuju ke stasiun Pajaritos untuk kemudian naik bis menuju Valparaiso.  Sebenarnya kita bisa  membeli tiket secara daring di website, namun saya lebih suka membeli secara manual dan berinteraksi dengan penjualnya.

Setelah sekitar setengah jam lebih naik metro dan melewati 19 stasiun akhirnya kereta tiba di Pajaritos yang ada di kawasan Lo Prado.  Nama Pajaritos ini secara literal berarti burung-burung kecil yang diambil dari kata Pajaro yang bermakna burung.  

Tiket (dok. pribadi)
Tiket (dok. pribadi)


Stasiun metro Pajaritos ini terintegrasi dengan terminal bus. Tinggal melihat petunjuk jalan saja  menuju ke terminal. Selain ke Valparaiso dan kota-kota lain di kawasan pantai Pasifik seperti Vina del Mar, Algarrobo dan  Casablanca, di terminal ini juga ada bus yang menuju ke bandara Nueva Pudahuel atau Arturo Merino Benitez.  Saya langsung memutuskan akan  ketika meninggal akan naik bus ke bandara melalui terminal  ini ketika akan terbang ke Barcelona nanti.

Saya melihat deretan loket dengan nama perusahaan bus seperti Turbus, Condor, Pulman, Romani dan juga Flixbus.

Sambil mengintip jadwal bus yang ada di display elektronik, saya antre di depan loket Turbus  dan kemudian membeli  tiket ke Valparaiso Ida y Vuelta alias pulang pergi.  Untuk berangkat jam dipilih yang secepatnya dan kembali sekitar pukul 6 sore.  

Tidak lama kemudian dua lembar tiket sudah ditangan, yaitu tiket jam 9.50 pagi dengan Turbus  seharga 7 ribu Peso dan tiket kembali pukul 17.55 dengan bus Condor seharga 7000. Namun karena membeli sekaligus pulang pergi, penjual tiket yang berusia sekitar 50 tahunan hanya berkata : Once mil pesos alias 11 Ribu peso sambil tersenyum manis.   Wah ternyata banyak dapat discuenta alias diskon karena di tiket sendiri harga sekali jalan adalah 10 ribu Peso.

Bus di terminal (dok. pribadi)
Bus di terminal (dok. pribadi)

Catorce, demikian ucapan ibu tadi sambil menunjuk ke pelataran parkir bus.  Saya mencari platform 14 yang ternyata masih kosong.  Setelah menunggu sekitar 3 menit, Sebuah  sebuah bus double Decker dengan warna hijau putih masuk ke platform. Di depannya ada display elektronik  bertuliskan Valparaiso.

Para penumpang langsung berbaris rapi dan masuk ke dalam bisa sambil menunjukkan tiket dengan  QR yang langsung dipindai  oleh petugas.

'Arriba,' ucap petugas ketika Mekkah nomor kursi  33 sehingga saya naik ke atas.  Ternyata penumpangnya lumayan kosong dan  hanya berisi kurang dari 20 penumpang.

Pinggiran kota Santiago (dok. pribadi)
Pinggiran kota Santiago (dok. pribadi)


Tidak sampai 5 menit kemudian bus langsung  meninggalkan terminal dan kemudian menuju ke jalan bebas hambatan. Pemandangan pinggiran kota Santiago lumayan cantik dan ada juga gedung gedung yang lumayan tinggi.Di petunjuk display elektronik ada nama pengemudi dan juga kecepatan bis yang mulai mencapai 100 km per jam. Uniknya di tengah perjalanan ada semacam halte di mana penumpang bisa naik dan turun, bahkan juga ada pedagang asongan yang naik ke dalam bus dan menjajakan makanan kecil khas Chile.

jalan bebas hambatan (dok. pribadi)
jalan bebas hambatan (dok. pribadi)


Setelah satu jam perjalanan bus mulai memasuki kawasan Valparaiso dan di kiri kanan jalan terlihat asap dan api yang masih membalut pepohonan yang sudah hangus.  Apa yang tadinya merupakan hutan yang hijau kini habis terbakar.  Bahkan di berbagai tempat kebakaran hutan  ini masih menyebabkan kemacetan lalu lintas.  

Suasana Jalqn (dok. pribadi)
Suasana Jalqn (dok. pribadi)

Sesekali, melintas  mobil pemadam kebakaran yang melaju cepat di jalan bebas hambatan dengan suara sirine yang membuat suasana menjadi sedikit mencekam. Langit juga tampak sedikit mendung gelap bukan karena akan hujan tetapi karena bubungan asap yang menutupi kawasan di pinggiran kota Valparaiso.


Untungnya, ketika  mendekati pusat kota langit kembali lumayan cerah dan tanda tanda kebakaran tidak terlihat. Rupanya kota Valparaiso sendiri sama sekali tidak terdampak oleh kebakaran itu.

Untung saya tidak membatalkan kunjungan saya ke kota yang cantik ini.  Memasuki pusat kota, sangat terasa nuansa kota yang lebih spartan dibandingkan Santiago. Sebelum memasuki terminal, terlihat  pedestrian dan lapangan serta taman yang dijadikan tempat berniaga oleh pedagang kaki lima yang tampak menjamur di mana-mana.  Selain orang Chile sendiri, ternyata cukup banyak imigran dari negara tetangga seperti Venezuela yang mengalami krisis ekonomi dalam satu dekade terakhir ini.

 Valparaiso (dok. pribadi)
 Valparaiso (dok. pribadi)


Bus kemudian memasuki terminal Rodoviaro yang sekilas tampak lebih sederhana  dibandingkan terminal di Santiago.

Begitu turun bus banyak orang yang menawarkan taksi atau transportasi lainnya.  Saya lemparkan pandangan ke sekeliling terminal.  Ada sebuah kantor kecil yang merupakan tempat informasi pariwisata Valparaiso.  Ada informasi dan brosur yang dipajang di dinding kaca. Namun sama sekali tidak ada petugasnya.  

Di seberang  juga ada sebuah toilet umum, untuk masuk kesana kita harus bayar 300 peso.  

 Suasana sekitar terminal (dok. pribadi)
 Suasana sekitar terminal (dok. pribadi)


Dan di sisi lain, ada deretan kursi ruang tunggu serta ada loket-loket perusahaan bus yang menjual tiket dengan berbagai tujuan, baik ke Santiago atau juga Vina del  Mar dan kota-kota kainnya.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 12 siang.  Tujuan saya siang itu adalah mampir ke Plaza Soto Mayor di pusat kota yang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 10-15 menit dengan bus.  

Karena itu saya mampir dulu ke warung kecil di dalam terminal dan memesan secangkir kopi dan sepotong roti.  Cukup untuk mengganjal perut yang belum diisi  sejak pagi sambil mencari lebih banyak  informasi mengenai kota Valparaiso.

Setelah mampir di warung, saya berjalan keluar terminal dan berbelok ke kiri.  Di sini ada kantor Turbus. Tidak jauh dari kabir ini , ada persimpangan jalan yang cukup ramai  lengkap dengan  lampu lalu lintas. Di  seberang ada  sebuah plaza yang cukup luas.   ini adalah Plaza O'Higgins, yang namanya diambil dari salah seorang bapak perintis kemerdekaan Chile.

Di plaza yang ramai dan kebetulan pada hari minggu siang ini, banyak sekali pedagang kaki lima yang menjual apa saja termasuk pakaian bekas dan juga peralatan rumah tangga.  Uniknya di tengah taman ada kerumunan orang yang tampak sedang menyanyikan lagu-lagu rohani dan diikuti oleh orang orang yang hadir di sekitarnya. Mirip sebuah gereja atau ibadah di taman terbuka.  Saya ingat di sebuah taman di Bogota juga pernah bertemu dengan kegiatan serupa.  

Saya hanya berjalan santai dan sesekali berhenti, melihat-lihat barang dagangan atau sejenak menyimak lagu lagu yang merdu mendayu itu. Masih cukup banyak waktu sebelum melanjutkan perjalanan menuju plaza Soto Mayor dan memulai walking tur di Valparaiso.

Tugas selanjutnya adalah mencari bus menuju Plaza Soto Mayor.

Dengan tiket  tangan,  saya langsung   ke platform 14mencapai bis yang menuju Valparaiso menunggu sekitar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun