Sejak dari pintu gerbang, para catar atau calon taruna sudah disambut dengan tradisi khas Curug, yaitu, jalan jongkok dengan memanggul koper menuju ke tempat pendaftaran ulang, gedung serba guna yang jaraknya lumayan jauh, masih beberapa ratus meter dari pintu herbang. Lumayan melelahkan dan membuat hati langsung ciut. Namun untuk yang berpikiran positif, ini merupakan ajang penempaan fisik dan mental.Â
Â
Hal yang juga tidak bisa dilupakan adalah ketika para calon taruna juga harus kembali berjalan jongkok sambil memanggul koper ketika masuk ke barak masing-masing. Â Kebetulan saya dan beberapa teman satu angkatan ditempatkan di barak India yang cukup jauh di dalam karena nama-nama barak dimulai dari Alfa, Bravo, Charles, Delta, dan seterusnya . Â
Â
Sambil berjalan jongkok di koridor barak yang panjang ini pula kami mulai mengalami perundungan secara verbal lengkap dengan intimidasi yang membuat hati bergetar. Â Namun kebanyakan hanya merupakan ujian mental saja. Â
Â
Hari-hari  pertama di kampus memang bak neraka bagi sebagian besar calon taruna.  Apa lagi bagi yang diantarkan orang tua dengan kendaraan pribadi yang relatif mewah biasanya akan dicatat nama dan lokasi baraknya dan biasa nya akan rajin dikunjungi senior untuk mendapat perlakuan khusus. Tidak mengherankan jika sebagian dari mereka ada yang mengundurkan diri. Â
Â
Program pertama kami di kampus dalam satu minggu pertama kala itu dinamakan Pekan Jativani. Pada masa ini semua calon taruna diwajibkan mengikuti rentetan acara pengenalan kampus dasar-dasar baris berbaris dan juga kedisiplinan lainnya.  Namun yang paling sulit dilupakan adalah setiap malam kami harus  melewati acara tidak resmi perkenalan dengan senior yang mendatangi barak-barak dengan segala perbuatan yang kadang membuat kami takut.  Banyak sekali latihan dan kegiatan yang cukup menuras energi dan tenaga dan kegiatan ini diakhiri dengan berjalan kaki atau baris berbaris lebih dari 20 kilometer dari kawasan di luar kampus. Â
Â