Indonesia U 23 membuat kejutan besar di Piala Asia AFC U 23 di Qatar. Walau sempat kalah kontroversial dari Qatar di pertandingan perdana 0-2 dan dipandang sebelah mata oleh dunia, Indonesia mampu membuat dunia tercengang ketika mengalahkan tim unggulan Australia 1-0 dan kemudian di pertandingan terakhir menghancurkan tim kuat Timur Tengah, Yordania dengan skor 4-1.Â
Sontak, penggemar sepak bola dan masyarakat Indonesia yang haus akan kemenangan dan kejayaan sepak bola bersorak gembira. Pujian pun melayang ke pemain-pemain yang hebat baik penjaga gawang Ernando, pencetak gol seperti Komang Teguh, Marcelino, Witan serta permainan cantik Nathan, Tjoe A On, Justin serta masih banyak lagi.
Di balik tim atau pemain yang hebat, sudah pasti ada pelatih yang hebat pula. Karena itu pelatih tercinta Shin Tae Yong pun tidak luput dari puja puji masyarakat Indonesia. Â Harapan besar pun langsung dilimpahkan ke pelatih STY untuk dapat membawa Indonesia bukan hanya mencapai target melaju ke 8 besar, tetapi paling tidak melaju ke semi final sekaligus membuka pintu untuk kembali bermain di Olimpiade. Â Bermain di Olimpiade, seperti juga bermain di Piala Dunia merupakan impian besar bagi dunia sepak bola Indonesia. Â Kita tentu masih ingat akan kejayaan sepak bola Indonesia di tahun 1956 ketika bermain di Olimpiade Melbourne.
Uniknya, lawan pertama yang harus dihadapi di 8 besar adalah tim Korea Selatan. Sebuah tim kuat dari Asia Timur yang timnas seniornya sudah sering melanglang buana dan bahkan sudah pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 termasuk langganan bermain di Piala Dunia.Â
Pertanyaan besar sempat menyeruak, apakah Indonesia akan mampu mengimbangi atau bahkan mengalahkan Korea Selatan? Â Apalagi pelatih STY sendiri pernah berkomentar bahwa dirinya akan jauh lebih nyaman jika Indonesia melawan Jepang. Â Sayangnya Jepang kalah di pertandingan terakhir grup B melawan Korea Selatan dan hanya menduduki posisi kedua dan harus melawan tuan rumah Qatar.
Mengapa pelatih STY merasa Indonesia akan lebih nyaman melawan Jepang. Tentunya kita semua maklum bahwa Oppa STU adalah pelatih yang berasal dari Korea dan tentunya sedikit banyak memiliki hubungan batik dengan tanah kelahirannya. Â Bagi STY tentunya akan lebih nyaman bertanding habis-habisan melawan Jepang dibanding melawan Korea Selatan. Sebagai manusia kita tentu memakluminya. Â Â
Sejenak, alam pikiran sempat melayang ke masa lampau. Ke dunia lain di cabang olahraga lain yang walau tidak kalah favorit di Indonesia, yaitu cabang bulu tangkis. Berbeda dengan sepak bola yang prestasinya hingga saat ini boleh dibilang masih baru di tingkat Asia Tenggara, bulu tangkis di Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh dengan torehan prestasi. Â 14 Kali juara Piala Thomas, 3 kali Piala Uber, serta puluhan gelar dari turnamen perorangan di berbagai kejuaraan bergengsi seperti All England sudah direbut pemain-pemain Indonesia.
Bahkan untuk tingkat Olimpiade pun, Indonesia sudah mengumpulkan banyak medali emas sejak pertama kali sepasang emas direbut oleh pengantin emas di Olimpiade Barcelona, yaitu Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma. Â Nama-nama seperti Tan Joe Hok, Rudi Hartono, Lim Swie King, Icuk Sugiarto hingga Taufik Hidayat dan Jonathan Christie menjadi pujaan dan kebanggaan Indonesia.
Mungkin kita juga jarang mengenal pelatih yang ada di belakang para pemain itu. Â Nah untuk itu nama Shin Tae Yong ini mengingatkan saya akan nama pelatih yang juga pemain bulu tangkis yaitu Tong Sin Fu. Â Beliau pernah melatih di Indonesia sejak 1986-hingga 1998 dan sempat mengantar Indonesia menuju kejayaan kedua di tahun 1990-an. Â Nama-nama tenar seperti Alan Budi Kusuma, Ardy B Wiranata, Icuk Sugiarto Candra Wijaya pernah diasuh beliau. Â Uniknya Tong Sin Fu ini merupakan pelatih dari Tiongkok yang sesungguhnya merupakan kelahiran Indonesia, Â Beliau sempat bermain di Indonesia di masa remaja, namun karena kekacauan politik akhirnya pulang ke Tiongkok dan bermain di Tiongkok dengan nama Tang Hsien Hu atau Tong Sin Fu. Â Â Kemudian beliau diajak untuk melatih di Indonesia dan sempat sangat ingin menjadi warga negara Indonesia. Â Sayang beliau tidak mendapatkan status warga negara dan akhirnya memilih untuk kembali ke Tiongkok untuk kedua kalinya.
Ironisnya di Tiongkok ini, Tong Sin Fu berhasil melatih pemain-pemain hebat seperti Lin Dan dan masih banyak lagi yang kemudian merebut supremasi pemain-pemain Indonesia di tahun 2000 an. Â Piala Thomas sudah jarang direbut Indonesia hingga baru dapat direbut kembali pada 2020 (dilaksanakan 2021 karena Covid). Â Â