Dari Compania de Jesus, perjalanan kembali dilanjut menuju jantung kota Santiago, yaitu Plaza de Armas., tempat yang sudah saya kunjungi sehari sebelumnya. Di sini saya sempat memperhatikan banyaknya pohon palem dan juga seniman jalanan yang menjual lukisan atau menerima lukisan kilat buat para wisatawan. Â Di sini juga ada sebuah prasasti di lantai yang terbuat dari kuningan yang menggambarkan sketsa kota Santiago dari abad lampau.
Kami juga berkunjung ke monumen Don Pedro de Valcidia, sang pendiri kota Santiago yang sedang menunggang kuda dan membawa sebuah gulungan berisi akta pendirian kota Santiago. Uniknya pada saat pertama kali diresmikan pada 1963, patung berkuda ini diletakkan di Cerro Santa Lucia dan baru dipindahkan ke Plaza de Armas pada 1966. Â Saat pertama kali dipindahkan ke sini, patung ini menghadap ke sisi timur dan baru pada 1999 diputar 180 derajat sehingga saat ini menghadap ke katedral di barat.
Ada satu hal yang unik dari patung perunggu ini adalah alat kejantanannya yang putus atau seakan-akan sengaja dibiarkan terpenggal. Â Hal ini belum semat saya perhatikan pada kunjungan sehari sebelumnya.
Tidak jauh dari sini, saya juga sempat bertemu dengan sebuah restoran Cina Bernama Comida China Liu dan Lui Kung serta sebuah gerai yang mungkin kontroversial jika ada di Indonesia (walau mungkin ada) yaitu Valle Placer Sex Shop yang menjual Juguetes para adultos atau mainan orang dewasa.
r
est
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H