Jalan-jalan di pusat kota Santiago de Chile masih belum selesai. Dari Plaza de La Constitucion, kami berjalan menuju ke utara menyusuru Morande dan kemudian menyeberangi Huefarnos. Â Di dekat persimpangan dengan Compania de Jesus, ada sebuah mal yang tidak terlalu besar Bernama Espacio M. Â Di sini kami sejenak mampir untuk ke toilet atau membeli makanan dan minuman bagi yang berminat. Â Ternyata gedung yang sekarang menjadi shopping mall ini dulunya adalah sebuah istana Bernama Palacio Larrain Zanartu dan sempat menjadi gedung kantor pusat salah satu surat kabar terkemuka di Chile, El Mercurio dari tahun 1902 sampai 1984.
Lima belas menit kemudian, kami berkumpul di Seberang jalan, tepatnya di depan gedung yang cantik, yaitu Palacio de los Tribunales de Justicia, Â Di gedung yang mirip istana ini juga terdapat gedung Corte Soprema de Justicia de Chile atau Mahkamah Agung Chile dan Corte de Apelaciones de Santiago, yaitu pengadilan banding Santiago. Â Di depannya ada tulisan memperingati 200 tahun gedung ini beserta sebuah monumen dengan prasasti bertulisakan nama Montt dan Varas dengan dua buah patung di atasnya. Â Ternyata Manuel Mont merupakan presiden Chile da bad ke XIX sedangkan Antonio Varas merupakan politikus dan juga pengacara terkenal Chile dari abad yang sama.
Di depan gedung ini, pemandu wisata bercerita banyak tentang kerusuhan besar yang melanda Santiago dan berbagai kota besar di Chile pada 2019-2020 lalu. Â Kerusuhan ini berasal daro protes dan demo ketidakpuasan rakyat Chile atas kebijakan pemerintahan presiden Sebastian Pinera.Â
Kerusuhan dimulai ada Oktober 2019 dan baru mereda pada Maret 2020 karena Covid mulai melanda Chile. Konon ketidakpuasan rakyat yang disusul dengan protes dan demo besar-besaran ini dimulai dengan kenaikan ongkos transportasi baik metro maupun bus di Santiago. Â Diawali dengan protes dan banyaknya pemuda, mahasiswa dan pelajar yang tidak membayar tiket untuk naik metro, akhirnya mencapai puncaknya pada 19-20 Oktober dengan perusakan fasilitas umum seperti beberapa stasiun metro, bank, dan juga universal yang dibakar. Â Juga terjadi penjarahan di toko-toko dan pusat perbelanjaan. Â Konon lebih dua ribu orang terluka. Dan ribuan orang ditangkap serta beberapa puluh orang tewas selama kerusuhan ini.Â
Untuk meredam kerusuhan, pemerintah sempat menyatakan keadaan darurat dan jam malam di Santiago dan berbagai kota besar lainnya. Â Kerusuhan ini dikenal di Chile dengan nama Estallido Social atau Social Outbreak sampai akhirnya pada Oktober 2020 terjadi referendum untuk melahirkan konstiitirsi baru di Chile. Â Dikisahkan pada kerusuhan ini banyak terjadi pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh aparat keamanan yaitu tentara dan polisi atau Caribineros de Chile. Â Akan tetapi kelakuan para demonstran yang merusak fasilitas umum dan melakukan penjarahan pula yang membuat kekerasan ini terjadi. Â Konon salah satu penyebabnya adalah ketimpangan sosial atau perbedaan tingkat kesejahteraan yang lumayan parah di Chile walau secara rata-rata Chile adalah negeri Amerika latin yang paling Makmur. Â Bahkan warga Chile merupakan satu-satunya negara Amerika Selatan yang mendapatkan fasilitas bebas visa untuk berkunjung ke Amerika Serikat.
 Akhirnya pada 2022, Gabriel Boric, salah seorang pemimpin yang memainkan peran pening pada peristiwa protes mahasiswa di tahun 2011 dan juga negosiator yang melahirkan referendum konstitusi pada 2020, terpilih menjadi presiden Chile yang ke 37.   Boric juga merupakan presiden Chile yang paling muda karena ketika terpilih pada 2022 baru berusia 36 tahun. Â
Mendengarkan kisah ini, saya kembali teringat akan kerusuhan yang terjadi di Bogota pada 1948 dan juga kerusuhan Mei 1998 di tanah air. Â Walau berbeda, tetapi tetap ada nuansa kesamaan di antaranya. Â Berlatar belakang ekonomi dan juga politik.
