Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nama Dusun di Nepal van Java yang Bikin Senyum-Senyum

17 April 2024   12:15 Diperbarui: 17 April 2024   12:16 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kedua Lebaran kami berencana untuk berkunjung sekaligus bersilaturahmi ke kerabat di kawasan Borobudur di Magelang.  Karena itu sekalian juga mampir ke tempat wisata di Kabupaten Magelang yang sudah lama ingin disambangi, yaitu Nepal Van Java yang berlokasi di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik ini. 

Kembali berbekal aplikasi perta di gadget, sekitar pukul 10.30 pagi, kendaraan meninggalkan pusat kota Yogyakarta menuju ke utara, melewati jalan Magelang dan kemudian selepas Mertoyudan mulai mendaki lereng gunung Sumbing melewati jalan raya Kaliangkrik dan akhirnya setelah hampir 3 jam perjalanan tiba di tujuan.  Perjalanan ternyata lebih lama dari perkiraan karena sedikit terhambat dengan ramainya lalu lintas.  Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan pedesaan yang indah dan asri. Hamparan tanaman berupa berbagai jenis sayuran yang hijau membentang di kedua sisi jalan yang mulus walau jalannya tidak terlalu lebar.

Tempat parkir: Dokpri
Tempat parkir: Dokpri

Namun sayangnya mendekati Dusun Butuh atau Kawasan Nepal van Java, cuaca sedikit mendung berbarengan dengan kabut yang sedikit menutupi pandangan mata.  Kendaraan parkir di tempat yang disediakan dimana ada sebuah restoran yang cukup ramai.  Di sini kita bisa memesan makanan dan minuman sekaligus makan siang walau agak sedikit terlambat, karena waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 14.00 siang hari.  Walaupun suasana restoran atau kafe cukup ramai dan bersih, sayangnya tidak tahu mengapa, cukup banyak lalat-lalat nakal yang mengganggu.  Selain ada fasilitas toilet di sini juga ada fasilitas musalla.

Pemandanagan Nepal van Java: Dokpri
Pemandanagan Nepal van Java: Dokpri

"Biasanya ada ojek wisata yang bisa mengantar ke tempat-tempat yang menarik dengan ongkos 35 Ribu," demikian informasi yang didapat di restoran ini.  Akan tetapi karena sekarang masih dalam suasana lebaran, maka tempat wisata ini termasuk layanan ojek tidak tersedia. Jadi bagi yang ingin jalan-jalan tetap bisa berkunjung dengan jalan kaki. 

Untuk menuju pintu masuk kawasan wisata Nepal van Jawa, masih perlu berjalan kaki sekitar dua ratus meter.  Di sepanjang jalan, banyak kendaraan pengunjung yang parkir.   Rumah-rumah yang seakan bersusun-susun di lereng pegunungan dengan atap dan dinding yang dicat warna-warni memberikan suatu panorama yang menarik.  Cuaca yang sejuk sekitar 20 derajat Celsius juga memberikan kesan sekan-akan sedang berada di Nepal yang  terletak di kaki pegunungan Himalaya.   Tentu saja bagi yang pernah berkunjung ke Nepal yang asli, suasana di Dusun Butuh ini sangat jauh berbeda, tetapi bolehlah kita seakan-akan berada di sana.

Di sini pula kita bisa melihat pemandangan sawah yang bertingkat-tingkat dengan sistem terasering yang cantik.  Sementara kita melihat ke lereng, deretan rumah-rumah itu tampak sangat cantik dengan warna-warna yang memikat. 

Patung emas: Dokpri
Patung emas: Dokpri

Dusun Butuh, demikian tertulis nama resmi perkampungan ini di atas gapura pintu masuk jalan menuju desa ini.   Tepat di depannya ada juga sebuah monumen berupa patung seorang pendaki yang dicat warna kuning emas lengkap dengan topi dan ransel di punggungnya. 

Tutup: Dokpri
Tutup: Dokpri

Saya kemudian berjalan mendaki dan di belang sebuah mobil bak terbuka tergantung spanduk warna kuning ada pengumuman : Mohon Maaf, Pelayanan Wisata Tutup Sementara.  Ini mengesahkan informasi yang saya dapat di restoran dan kafe di dekat tempat parkit tadi.  Di sisi kiri jalan ini banyak kendaraan parkir dan jalanan terus mendaki.  Di sebelah kiri, di atas sebuah lereng ada tulisan Nepal van Java dengan warna putih dilengkapi tulisan Wisata BRILian warna biru tua. BRI ini mungkin merupakan sponsor utama desa wisata ini.   Di antara kendaraan yang parkir, juga ada pedagang bakso yang berteduh di bawah payung  tenda warna-warnai. Ada warna merah kuning dan biru yang sekilas mengingatkan saya akan bendera Kolombia.

Nepal van Java BRILian: Dokpri
Nepal van Java BRILian: Dokpri

Sementara di sebelah kanan , selain deretan bangunan, juga ada tanaman pisang dan persawahan yang menghijau lengkap dengan dinding bangunan yang dihiasi mural sebuah warung bakso. Selain itu juga ada sebuah galeri Top Sky View dimana kita bisa duduk-duduk di atap bangunan sambil menikmati pemandangan.

Mural: Dokpri
Mural: Dokpri

Jalan terus mendaki dan berbelok kiri. Di sebelah kirai ada sebuah warung makan yang menjual mie dan makanan ringan.  Sebagian bangunan di sini terdiri ari beberapa lantai dan sebagian memiliki dinding yang dicat sekaligus iklan salah satu merek cat terkemuka. Juga ada bangunan Gedung Serbaguna Dusun Butuh di pojok jalan.  

Di salah satu sisi jalan, juga ada seorang penjual es krim yang sedang sibuk melayani pembeli. Harga es krim ini 5 ribu rupiah saja dengan kone yang warna-warni. Saya sempat mencicipi es krim sambil kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri jalan atau lorong-lorong sempit yang mendaki di Nepal Van Java ini.

Mural petunjuk jalan: Dokpri
Mural petunjuk jalan: Dokpri

"Dusun Butuh, Nepal Van Java," kembali ada hiasan mural warna-warni di dinding tembok warna putih bergambar Pelangi dan dilengkapi dengan petunjuk arah. Antara lain ke Taman Depok, Base Camp dan juga masjid.    Arah ke kiri yaitu ke base camp tampak sangat terjal naik, sementara yang ke kanan menuju Taman Depok dan Masjid sedikit landau, sementara kabut turun makin pekat sehingga jarak pandang pun kian pendek dan pemandangan persawahan dan kebun sayuran di bawah makin tidak terlihat.  Saya akhirnya memilih untuk lewat jala sebelah kanan menuju ke Taman Depok. 

Taman Depok: Dokpri
Taman Depok: Dokpri

Sambil berjalan, banyak juga kendaraan sepeda motor yang lewat dengan pengemudi penduduk setempat yang kebanyakan bersarung dan mengenakan kopiah,  Sekitar 100 meter jalan, saya tiba di Taman Depok lengkap dengan tulisan huruf latin dan Jawa serta lambang gunungan di tengahnya.  Di sini sebenarnya kita bisa mampir dan melihat pemandangan indah di bawah yang sayangnya  saat ini tertutup kabut.

Masjid: Dokpri
Masjid: Dokpri

Saya kemudian melanjutkan perjalanan mendaki dan melihat dua menara masjid tidak terlalu jauh di depan, hanya sekitar 100 meter saja.   Menara masjid ini pun tidak terlihat terlalu jelas karena tertutup kabut.  Saya terus mendekati masjid dan di dekatnya kembali ada sebuah mural cantik berlatar  warna biru muda dengan tulisan Always Dzikir dengan hiasan gambar Mentari. 

Mural dzikir: Dokpri
Mural dzikir: Dokpri

Di bagian bawah masjid terdapat tempat wudu dan untuk masuk ke ruangan salat kita harus naik tangga ke lantai atas.  Suasana masjid siang itu cukup sepi dan hanya ada beberapa orang yang sedang salat.  Stelah sempat salat di masjid ini saya kembali melanjutkan perjalanan ke Taman Depok. Untungnya kabut sempat sejenak menghilang untuk sementara.

Loket: Dokpri
Loket: Dokpri

Tidak lama kemudian hujan rintik-rintik mulai turun dan kabut kembali turun. Saya memutuskan kembali ke tempat parkir, namun baru melihat loket tempat masuk yang juga ditulisi pengumuman bahwa layanan wisata sedang tutup. Ternyata bila dibuka, pengunjung harus membayar tiket 10 ribu per orang.   Saya kemudian berjalan kembali ke tempat parkir setelah sebelumnya sempat mampir untuk menikmati mie instan di warung.  Lumayan hangat untuk mengganjal perut.

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 5 sore. Hujan sudah mulai usai walau kabut kian tebal di Nepal van Java ini. Kami kemudian memutuskan untuk meninggalkan desa di lereng gunung Sumbing ini untuk menuju ke kawasan Borobudur. 

Nepal van Java: Dokpri
Nepal van Java: Dokpri

Walau sudah sempat mampir ke Nepal van Java, tetap ada yang kurang yaitu belum sempat mampir ke tempat-tempat yang menarik dengan naik ojek wisata dan berjanji untuk kembali di lain waktu.  Disarankan untuk pergi lebih pagi ke tempat ini agar kabut belum turun sehingga dapat menikmatinya dengan lebih mantap dalam cuaca yang bagus.

Demikian sekilas pengalaman jalan-jalan ke Dusun Butuh.  Nama dusun ini sendiri kalau di kawasan yang berbahasa Melayu baik di Sumatra atau Kalimantan akan terdengar sedikit 'vulgar dan akan bikin senyum-senyum loh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun