Saya kemudian berjalan mendaki dan di belang sebuah mobil bak terbuka tergantung spanduk warna kuning ada pengumuman : Mohon Maaf, Pelayanan Wisata Tutup Sementara.  Ini mengesahkan informasi yang saya dapat di restoran dan kafe di dekat tempat parkit tadi.  Di sisi kiri jalan ini banyak kendaraan parkir dan jalanan terus mendaki.  Di sebelah kiri, di atas sebuah lereng ada tulisan Nepal van Java dengan warna putih dilengkapi tulisan Wisata BRILian warna biru tua. BRI ini mungkin merupakan sponsor utama desa wisata ini.  Di antara kendaraan yang parkir, juga ada pedagang bakso yang berteduh di bawah payung  tenda warna-warnai. Ada warna merah kuning dan biru yang sekilas mengingatkan saya akan bendera Kolombia.
Sementara di sebelah kanan , selain deretan bangunan, juga ada tanaman pisang dan persawahan yang menghijau lengkap dengan dinding bangunan yang dihiasi mural sebuah warung bakso. Selain itu juga ada sebuah galeri Top Sky View dimana kita bisa duduk-duduk di atap bangunan sambil menikmati pemandangan.
Jalan terus mendaki dan berbelok kiri. Di sebelah kirai ada sebuah warung makan yang menjual mie dan makanan ringan. Â Sebagian bangunan di sini terdiri ari beberapa lantai dan sebagian memiliki dinding yang dicat sekaligus iklan salah satu merek cat terkemuka. Juga ada bangunan Gedung Serbaguna Dusun Butuh di pojok jalan. Â
Di salah satu sisi jalan, juga ada seorang penjual es krim yang sedang sibuk melayani pembeli. Harga es krim ini 5 ribu rupiah saja dengan kone yang warna-warni. Saya sempat mencicipi es krim sambil kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri jalan atau lorong-lorong sempit yang mendaki di Nepal Van Java ini.
"Dusun Butuh, Nepal Van Java," kembali ada hiasan mural warna-warni di dinding tembok warna putih bergambar Pelangi dan dilengkapi dengan petunjuk arah. Antara lain ke Taman Depok, Base Camp dan juga masjid. Â Â Arah ke kiri yaitu ke base camp tampak sangat terjal naik, sementara yang ke kanan menuju Taman Depok dan Masjid sedikit landau, sementara kabut turun makin pekat sehingga jarak pandang pun kian pendek dan pemandangan persawahan dan kebun sayuran di bawah makin tidak terlihat. Â Saya akhirnya memilih untuk lewat jala sebelah kanan menuju ke Taman Depok.Â
Sambil berjalan, banyak juga kendaraan sepeda motor yang lewat dengan pengemudi penduduk setempat yang kebanyakan bersarung dan mengenakan kopiah,  Sekitar 100 meter jalan, saya tiba di Taman Depok lengkap dengan tulisan huruf latin dan Jawa serta lambang gunungan di tengahnya.  Di sini sebenarnya kita bisa mampir dan melihat pemandangan indah di bawah yang sayangnya  saat ini tertutup kabut.