Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Walau Religius, Tapi Kita Masih Ramah dengan Korupsi

10 April 2024   17:40 Diperbarui: 10 April 2024   17:40 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pagi mulai merekah dan langit kota Yogya lumayan adem karena sinar matahari tertutup awan tipis yang menggantung di atas Alun-alun Kidul.  Suasana yang sangat mantap untuk salat  Idulfitri pada Rabu, 10 April 2024.

Ribuan jamaah menuju lapangan yang ada di selatan kompleks Kraton Yogya itu. Ada yang naik kendaraan dan memarkir nya di sekitar, ada juga yang berjalan kaki dengan wajah wajah yang ceria.  

Sebelum tiba du alun-alun, ada banyak yang menjual alas sajadah, baik berupa koran bekas atau poster khusus.

Petugas sibuk mengatur jemaah sambil mengumumkan bahwa salat Ied akan dimulai tepat pukul 7.00 WIB.  Sambil menunggu takbir dilantunkan dengan syahdu dan puluhan petugas juga berkeliling mengimpikan sedekah.  Di samping itu ada juga yang berfoto, membuat video dan bahkan menggunakan Drone yang terbang rendah.

Tepat  pukul 8. Salat ied dimulai dengan khusyuk dan kemudian dilanjut dengan khotbah.

Ada beberapa poin yang disampaikan khotib. Pada awalnya sedikit menyentil masalah politik mengenai ke perhatianmu tentang pelaksanaan pemilu dan pilpres yang baru saja berlalu.

Namun yang menjadi topik utama adalah keprihatinannya menangani masih maraknya korupsi yang terjadi di negeri ini. Menurutnya tingkat korupsi ini menarinya semakin menurun dengan meningkatnya tingkat religiusitas masyarakat Indonesia.

Secara logika seharusnya tingkat religiusitas akan memiliki korelasi negatif dengan tingkat korupsi, artiny bila masyarakat kita makin religius, seharusnya tingkat korupsi makin turun. Akan tetapi sayangnya di Indonesia, hal ini tidak terjadi. Tingkat korupsi tetapi tinggi dan makan meningkat seiring dengan tingkat religius yang juga tinggi.

Lalu dimana letak kesalahannya?

Ternyata salah satunya  adalah pemahaman masyarakat tentang religi itu sendiri. Dalam masyarakat  kita, kebanyakan masih melaksanakan agama pada tingkat kebiasaan dan ritual saja. Kita mungkin berpuasa, berzakat, salat, dan melakukan banyak kewajiban beragama hanya pada esensi kewajiban ritus namun belum sampai memahami esensi di baliknya. Akibatnya ajaran mulia tangga ada  di baliknya kurang dipahami dan diresapi dan budaya permisif atas korupsi masih sangat marak.

Denikian isi khotbah yang sangat menyentuh hati bila kita mau mendengar dengan mata hati dan menjalankannya sesuai hati nurani. Kalau tidak kembali salat ied ini pun hanya menjadi ritual saja termasuk bermata-maafkan sesudahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun