Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dendam dan Romansa di Balik Hok Lo Pan, Martabak nan Lezat dari Bangka

26 Maret 2024   07:57 Diperbarui: 26 Maret 2024   08:17 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martabak Bangka: Skrinsyut

Pulau Bangka terkenal memiliki berbagai jenis kuliner yang lezat, salah satu yang paling terkenal adalah martabak yang dalam bahasa lokal disebut Hok Lo Pan.  Siapa yang tidak tergiur dengan martabak berbentuk bulat dengan isi kacang dan taburan wijen serta berbagai jenis variasi yang manis dan nikmat tersebut. 

Nah kali ini, saya akan bercerita tentang sebuah film yang mengangkat kisah tentang Martabak Bangka. Walau bukan tentang cta rasa dan kelezatannya secara langsung, melainkan tentang seorang penjual Hok Lo Pan yang berasal dari bangka dan merantau ke Jakarta, namun hanya kembali dalam bentuk abu jenazah dalam sebuah guci.   Kisah di balik Martabak Bangka ini ternyata penuh dengan jalinan kasih yang penuh emosi, cinta, pengorbanan, penantian, dan juga rasa dendam dan benci yang melibatkan kekasih dan keluarga.   Yuk kita Simak bagaimana kisahnya.

Jaya mewarisi gerai sekaligus resep Martabak Bangka peninggalan Koh Acun yang tidak memiliki keluarga di Jakarta.  Walaupun Laras, pacar Jaya menyarankan agar Jaya menjual saja aset-aset warisan Koh Acun, namun Jaya bertekad untuk terlebih dahulu mencari keluarga Koh Acun atu Theo Alamsyah di Bangka.  

Jaya kemudian berangkat bersama Asep yang sedikit kocak karena lebih suka menjadi content creator dengan berbagai media sosial yang dimiliki.  Setibanya di Bandara Dipati Amir, ada sedikit agedan kocak ketika barang bawaan mereka beserta guci abu jenazah Koh Acun sempat hampir dibawa oleh Anyun, pegawai salah satu hotel karena salah komunikasi dengan Asep. Untungnya Jaya masih sempat melihat kendaraan mereka dan menghentikannya.  Bagi Jaya, abu jenazah ini merupakan Amanah yang harus diserahkan ke keluarga Koh Acun.  Di bandara ini pula, wisata ke Pulau Bangka dimulai dengan penampilan salah satu tarian tradisional yaitu Tari Campa.

Ternyata tidak mudah mencari Keluarga Koh Acun di Bangka dengan hanya berbekal sebuah foto lama tanpa alamat, Jaya hanya berbekal nama marga The.  Ada sebuah kejadian lucu ketika Jaya dan Asep salah alamat mengabarkan bahwa Koh Acun sudah meninggal, sementara ketika dikonfirmasi melalui telepon, Koh Acun yang dimaksud masih sehat segar bugar. 

Berbekal sebuah foto lama suatu temat wisata, Jaya akhirnya  sampai ke Sungai Liat dan di pasar ini, dia mendapat informasi dari Tok Bahar yang mengenal Koh Acun dan memberikan nama dan alamat adiknya, Tedjo. Bahkan hadir juga sosok Vina yang merupakan keponakan Koh Acun.  Namun siapa sangka, jika adik Koh Acum mengatakan bahwa dia sama sekali tidak mengenal Koh Acun dan menyarankan agar abu jenazah itu dibuang saja atau dibawa kembali ke Jakarta.

Dalam perjalanan ini, Jaya dan Vina kemudian membuka kotak peninggalan Koh Acun yang berisi surat-surat pribadi, salah satunya sebuah surat yang ditulis pada 1979 yang ditujukan kepada kekasih Koh Acun yang ditinggalkan karena Koh Acun ingin merantau ke Jakarta untuk mengadu Nasib.   Rupanya hal ini bermula dari kekecewaan Koh Acun yang dipandang sebelah mata oleh ayah kekasihnya karena profesinya hanya penjual Hok Lo Pan. 

Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apakah Jaya berhasil menyerahkan abu jenazah Koh Acum kepada keluarganya. Apakah kita akan bisa bertemu dengan kekasih Koh Acun yang menanti dengan setia kepulangan Koh Acun ke pulau Bangka? Ternyata film yang memiliki tema kuliner terkenal di Bangka ini mempunyai pesan yang jauh lebih kompleks. 

Film ini menggambarkan keteguhan Koh Acun untuk bertekad merantau karena ingin membuktikan bahwa dirinya bisa sukses di Jakarta. Flm ini juga mengisahkan kesetiaan kekasih Koh Acun yang menunggu hingga usia senja, dan film ini juga menceritakan tentang kesetiaan Jaya kepada Koh Acun untuk tetap meneruskan usaha Hok Lo Pan yang diwariskan.

Selain diombang-ambingkan oleh perasaan sedih dan beberapa adegan lucu Asep, film ini juga membawa penonton untuk berwisata ke tempat-tempat yang indah, selain Pantai-pantai yang tidak kalah cantik dengan Pantai di Belitung, juga ada danau kaolin yang biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun