Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Naik Taksi Daring Menuju Taman untuk Bermimpi di Bogota

13 Maret 2024   21:17 Diperbarui: 13 Maret 2024   21:22 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sudah menjelang pukul 2 siang ketika saya meninggalkan Museo Nacional de Colombia dan kemudian sejenak jalan-jalan di kawasan sekitarnya untuk menikmati dan sekaligus mengamati suasana di kota Bogota. 

Keluar dari museum di pintu samping di Calle 29 dan kemudian berjalan menurun sedikit kembali ke Carrera 7, jalan utama yang selalu ramai.  Di sini saya kembali melihat sebuah caf yang menjual minuman, dan jus serta roti yang kelihatannya lebih banyak pilihan dibandingkan dengan caf Juan Valdez di dalam museum nasional.  Akhirnya saya mampir dan memesan sepotong roti serta jus strawberry.    Ternyata harganya jauh lebih murah dibandingkan di dalam museum. Sepotong roti dan jus tidak sampai 5000 Peso saja. Sementara secangkir kopi dan roti di museum hampir 10.000 Peso. 

Sambil duduk menikmati roti dan minuman, saya mulai merencanakan perjalanan selanjutnya. Ada beberapa tempat yang menjadi pilihan, namun akhirnya jatuh ke Parque Metropolitana  Simon Bolivar yang menurut info merupakan salah satu taman paling cantik dan menarik di Bogota.   Sebenarnya saya bisa ke taman itu dengan naik Trans Milenio, namun ternyata harus berpindah-pindah diperkirakan memakan waktu cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi online Uber.  Di aplikasi, ongkosnya juga tidak terlalu mahal, yaitu 10.500 COP saja.  Saya juga memilih untuk membayar dengan effectivo alias uang tunai.

Taman untuk Mimpi: Dokpri
Taman untuk Mimpi: Dokpri

Setelah beberapa menit mencari, akhirnya saya mendapatkan taksi lengkap dengan nama pengemudi dan juga jenis kendaraan yaitu VW warna merah. Namun nomor kendaraannya haranya tertulis XXXX.   Saya sempat kawatir dengan nomor kendaraan ini, karena bagaimana meyakinkan kalau saya nanti naik kendaraan yang benar.  

Namun saya tetap optimis dan menunggu sambil terus melihat ke aplikasi posisi kendaraan. Akhirnya setelah menunggu sekitar 10 menit sebuah kendaraan warna merah datang mendekat.  Dan setelah saya tanyakan, nama pengemudinya memang sesuai dan tujuannya pun sama dengan lokasi yang saya tuju.  Akhirnya saya pun naik taksi online pertama kalinya di Bogota setelah sebelumnya pernah naik taksi biasa yang berwarna kuning. 

Taksi kemudian berjalan di tengah keramaian kota Bogota. Namun rute taksi ternyata tidak sesaui dengan yang di peta alias berjalan sedikit memutar.  Selama masih mendekati tujuan, saya tetap tenang karena tidak diajak ke tempat lain.   Setelah sekitar 20 menit naik taksi akhirnya saya tiba di salah satu pintu masuk.   "Aqui, aqui," ujar saya kepada sopir taksi itu dan kemudian memberikan uang 12 ribu Peso kepada sang sopir serta langsung turun.  Sang Sopir sempat bertanya Esta Bien Senor?   Yang saya jawab saya baik-baik saja.   Dan kemudian berjalan masuk menuju ke taman.

Suasana Parque Simon Bolivar: Dokpri
Suasana Parque Simon Bolivar: Dokpri

Siang menjelang sore. Suasana di taman ternyata tidak terlalu ramai. Apalagi taman ini ternyata sangat luas dan lumayan teduh dengan banyaknya pepohonan.  Di dekat pintu masuk, ada beberapa pedagang yang menjual minuman dan makanan ringan.  Saya sempat membeli sebotol air mineral dengan harga 3000 Peso dan kemudian duduk sejenak di kursi plastik yang disediakan sambil memperhatikan suasana di sekitar.   Kebanyakan pengunjung saat itu sedang bersiap-siap untuk pulang meninggalkan taman. Ada satu keluarga dengan dua orang anak keci yang sedang menunggu taksi daring

Saya kemudian berjalan santai dan bertemu dengan sebuah papan yang berisi aturan bagi pengunjung taman ini yang memiliki nama resmi Parque Metropolitana Simon Bolivar dan terletak di Localidad de Teusaquillo. 

Aturan yang tertulis dalam bahasa Spanyol ini cukup banyak dan beragam misalnya saja larangan minum minuman keras atau juga anjuran untuk berbagi lapangan olah raga secara adil sesama pengunjung serta menggunakan tali mengikat dan penutup mulut jika membawa hewan peliharaan  Selain itu, ada juga anjuran untuk tidak bermain di lapangan yang basah jika turun hujan karena dikawatirkan bisa tersambar petir 

Enam Larangan: Dokpri
Enam Larangan: Dokpri

Namun yang paling menarik adalah semboyan yang ada di bagian paling bawah yaitu Parques para Sonar alias Taman-taman untuk bermimpi  Ternyata ini adalah semboyan yang digunakan di taman-taman umum di Bogota

Tidak jauh dari sini, ada papan lain yang khusus berisi larangan lengkap dengan gambar yang berisi enam jenis larangan  Di sini nama taman menjadi Parque Publico Simon Bolivar,, Ada tulisan Bienvenidos alias Selamat datang  dan kemudian Restricciones de Parque dengan enam gambar yang dicoret. Keenam larangan itu adalah minuman beralkohol,  Kendaraan bermotor, anjing tanpa tali, pedagang kaki lima, masuk dan berenang di danau dan juga yang terakhir adalah asados y fogatas yatu barbekyu dan api unggun. 

Saya terus berjalan ke dalam taman dan kemudian kembali  menjumpai rombongan pengunjung yang sedang pulang meninggalkan taman. Sementara yang datang masuk ke taman hanya saya serang diri  Makin jauh saya berjalan ternyata suasana taman kian sepi dan hanya ada beberapa orang saja di sana sementara kebanyakan sedang bergegas pulang. Apakah taman sebentar lagi akan tutup walau waktu belum menunjukkan pukul 4 sore?

Taman yang Sepi: Dokpri
Taman yang Sepi: Dokpri

 Akhirnya saya pun kemudian baik badan dan mengikuti rombongan untuk kembali ke pintu masuk.  Dari sini saya berjalan sekitar beberapa ratus meter untuk menuju halte Transmilenio dan kemudian naik bus meninggalkan taman ini  Taman besar yang lumayan cantik di tengah kota Bogota yang padat dan sibuk.  Walau hanya mengintip sejenak, saya masih sempat menikmati keindahannya   

Secara iseng saya kemudian melihat kembali aplikasi Uber saya dan mengintip perjalanan tadi Ketika sedang melihat histori transaksi, yang tertulis bukan Uber melainkan UberYa  dan harganya pun menjadi 15 ribu COP  Wah berarti tadi saya kurang bayar 3000 Peso namun sang sopir diam saja Atau tadi dia sedikit menyindir ketika menanyakan apakah saya baik -baik saja. 

UberYa: Dokpri
UberYa: Dokpri

Kemudian baru saya ketahui bahwa sesungguhnya Uber masih memiliki status yang abu-abu di Kolombia dan belum sepenuhnya legal sebagai alat transportasi   Karena itu Uber di Kolombia menggunakan merek dagang UberYA dan statusnya kita menyewa kendaraan plus sopirnya   

Secara umum menggunakan Uber di Bogota jauh lebih aman dibandingkan menggunakan taksi biasa yang banyak dihiasi cerita horor turis dikenakan harga mahal atau bahkan tindak kriminal lainnya.  Namun menggunakan Uber dari atau ke bandara pun kadang-kadang memiliki risiko diberhentikan petugas atau polisi dan kemudian penumpang bisa diturunkan di tengah jalan di kota yang asing.  

Ternyata ngeri-ngeri sedap juga cerita-cerita tentang Bogota. Untungnya selama berkunjung ke sana saya sendiri tidak mengalami hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan. Buat saya Bogota aman dan damai saja  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun