Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Siapa Takut Naik Transmilenio, Busway Versi Bogota

16 Februari 2024   11:03 Diperbarui: 16 Februari 2024   11:21 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat halte ini, tentu saja saya makin penasaran dan ingin mencoba. Tugas pertama adalah membeli tiket yaitu sebuah kartu bernama Tarjeta Tullave atau kalau diterjemahkan Kuncimu atau Kunci Anda.  Ternyata di depan pintu masuk, ada vending machine yang bisa menjual kartu ataupun untuk top up saldo, atau kita juga bisa membeli di loket.   Karena lebih ingin berinteraksi dengan manusia, saya kemudian antre di loket dan menyerahkan uang 20 Ribu Peso. Tetapi saya hanya membeli kartu seharga 10 ribu Peso saja. Cukup mengucapkan Diez Mil Por Favor, dan gadis petugas loket yang lumayan cantik segera memberikan sebuah kartu warna hijau muda serta kembalian uang 10 ribu Peso. Selanjutnya setelah itu, saya selalu mengsi ulang kartu saya dengan Diez Mil Peso.

Sesudah membeli kartu saya langsung masuk ke halte dengan menempelkan kartu di mesin dan ternyata saldo saya langsung terpotong 2950 Peso dan sisanya tinggal 50 peso saja. Rupanya harga kartu kosong adalah 7000 Peso dan dengan menyerahkan uang 10 ribu peso saya hanya memiliki saldo 3000 Peso.  Tetapi tidak apa-apa, saya hanya ingin mencoba naik dan nanti bisa mengisi saldo di halte lainnya.

Suasana di dalam bus: Dokpri
Suasana di dalam bus: Dokpri

Pada awalnya saya sempat bingung hendak naik rute nomor berapa dan ke arah mana. Namun kemudian saya baru ingat bahwa siang dan sore ini hendak berkunjung ke Monseratte yang menurut informasi bisa dikunjungi dengan naik funicular ataupun telerefico.  Nah tugas saya adalah naikTransmilenio ke halte atau stasiun funicular tersebut.

Setelah bertanya ke petugas, saya di sarankan untuk naik satu halte saja. Dan saya kemudian naik bus no. J 74 yang ada di sebelah kanan dan kemudian hanya sekitar beberapa menit sudah sampai di halte berikutnya.  Kebetulan siang itu bus sedang sepi sehingga saya dapat dengan leluasa duduk di dalam bus. Saya kemudian turun dan kemudian bertanya lagi.  Ternyata di sini saya disuruh ke luar halte dan berjalan menyeberang jalan sekitar satu blok baru belok kanan dan nanti naik dari situ.   Saya hanya mengikuti saja dan karena kemudian hanya memiliki saldo 50 Peso, maka saya mengisi sado dulu sebanyak 10 ribu Peso agar bisa kembali naik bus.

Saya kemudian berjalan sesuai petunjuk dan kemudian menemukan sebuah halte kecil dengan nomor beberapa rute.  Dan dari sini saya kemudian naik bus SITP yang merupakan bus ukuran sedang. Untuk naik kita harus menempelkan kartu di mesin dan kemudian baru mendorong turn style untuk masuk ke dalam bus. Suasana bus cukup ramai walau saya masih dapat tempat duduk. Hanya sekitar kurang dari 10 menit saya sudah sampai di halte di depan stasiun funicular dan telerefico yang menuju ke Monserate.

Kebakaran hutan: Dokpri
Kebakaran hutan: Dokpri

Ini adalah hari pertama saya jalan-jalan sendiri di Bogota dan langsung mencoba naik Transmilenio.  Sepulangnya dari Monseratte, sebenarnya saya juga bisa naik Transmilenio, namun saya memilih naik taksi saja karena waktunya jauh lebih cepat.   Naik taksi biasa yang harus tawar menawar ternyata cukup mengasyikkan. Sopir taksi mula-mula  menawarkan 30 ribu Peso, tetapi orang-orang yang ada di sekitar saya malah langsung berteriak bahwa harga tersebut terlalu mahal dan membantu menawar hingga 20 ribu Peso saja.  Sebenarnya, banyak orang tidak menyarankan untuk naik taksi di Bogota, karena relative kurang aman.  Namun sore itu saya malah dapat astik bercakap-cakap dengan sopir sambil berbicara mengenai hujan yang sudah lama tidak turun. Kebetulan sore itu terjadi kebakaran hutan di sekitar Bogota dan ada helikopter yang sedang mencoba memadamkan api. 

Berkat pengalaman pertama ini, saya mulai lebih berani untuk mencoba naik Tansmilenio dan bahkan bus pegumpan atau Alimentadores,  Keseokan harinya, untuk menuju ke Museo del Oro karena akan ikut walking tur dari sana, saya kembali naik bus pengumpan dari Carera 11 dan ketika sampai di halte Trans Milenio yang cukup besar di depan Museo Nacional de Colombia, saya pindah naik Transmilenio di jalaur utama alias Troncales,  ternyata bus cukup sepi sehingga saya bisa menikmati naik bus ini. Uniknya di bus ini juga ada tukang ngamen yang menyanyikan beberapa lagu dan kemudian meminta uang kepada penumpang.  Di sini pula saya melihat ada penumpang terutama anak-anak muda yang hanya melompat melewati pintu tanpa membayar tiket.  Bahkan pada kesempatan lain di Halte Museo Nacional ini juga saya melihat seorang gadis yang ikut melompat tanpa membayar.  Wah ternyata naik Trassnmilenio di Bogota memberikan banyak pengalaman baru, yaitu sistem pembayaran hanya watu masuk saja dan keluarnya bebas tanpa menggunakan tiket sehingga satu tiket bisa digunakan untuk beberapa orang.

Dalam bus yang sepi: Dokpri
Dalam bus yang sepi: Dokpri

Satu lagi perbedaan dengan di Jakarta adalah banyaknya pengamen dan juga penumpang yang tidak membeli tiket.  Bahkan secara umum rute Transmilenio ini tampaknya lebih membingungkan buat saya. Namun setelah beberapa hari saya mulai hafal beberapa rute yang lewat kawasan El Nogal dekat kedutaan, salah satunya adalah rute L 81.  Uniknya ketika pertama kali naik dari halte San Victorino menuju ke kawasan El Nogal, saya sempat harus beberapa kali bertanya di pintu mana harus menunggu.  Halte ini sendiri lumayan memanjang lebih dari 100 meter dan terfiri dari tiga gerbong atau wagon.  Saya harus beberapa kali bertanya untuk menunggu di pintu yang tepat.  Namun untuk hari berikutnya saya sendiri sudah bagaikan penduduk Bogota jika harus kembali dari kawasan pusat kota tua atau Plaza de Armas, cukup berjalan kaki  sekitar 5 atau  menit menuju halte San Victorino untuk menunggu bus nomor L Ochenta uno alias L81. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun