Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Koki dari Maroko di Masjid Abu Bakar di Frankfurt

13 Februari 2024   11:55 Diperbarui: 16 Februari 2024   11:05 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai makan, lelaki tadi memberikan rechnung atau bon sebesar 16 Euro, yaitu menu Tajine seharga 13,50 Euro dan air mineral 2,50 Euro.   Saya kemudian memberikan selembar 50 Euro yang kemudian dengan sopan lelaki itu meminta uang pas saja.  Saya kemudian melihat dompet saya yang hanya ada uang 15 Euro selain beberapa lembar 50 Euro.  Lelaki itu memberi syarat ok untuk uang 15 Euro, namun saya ingat bahwa saya masih punya cukup banyak uang logam.  Akhirnya saya membayar dengan lembaran 10 Euro dan beberapa keping uang logam. Lelaki itu sangat berterima kasih karena saya membayar dengan uang pas dan di sini lah percakapan kami dimulai.

foto bersama: Dokpri
foto bersama: Dokpri

Lelaki itu bertanya apakah saya tinggal di Frankfurt atau di Jerman, dan ketika saya menjawab saya berasal dari Indonesia, dia langsung saja menyebutkan nama Abdurahman Wahid.  Ah nama Gus Dur ternyata sangat terkenal dan lelaki itu kemudian mengaku memang berasal dari Maroko dan berprofesi sebagai koki.

Ketika saya menanyakan namanya, dia memberikan kartu nama. Dia juga menyebutkan usianya yang sudah 60 tahun dan ketika saya menyebutkan usia saya, dia langsung tertawa terbahak-bahak sambil memeluk saya.  Sebuah persahabatan langsung timbul dalam waktu yang singkat, Kami kemudian langsung berfoto bersama lengkap dengan wadah tajine yang terbuat dari tanah liat.

Karena restoran memang sepi di siang itu, percakapan kami cukup berkembang baik mengenai perjalanan saya di Jerman sebelumnya dan sekilas mengenai kisah hidup lelaki dari Maroko tersebut.

Lebih dari satu jam saya berada di masjid dan restoran, tiba waktunya untuk kembali melanjutkan pengembaraan di Frankfurt. Namun ada kata-kata lelaki Maroko itu yang cukup berkesan yaitu : Die Welt ist eine Kleines Dorf yang artinya kira-kira dunia ini hanyalah sebuah desa kecil karena dia yang berasal dari Maroko dan saya yang berasal dari Indonesia bisa dipertemukan Allah di Jerman ini.

Dengan Langkah perlahan, saya kemudian kembali menyusuri jalan menuju ke sebuah halte bus yang akan membawa saya ke stasiun U Bahn Grosse Neikenstrasse, satu stasiun sebelum Hausen.   Sebelumnya saya sempat mampir di sebuah mini market untuk membeli dua buah apel seharga hanya 80 sen. 

Hidup ini memang hanya sebuah perjalanan.   Penuh dengan kejutan dan hal-hal yang tidak diangka.

Frankfurt, 12 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun