Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bien Venido a Bogota

26 Januari 2024   18:36 Diperbarui: 26 Januari 2024   18:47 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolombia merupakan negeri Hispanohablante (negeri berbahasa Spanyol) yang sudah sejak lama ingin saya kunjungi.  Dan kini impian itu terwujud di akhir Januari 2024.

Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan selama lebih 29 jam dengan mampir di Istanbul, pesawat Turkish Airways yang saya tumpangi tiba di Bandara Eldorado di Bogota. Suasana Latin sudah sangat kental bahkan sejak di ruang tunggu keberangkatan di Istanbul.  Bahkan di dalam pesawat pun saya bercakap-cakap dengan penumpang lain yang Hany bisa berbahasa Spanyol.

Salah satu hal unik yang menarik perhatian saya adalah ketinggian Bogota yang berada sekitar 2500 meter di atas permukaan laut sehingga ketika mendarat pun petunjuk ketinggian menunjukkan angka lebih dari 8000 kaki.  

Di bandara ini pula, Pak Agus, staf lokal Kedutaan Besar Indonesia di Bogota sudah siap menjemput. Pemeriksaan imigrasi dan bea cukai berlangsung lancar.  Sesuai regulasi, pemegang paspor Indonesia dapat ijin tinggal selama 90 hari di Kolombia tanpa visa.

Suasana di terminal I kedatangan cukup ramai siang itu.  Salah seorang penumpang yang dijemput oleh keluarganya langsung dipeluk dengan tangisan mesra. Mungkin sudah beberapa tahun perempuan muda tersebut tidak kembali ke Bogota.  Banyak orang menawarkan taksi di samping ada taksi resmi berwarna kuning, saya juga sempat melihat bus feeder yang bisa membawa penumpang ke halte Transmilenio terdekat.

Tarif parkir: dokpri
Tarif parkir: dokpri

Kami segera berjalan menuju ke tempat parkir kendaraan.  Ada hal yang cukup khas di tempat parkir ini, yaitu tarif parkir yang dihitung per menit yaitu 97 $.   Saya sempat kaget melihat tarifnya kecuali setelah dijelaskan bahwa walau mata uang Kolombia secara resmi adalah peso dengan lambang COP, tetapi dalam kehidupan sehari hari disebut dengan Dollar dengan lambang $.   97 Peso sendiri adalah sekitar 388 Rupiah per menit.  Wah cukup mahal kalau dibandingkan di Indonesia.

Tempat bayar parkir: dokpri 
Tempat bayar parkir: dokpri 

Dalam perjalanan ini Pak Agus bercerita bahwa dia sudah tinggal di Bogota lebih dari 27 tahun lalu dan merasa sudah sangat nyaman dan betah di negeri ini.  

 Halte Transmilenio : dokpri
 Halte Transmilenio : dokpri


Ketika kendaraan melewati Avenida Eldorado yang menghubungkan bandara dengan pusat kota, saya melihat beberapa halte Transmilenio yang bentuknya sangat mirip dengan halte TransJakarta.  Jadi teringat bahwa dulu Bang Yos memang memprakarsai pembangunan Tije dengan mengambil Transmilenio di Bogota sebagai inspirasi.

Avenida Eldorado ini juga dikenal dengan nama Calle 26.  Jalan-jalan di Bogota memang kebanyakan dinamakan dengan sistem koordinat angka yang membuat kita sangat mudah dan tidak tersesat mencari lokasi suatu bangunan.

Kedutaan Besar RI di Bogota : dokpri
Kedutaan Besar RI di Bogota : dokpri


Dalam perjalanan menuju Embajada de la republica de Indonesia, kami sempat mampir di sebuah pusat perbelanjaan kecil untuk menukar uang.  Nilai tukar hari itu, 1 USD sekitar 3810 Peso.

Perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke kedutaan yang terletak di Calle 76 #10-2 yang menunjukkan lokasinya di Calle 76 dan di antara Carerra 10 dan 11 bangunan no 2.  


Gedung kedutaan merupakan sebuah bangunan tua dengan arsitektur yang cantik.  

Saya kemudian mampir sejenak ke kantor Pak Dubes yang kebetulan sedang meeting dengan beberapa staf lokal dan tamu.  Beliau menyambut dengan hangat dan kami sempat berbincang-bincang sejenak sambil kemudian rapat dilanjutkan.


Saya juga sempat bercakap-cakapan dengan Niko, seorang pemuda Kolombia yang pernah belajar di Indonesia selamat sekitar 1 tahun.  Niko cukup lancar berbahasa Indonesia sehingga perbincangan kami berlangsung akrab dalam dua bahasa, yaitu Spanyol dan Indonesia.

Hari sudah menjelang senja, ketika kami meninggalkan kedutaan untuk menuju ke Wisma Indonesia di kawasan Usaquen , yang terletak di kawasan berbukit di sebelah Timur  Laut kota Bogota.

Walau terletak di kawasan tropis, udara di Bogota selalu sejuk bak di kawasan pegunungan.  
Selamat datang di Bogota, Bien Venido a Bogota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun