Nuri sendiri ternyata baru bisa datang malam hari ke guest house dan berjanji menyerahkan SIM Card lokal Kazakhstan. Nuri juga bercerita bahwa sebentar lagi akan datang Laura, perempuan muda dari Jerman yang kebetulan lagi berlibur di Kazakhstan dan bekerja sambilan membantu Nuri di Guest House. Â Dengan Laura ini saya bisa bebas berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan siang ini berjanji akan mengajak kami ke pusat kota untuk makan siang dengan naik taksi online.Â
Di dapur ini pertama kali saya bertemu dengan Laura yang kemudian mengambil sebuah apel besar berwarna merah mudah yang tampak menggiurkan.  Laura juga bercerita bahwa apel ini baru dipetik dari pohon di halaman belakang rumah sehingga rasanya sangat segar.  Laura juga membagi beberapa iris apel tersebut kepada saya  Ternyata rasanya memang segara dan nikmat  Saya juga kemudian ingat bahwa kata Alma sendiri berarti Apel dalam berbagai bahasa di Asia Tengah seperti bahasa Turki dan mungkin juga bahasa Kazakh.  Saya masih ingat kata Elma Suyu yang berarti Jus Apel dalam Bahasa Turki.  Kota Almaty sendiri konon bernama Alma-Ata di zaman Soviet dan berarti Bapak Apel.
Saya kemudian berjalan menuju ke bagian belakang rumah. Halaman belakang ini jauh lebih luas dan banyak pepohonan, Ada beberapa pohon apel yang sedang berbuah dan bahkan karena jarang dipetik, banyak buah yang berjatuhan di rerumputan di tanah.  Kalau ingin makan apel di sini tinggal memetik sendiri saja.  Namun yang menarik juga sebuah yurt atau tenda khas Kazakhstan.Â
Apel yang renyah dan nikmat memberikan kesan pertama yang menyenangkan dalam kunjungan ke kota terbesar di Kazakhstan yang pernah menjadi ibu kota negeri ini sampai 1997 sebelum pindah ke Astana alias Nur Sultan. Â Ternyata bukan Indonesia saja yang baru akan memindahkan ibu kota ke Nusantara, Kazakhstan telah melakukannya beberapa dekade yang lalu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H