Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 45: Perpaduan Manis Unsur Tradisional dan Modern di Masjid Minor Tashkent

4 Januari 2024   13:22 Diperbarui: 4 Januari 2024   13:32 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau mampir ke Tashkent, wajib hukumnya menyambangi Minor Mosque," demikian pesan salah seorang teman lama yang  pernah berkunjung ke Uzbekistan sebelumnya.  Karena itu sejak sebelum menjejakkan kaki di negeri Asia Tengah ini, saya sudah menempatkan Minor Mosque sebagai salah satu dari beberapa tempat yang harus didatangi. Karena itu, setelah selesai sejenak mengintip Al-Quran tertua di dunia di Hazrati Imam Complex, kami segera melanjutkan anjang sana di Tashkent dengan taksi online menuju Minor Mosque.  

Sekilas, tampak sekali nuansa yang sangat kontras antara Hazrati Imam dan Minor Mosque.  Hazrati Imam terletak di kawasan yang konon termasuk kota tua Tashkent, sementara Minor Mosque terletak di kawasan kota baru dengan jalan-jalan yang lebar dan gedung-gedung berarsitektur masa kini.  Letaknya tidak jauh dari Sungai atau lebih tepatnya Kanal Achor yang membelah kota Tashkent sepanjang sekitar 23 kilometer hingga ke Danau Alisher Navoi.  Sehingga, bagian dimana terdapat Masjid Minor adalah kota baru Tashkent, sedangkan sisi di seberangnya adalah kota lama.

Gerbang Masjid: Dokpri
Gerbang Masjid: Dokpri

Taksi kami berhenti di tepi jalan yang lebar dan yang pertama menyambut adalah sedikit kemacetan di tempat parkir antara kendaraan yang akan masuk dan keluar.  Dan Masjid dengan kubah warna biru muda serta dinding yang terbuat dari marmer putih seakan tampak berkilau ditempa sinar Mentari kota Tashkent.

Dari depan masjid, atau lebih tepat di halaman yang luas dengan rumput hijau dan pepohonan saya dapat melihat keseluruhan kompleks yang megah dan sangat kontras dengan yang saya sudah saksikan di masjid dan madrasah di Samarkand dan Bukhara.  Masjid ini memiliki kemiripan arsitektur dengan bangunan ikonik serupa di Samarkand, dan Bukhara, dengan menara, iwan atau pishtaq, dan juga kubah yang indah, namun karena bahan utamanya adalah marmer putih yang berkilau, sekilas tampak lebih mewah namun terasa kurang antik.

Salah satu sudutmasjid: Dokpri
Salah satu sudutmasjid: Dokpri

Warna biru dan putih sangat dominan di pintu gerbang utama, hiasan stalaktit yang disebut murqanas juga tidak kehilangan keindahannya. Dan di pintu yang terbuat dari kayu warna pelitur cokelat tua yang hanya terbuka sebelah, tampak aturan berpakaian untuk memasuki masjid. 

Sementara di atas dinding masjid terdapat display elektronik warna hijau yang menunjukkan waktu-waktu sholat fardhu dalam bahasa Uzbek dan Rusia.

Saya kemudian duduk di kursi taman yang cantik dan kembali melihat dua menara yang tingi langsung, kubah warna biru yang cantik serta kombinasi jendela dan dinding masjid yang tetap memberikan ketenangan dan kedamaian yang khas walau terik sinar mentari kota Tashkent sedikit terasa menyengat di awal September.

Tempat wudhu: Dokpri
Tempat wudhu: Dokpri

Saya kemudian mampir ke tempat wudhu, yang merupakan bangunan tersendiri yang terpisah di luar masjid.  Bangunan dengan warna putih yang tampak lebih sederhana dengan tulisan dalam bahasa Uzbek, Tahoratxona alias tempat wudhu.  Di depanya tampak tiang-tiang lampu taman yang cukup manis.

Sebelum masuk ke masjid sejenak saya melihat halaman masjid yang luas dengan lampu taman yang indah, pohon-pohon yang rindang, dan juga bunga-bunga warna warni serta  Tashkent TV Tower yang menjulang tinggi di kejauhan.

Saya kemudian memasuki masjid melewati pintu gerbang. Ternyata di dinding diukir dengan hiasan kaligrafi dengan cuplikan ayat-ayat Al -Quran, Tampak sangat manis dengan kombinasi warna yang kalem dan semuanya terbuat dari marmer yang memberikan kesan megah dan glamor.

Qr Kode: Dokpri
Qr Kode: Dokpri

Di beranda masjid,  dinding marmer warna cokelat ada juga himbauan untuk bersedekah yang tentu saja menyesuaikan dengan kemajuan teknologi. Bukan lagi dengan kotak amal yang menerima uang tunai melainkan dengan kode QR yang bisa langsung dipindai dengan telepon genggam. 

Gerai Buku: Dokpri
Gerai Buku: Dokpri

Di salah satu pojok masjid, juga terdapat sebuah gerai tempat membeli suvenir yang menjual banyak buku dan peralatan ibadah. Juga ada lima buah jam dinding yang menunjukkan waktu sholat dari Bomdod, Peshin, Asr, Shom. Hingga Hufton. Kali ini dalam bahasa Uzbek dengan huruf Latin, sementara yang di luar dengan display elektronik dengan huruf Sirilik.

Doa masuk masjid: Dokpri
Doa masuk masjid: Dokpri

Pada dinding sebelum pintu masuk ke ruangan sholat, tertulis Doa Masuk Masjid dengan tulisan Hijaiyah dan transliterasi huruf Sirilik. Pada bagian lain juga ada sekilas informasi mengenai Masjid Minor ini dalam tiga bahasa yaitu Uzbek, Rusia, dan Inggris.  Dijelaskan bahwa Masiid Jami Minor atau Minor Congregrational Mosque ini dibangun pada tahun 2014 atas perintah Presiden Islam Karimov. Masjid ini menjadi sangat khas karena memadukan nilai tradisional dan modern serta dapat menampung lebih dari 7000 jamaah. Di sisi lain juga kembali ada jam yang menunjukkan waktu waktu sholat dengan judul Namoz Vaqtalari. 

Waktu sholat: Dokpri
Waktu sholat: Dokpri

Di dalam ruang sholat saya kembali terpaku dengan indahnya mihrab dan mimbar. Mihrabnya mirip dengan masjid-masjid kuna di Samarkand, namun tampak lebih sederhana dengan hiasan kaligrafi dan ornamen yang cantik kaya dengan nuansa marmer sebagaimana tema masjid Minor ini.  Mihrabnya juga diberi penghalang dan di dekatnya ada sebuah tiang mikrofon.  Sementara mimbar yang terbuat dari kayu dengan warna coklat berukir cantik lengkap dengan empat buah tiang yang menpang atap berbentuk piramida.  Tampak seorang jamaah sedang berdiri sholat di depan mimbar ini.

Interior masjdi: Dokpri
Interior masjdi: Dokpri

Lantai masjid dilapisi karpet empuk dengan warna hijau dilengkapi dengan penanda saf warna coklat marun.  Karpet juga sudah diberi tanda sehingga mirip deretan sajadah yang manis. Suasana di dalam masjid tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa belas lelaki yang ada di sini.  Ruangan tampak cukup terang karena banyaknya jendela yang dihias dengan kaca pateri dan hadirnya Cahaya dari kubah yang sekelilingnya dilengkapi dengan jendela-jendela kecil.

Mihrab dan mimbar: Dokpri
Mihrab dan mimbar: Dokpri

Atap bagian dalam kubah pun tidak kalah indah dengan hiasan dan ornamen yang kaya dengan nuansa warna kuning emas serta kombinlasi warna biru tua yang seakan-akan membentuk deretan lingkaran konsentrik yang makin ama makin membesar.

Kubah: Dokpri
Kubah: Dokpri

Setelah sejenak sholat dan beristirahat di dalam masjid sambil menikmati keindahan dan kemegahannya, saya kemudian kembali ke beranda halaman dalam. Melihat deretan  tempat sepatu yang beralaskan karpet warna merah dan dua lelaki yang sedang berjalan sambil menenteng sandal dan Sepatu.

Dan ketika kembali keluar, tepat di depan pintu gerbang, baru saya memperhatikan ada juga kota sedekah yang ditulis dalam empat bahasa, Yaitu Uzbek, Rusia, Arab dan Inggris. 

Minor Mosque ini memang menjadi sebuah tempat yang ramai dikunjungi baik oleh penduduk setempat maupun wisatawan baik mancanegara maupun dari berbagai kota lain di Uzbekistan.

Hari makin siang, dan tiba waktunya untuk berkunjung ke tempat-tempat lain di kota Tashkent.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun