Wisata Kreatif Jakarta sudah menunggu di depan Stasiun Tanjung Priuk. Â Dengan rombongan berjumlah 9 orang dari Koteka Kompasiana, kami segera menuju ke Rumah Si Pitung di Kawasan Marunda, Jakarta Utara. Â Di sini ternyata, sudah cukup banyak peserta Give Away Tur yang diselenggarakan oleh Mbak Ira dalam rangka merayakan 15 tahun sebagai pemandu wisata.Â
Jumat Siang, selesai salat Jumat di Al Husna Grand Mosque, angkot warna merah yang dicarter"Ini adalah rangkaian terakhir Give Away tour saya yang terdiri dari 6 tur gratis," demikian Mbak Ira Latief memulai ceritanya dan kemudian diperkenalkan juga Mas Tama sebagai pemandu lokal Rumah Si Pitung yang menjelaskan secara lumayan rinci mengenai sejarah rumah Si Pitung dan pernak-pernik mengenai legenda Robinhood van Batavia ini.Â
Kami kemudian bersama-sama memasuki rumah Si Pitung dan melihat isinya. Rumah panggung yang cantik dan sangat tradisional yang terbuat dari kayu ulin sekilas terlihat sangat kokoh walau telah berusia sekitar 140 tahun. Â Di beranda ada meja kursi antik dan juga ada sebuah toples yang kosong.
"Dulu sempat kami isi dengan kue semprong, tetapi ternyata ada juga pengunjung yang makan kue itu." Mas Tama sempat bercerita sambil tersenyum seakan-akan menjelaskan mengapa toples tersebut kosong.
Di rumah ini juga ada kamar Si Pitung yang terdiri dari ranjang besi zaman dahulu dan perabotan yang kuno, juga ada alat-alat dapur dan ruang makan. Â Namun yang paling menarik adalah jendela kayu yang terbuka dengan teralisnya yang cantik. Â Di sini pengunjung banyak berfoto dan bergaya.
Setelah itu, kami berkumpul bersama di bangunan lain yang digunakan sebagai balai pertemuan. Di sini Mbak Ira Latief sempat menceritakan suka dukunya selama berkarir sebagai pramuwisata atau tour guide. Salah satu yang paling unik adalah ketika ada tamu asing yang minta diantar ke dukun.Â
Bang Indra, sebagai ketua HPI DKI Jakarta juga sempat membagikan kisahnya yang menarik berupa perjuangannya untuk menjadi pramuwisata yang ternyata tidak selalu berjalan mulus. Cerita Selanjutnya disampaikan oleh Cik Linda yang menceritakan pengalamannya sebagai pramuwisata khusus bahasa Jepang. Di antaranya kesuakaan wisatawan Jepang untuk menelisik lebih dalam mengenai kehidupan dan hiburan malam di Jakarta.
Acara puncak menjelang sore dilanjutkan dengan pembagian door prize dan kemudian tamu khusus, yaitu sepasang roti buaya dan anaknya yang kemudian dicabik-cabik oleh seluruh peserta dengan penuh semangat.Â
Dalam kunjungan ke rumah si Pitung di Marunda ini, dapat disimpulkan beberapa fakta menarik yang mungkin jarang diketahui sebelumnya:
1. Bukan milik Si Pitung. Rumah Si Pitung itu sesungguhnya bukan rumah Si Pitung, melainkan rumah seorang juragan asal Bugis Bernama Haji Safiudin. Â Rumah ini dibangun pada sekitar akhir abad ke 19 dan dulunya sering dikunjungi Si Pitung sebagai tempat bersembunyi dari kejaran Belanda.
2. Bergaya Bugis, Â Karena itu pula, tidak mengherankan jika Rumah Si Pitung bukan rumah Betawi, melainkan rumah panggung bergaya Sulawesi Selatan.Â
3. Perabotan Sumbangan Ridwan Sadli. Â Ketika dijadikan museum, rumah SI Pitung terasa sangat kosong melompong tampak perabotan, Â perabotan yang sekarang ini ada di dalam rumah si Pitung merupakan sumbangan budayawan Betawi babe Ridwan Sadli.
4. Si Pitung mungkin ada lebih dari satu orang: Yang menarik  lagi adalah cerita bahwa Si Pitung kemungkinan besar merupakan nama kelompok yang disebut sebagai Pituan Pitulung yang disingkat Pitung dan merupakan kelompok yang terdiri dari tujuh orang yang melawan penjajah Belanda.  Yang menonjol dalam kelompok ini adalah Radin Muhammad Ali Nitikususmah yang selama ini dianggap sebagai Si Pitung.  Versi ini sendiri umumnya ditolak oleh sebagian masyarakat Betawi yang berasal dari Kampung Si Pitung di Rawa Belong yang percaya bahwa Si Pitung nya satu orang.
5. Si Pitung adalah tokoh nyata bukan fiksi. Selama ini masih ada kntroversi dan orang yang percaya bahwa kisah Si Pitung hanya merupakan legenda rakyat seperti Sangkuriang atau Malin Kundang, namun ada juga fakta sejarah seperti cuplikan koran Belanda yang menyatakan bahwa si Pitung telah tertangkap. Hal ini sekaligus menyatakan bahwa tokoh Si Pitung memang nyata.
6. Makam Si Pitung Ada di Pal Merah: Â Bagi yang penasaran, ternyata Si Pitung juga dimakamkan di kawasan Palmerah, tepatnya di halaman Gedung Kantor Telekom di Jalan Palmerah Utara. Â Namun makam ini memang sama sekali tidak mempunyai nama dan konon yang dimakamkan di sini adalah tubuh si Pitung saja, serta bagian tubuh yang lain dimakamnya di tempat lain.Â
Demikian sekilas beberapa fakta yang dapat dikumpulkan dengan mampir sejenak ke rumah Si Pitung. Walau pun disebut fakta, bisa saja sebagian masih merupakan asumsi karena ada pendapat lainnya. Yuk kita nikmati saja dengan hati yang riang gembira. Apalagi perjalanan ini juga merupakan Koteka Trip ke 15 yang selalu membawa peserta ke petualangan baru yang mengasyikkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H