Debat perdana calon presiden sudah digelar malam tanggal 12 Desember 2022 di Gedung Komisi Pemilihan Umum dan disiarkan langsung oleh berbagai saluran Televisi nasional. Â Bagi para pendukung masing-masing calon, isi debat tentunya tidak akan berpengaruh terhadap pilihan sewaktu mencoblos nanti pada 14 Februari. Â Tujuan diadakannya debat ini mungkin untuk menarik hari calon pemilih yang masih bimbang dan ragu alias para swing voters.
Secara umum, rakyat Indonesia sudah mengenal dengan baik ketiga calon presiden kita ini. Mereka adalah wajah-wajah lama yang telah menghias dunia perpolitikan di tanah air dengan segala drama dan suka dukanya. Â Ganjar, merupakan kader PDIP yang sudah berpengalaman menjadi Gubernur Jawa Tengah dan berbagai posisi lainnya dan digadang-gadang sebagai penerus takhta PDIP yang sudah dipegang beberapa periode yang selama ini dipegang oleh Jokowi. Â
Uniknya Prabowo, yang sudah dengan setia beberapa kali mencalonkan diri sebagai calon presiden dan selalu gagal, kali ini pun menobatkan dirinya sebagai pewaris Jokowi dan bersumpah setia untuk meneruskan program pemerintah saat ini seperti proyek Ibukota Negara dan berbagai proyek infrastruktur seperti Jalan Tol. Â Sementara Anies yang selalu mengusung perubahan, dapat dianggap sebagai penerus Prabowo di masa dua kali pilpres sebelumnya. Anies selalu mengusung diri dan kelompok pendukungnya sebagai oposisi yang selama ini dizholimi dan akan mengadakan perubahan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat.
Sampai di titik ini, sama sekali tidak ada yang baru dan mengejutkan. Akan tetapi dalam debat ini, kita bisa menyaksikan langsung bagaimana para capres saling menyerang dan bagaimana pihak yang diserang akan menanggapi. Dan di sini pula kadang kita bisa melihat betapa rapuhnya musuh dan teman dalam politik, karena yang dulu berteman, kini saling musuh, dan yang dulu bermusuhan kini saling berteman.Â
Mungkin bukan suatu kebetulan kalau Prabowo mendapatkan pertanyaan mengenai HAM. Â Prabowo yang mempunyai latar belakang sangat panjang dan berkaitan dengan kiprahnya selama orde baru dan juga peristiwa sekitar tahun 1998 memang sangat erat kaitannya dengan HAM. Â Karena itu pula Ganjar dengan bersemangat langsung menanyakan isu yang cukup sensitif tentang kuburan para aktivis yang dihilangkan di era tersebut. Â Namun Prabowo menjawabnya dengan sedikit berkelit dan bahkan menjawab bahwa orang yang dulu sempat diculik pun kini berada di kubunya. Â Tanpa disebut nama pun sebagian orang akan maklum siapa sosok yang dimaksud.Â
Ganjar mungkin tampil sedikit lebih tenang dan elegan dan ketika ditanya mengenai HAM, dia dengan tegas berjanji akan menyelesaikan semua masalah HAM yang hingga sekarang masih menjadi hutang pemerintah terhadap rakyat, Â Kalau kita mau jujur dengan sejarah, memang banyak sekali masalah HAM yang terjadi di republik ini yang tidak pernah tuntas dan menjadi hutang sejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Â Calon presiden sering berjanji, namun pada kenyataannya akan sangat susah menuntaskannya karena banyak pihak dan kelompok yang tentunya tidak mau mengakui kesalahan para pendahulu mereka dan selalu merasa memiliki kebenaran menurut versi masing-masing. Â Jokowi sendiri tidak pernah dan tidak akan bisa menyelesaikan banyak masalah HAM yang pernah terjadi walau di saat kampanye dulu sangat berapa-api dan berjanji untuk menyelesaikan masalah ini.
Namun yang paling menggelitik dalam debat semalam adalah ketika Prabowo diserang oleh Anies mengenai masalah etika dalam berpolitik. Kita tentu maklum yang dimaksud etika adalah ketika Prabowo sukses menggandeng Gibran dengan polemik di Mahkamah Konstitusi yang bahkan melibatkan MKMK. Â Anies menuduh bahwa kelompok Prabowo berlindung di dalam produk hukum yang cacat secara etika. Â Hal ini memang yang menjadi sedikit ganjalan bagi kubu Prabowo untuk menarik lebih banyak simpatisan.
Akan tetapi Prabowo, walau sempat sedikit terbawa emosi pada awalnya, berhasil mengendalikan suasana dengan menyebut "Mas Anies, Mas Anies," sambil menghela nafas panjang. Â Ketika dituduh bahwa pemerintahan Jokowi Selma ini makin otoriter dan demokrasi makin berkurang dengan membungkam suara rakyat, Â Prabowo kembali menghela nafas panjang dan menyebut Mas Anies, Mas Anies. Â
Dan Anies pun bungkam seribu bahasa ketika dijawab bahwa dia tidak akan sukses menjadi gubernur kalau saja pemerintahan Jokowi benar-benar otoriter. Â Dan juga ketika menjawab soal cacat etika, Prabowo pun menjawab bahwa Anies seharusnya tahu sama tahu karena dalam menggapai kekuasaan, terkadang etika memang tidak diperlukan. Â Dengan halus Prabowo juga sekan-akan menyindir, Anies yang mungkin pernah menggunakan cara yang sama untuk menggapai kekuasaan.
Prabowo bahkan  secara tersirat mengatakan bahwa mereka pernah berada di gerbong yang sama untuk mendongkel Jokowi dengan Gerakan ganti presiden dan untuk itu banyak cara digunakan yang terkadang sering mengabaikan etika. Selama masih ada dalam koridor hukum mengapa tidak.Â