Nama Paxtakor sendiri dalam bahasa Uzbek berarti pemetik katun. Â Katun merupakan salah satu hasil pertanian paling penting di Uzbekistan sejak zaman Soviet. Â Dinding stasiun ini dihiasi dengan mosaik indah dengan kombinasi warna biru hijau yang menggambarkan pola bunga kapas. Â Di sela-sela bunga kapas itu juga ada nama stasiun dalam aksara Kiril. Â Sejenak kami berfoto bersama dengan latar belakang dinding stasiun yang indah ini.Â
Karena stasiun Paxtakor ini merupakan stasiun transit, hanya dengan berjalan kaki dan kemudian naik eskalator, kita berpindah ke stasiun di Ozbekiston Line yaitu Alisher Navoi. Sama seperti di Moskwa,  stasiun transit yang terletak pada dua jalur akan memiliki dua nama yang berbeda seperti  stasiun Paxtakor dan Alisher Navoi yang hanya dihubungkan dengan  tangga dan sebuah eskalator.  Â
Stasiun Alisher Navoi ini menurut saya jauh lebih indah dibandingkan dengan stasiun Paxtakor. Â Stasiun ini dinamakan berdasarkan nama seorang penyair Uzbek terkenal dari abad ke 15. Di stasiun ini kita bisa melihat mosaik dengan lukisan wajah sang penyair dan juga beberapa hasil karyanya yang terkenal.
Langit-langit  peron berbentuk kubah-kubah nan indah dengan hiasan pola geometris yang tidak kalah cantik dengan yang ada di masjid dan madrasah di Samarkand dan Bukhara.  Sekilas stasiun ini lebih mirip sebuah museum atau istana.  Di dindingnya juga ada keterangan dalam bahasa Rusia tentang Alisher Navoi yang merupakan penyair, sastrwasan dan pemikir Uzbek yang hebat.Â
Saya juga sempat mengabadikan beberapa gambar dari karya-karya Navoi seperti Laila dan Majnun. Â Nah baru di Tashkent sendiri saya mengetahui bahwa Laila Majun merupakan karya sang sastrawan Uzbek karena menurut versi lain, kisah klasik yang dapat dibandingkan dengan Romeo & Juliet atau Sampek Engktay itu merupakan karya sastrawan Persia.Â