Waktu menunjukkan sekitar pukul 9.30 Â pagi di Tahskent atau tepatnya di Hotel Uzbekistan ketika pemandu wisata yang bernama Bakhtiyor yang juga teman Mas Agus sudah menunggu di lobi.Â
Rencana jalan-jalan kami pagi ini adalah melihat keindahan beberapa stasiun di Tashkent Metro dan dilanjutk ke Chorsu Bazaar.  Metro atau kereta bawah tanah merupakan angkutan favorit saya ketika berkunjung ke suatu kota. Sudah puluhan sistem kereta bawah tanah dengan berbagai nama baik MRT seperti di Jakarta, Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur, atau juga MTR di Hong Kong, Metro di berbagai kota di Eropa, Subway seperti di New  York dan bahkan yang mempunyai nama khusus seperti Subte di Buenos Aires.
Selama ini saya hanya pernah melihat rombongan wisatawan dengan pemandu yang mengembara di lorong bawah tanah di Moskwa Metro, siapa sangka kali ini saya termasuk rombongan tersebut di Tashkent Metro atau Tashkent Metropolitani ini.
Keluar dari hotel, kami berjalan kaki sekitar 100 meter dan sudah sampai di pintu masuk menuruni tangga menuju stasiun metro Amir Timur. Meinurut Bahtyor. Amir Timur Stasiun ini berada di Jalur 1 yang disebut Chilonzor Line dan merupakan jalur yang pertama kali dibangun dan muai beroperasi pada 1977. Â Jaringan metro di Tashkent dibangun pada zaman Soviet dan merupakan yang pertama di kawasan Asia Tengah. Â
Kami berjalan menuju ke loket dan Bahktiyor membeli tiket sekali jalan yang berupa secarik kertas dengan kode QR.  Harganya 1400 Sum atau hanya 1800 Rupiah saja.  QR Code ini kemudian dipindai dan satu persatu kami masuk melewati turn style yang menyala lampu hijaunya.  Petualangan di Metro Tashkent pun di mulai.
Menurut Mas Agus, ketika dia pertama kali datang ke Uzbekistan pada sekitar tahun 2005, stasiun metro di  Tashkent ini dianggap sebagai bangunan penting yang harus dirahasiakan. Karena itu wisatawan tidak diperbolehkan untuk memotret di dalam stasiun dan selalu ada petugas berseragam yang mengawasi gerak-gerik penumpang.  Namun kebijakan ini berubah pada sekitar tahun 2018 lalu, dan sekarang wisatawan bebas berfoto di mana saja, bahkan bersama petugas stasiun yang sekarang berubah maik ramah dan banyak senyum.
Dari stasiun Amir Timur kami naik metro dengan gerbong yang masih merupakan warisan zaman Soviet seperti yang pernah saya temui baik di Moskwa, St Petersburg, Tblisi, Baku, Yerevan dan juga Mikns. Â Hanya satu stasiun, kami sudah sampai di stasiun berikut yaitu Paxtakor. Â Kami turun sejenak di sini untuk menikmati keindahannya.