Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Garis Batas 39: Laila Majnun & Kosmonaut di Tashkent Metro

6 Desember 2023   10:32 Diperbarui: 6 Desember 2023   10:34 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 9.30  pagi di Tahskent atau tepatnya di Hotel Uzbekistan ketika pemandu wisata yang bernama Bakhtiyor yang juga teman Mas Agus sudah menunggu di lobi. 

Rencana jalan-jalan kami pagi ini adalah melihat keindahan beberapa stasiun di Tashkent Metro dan dilanjutk ke Chorsu Bazaar.   Metro atau kereta bawah tanah merupakan angkutan favorit saya ketika berkunjung ke suatu kota. Sudah puluhan sistem kereta bawah tanah dengan berbagai nama baik MRT seperti di Jakarta, Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur, atau juga MTR di Hong Kong, Metro di berbagai kota di Eropa, Subway seperti di New  York dan bahkan yang mempunyai nama khusus seperti Subte di Buenos Aires.

Selama ini saya hanya pernah melihat rombongan wisatawan dengan pemandu yang mengembara di lorong bawah tanah di Moskwa Metro, siapa sangka kali ini saya termasuk rombongan tersebut di Tashkent Metro atau Tashkent Metropolitani ini.

Keluar dari hotel, kami berjalan kaki sekitar 100 meter dan sudah sampai di pintu masuk menuruni tangga menuju stasiun metro Amir Timur. Meinurut Bahtyor. Amir Timur Stasiun ini berada di Jalur 1 yang disebut Chilonzor Line dan merupakan jalur yang pertama kali dibangun dan muai beroperasi pada 1977.  Jaringan metro di Tashkent dibangun pada zaman Soviet dan merupakan yang pertama di kawasan Asia Tengah.  

Pintu Masuk: Foto Agustinus Wibowo
Pintu Masuk: Foto Agustinus Wibowo

Kami berjalan menuju ke loket dan Bahktiyor membeli tiket sekali jalan yang berupa secarik kertas dengan kode QR.  Harganya 1400 Sum atau hanya 1800 Rupiah saja.   QR Code ini kemudian dipindai dan satu persatu kami masuk melewati turn style yang menyala lampu hijaunya.  Petualangan di Metro Tashkent pun di mulai.

Petugas di stasiun: Agustinus Wibowo
Petugas di stasiun: Agustinus Wibowo

Menurut Mas Agus, ketika dia pertama kali datang ke Uzbekistan pada sekitar tahun 2005, stasiun metro di  Tashkent ini dianggap sebagai bangunan penting yang harus dirahasiakan. Karena itu wisatawan tidak diperbolehkan untuk memotret di dalam stasiun dan selalu ada petugas berseragam yang mengawasi gerak-gerik penumpang.  Namun kebijakan ini berubah pada sekitar tahun 2018 lalu, dan sekarang wisatawan bebas berfoto di mana saja, bahkan bersama petugas stasiun yang sekarang berubah maik ramah dan banyak senyum.

Gerbong Kereta : Agustinus Wibowo
Gerbong Kereta : Agustinus Wibowo

Dari stasiun Amir Timur kami naik metro dengan gerbong yang masih merupakan warisan zaman Soviet seperti yang pernah saya temui baik di Moskwa, St Petersburg, Tblisi, Baku, Yerevan dan juga Mikns.  Hanya satu stasiun, kami sudah sampai di stasiun berikut yaitu Paxtakor.  Kami turun sejenak di sini untuk menikmati keindahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun