Ketika tiba waktu makan, saya segera mengambil mie instan dan kemudian mencari tempat air panas sambil berjalan melihat-lihat gerbong lain. Saya melewati gerbong restorasi yang cukup ramai dan akhirnya tiba di gerbong Mas Agus. Dia sedang bercakap-cakap dengan penumpang lainnya sementara anggota rombongan lain sedang duduk manis sambi beristirahat.Â
Saya kemudian mengisi air panas nan membuat mie instan yang cukup untuk menganjal perut sampai tiba di Tashkent ketika hari sudah sedikit larut malam. Perjalanan yang cukup panjang ini hanya berhenti di beberapa kota besar seperti Navoi dan Samarkand. Â Kecepatan kereta Sharq ini juga lumayan ngebut karena pada rute tertentu bisa dipacu hingga 160 kilometer per jam.Â
Setibanya di Tashkent Shimoly, kendaraan sudah siap menjemput untuk menuju ke Hotel Uzbekistan, tempat kami akan menginap selama beberapa hari di Tashkent. Hotel Uzbekistan merupakan salah satu hotel ikonik yang juga merupakan salah satu pencakar langit pertama di Tashkent. Mirip dengan Hotel Indonesia di Jakarta.Â
Cerita mengenai Hotel Uzbekistan ini akan ditulis dalam artikel selanjutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H