Cerita tentang stasiun Tangerang dilanjutkan mengenai sebuah kebakaran hebat pernah melanda Stasiun Tangerang pada tahun 2000 sehingga hanya menyisakan sebuah jendela saja yang lokasinya sekarang di dekat musolah.Â
Dari stasiunTangerang kami menyusuri jalan Ki Asnawi di Pasar Anyar. Â Di jelaskan juga jika tujuan kami selanjutnya adalah Pasar Lama yang merupakan cikal bakal kota Tangerang dan tempat banyak bermukim Cina Benteng dan juga situs bersejarah seperti kelenteng Tua.
Di persimpangan jalan terdapat sebuah masjid besar yang Bernama Masjid Al-Itihad. Masjid yang terletak di Jalan Ki Samaun  ini dulunya adalah lokasi benteng lama yang dibangun di zaman Belanda.  Nah karena itu kawasan ini disebut Benteng dan orang Tionghoa yang tinggal di Tangerang ini kemudian terkenal dengan sebutan Cina Benteng.  Namun pada zaman Jepang di lokasi ini dulu pernah menjadi tempat tahanan.
Salah satu keunikan Masjid AlIttihad adalah arsitekturnya yang menggabungkan unsur Islam, Tionghoa, dan juga agama Buddha yang dapat dilihat dari bentuk menara dan kubah di atas masjid. Â Sesuai namanya . Al Ittihad yang berarti Union atau Persatuan. Â Masjid ini sendiri dibangun pada tahun 1956-57 dengan dana gotong royong dari masyarakat sekitar yang terdiri dari bermacam golongan, etnis dan agama. Â
Kami terus berjalan menyusuri Jalan Ki Samaun yang ramai dengan angkot yang lalu Lalang. Melewati pendopo, sebuah kantor pemerintah yang tampak cantik terletak di sebelah Masjid Al-Itihad. Â Sampailah kami di gerbang Pasar Lama. Â Di sini ada sebuah menara Jam tua yang dibuat oleh Argo Pantes. Â Konon di sinilah dulu parah karyawan Agro Pantes menunggu bus jemputan untuk menuju ke pabrik. Â Namun sayang sekarang jam nya sudah mati dan hanya menunjukkan pukul 2.25. Â Walau saat itu waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 10.13.
Di sini terdapat sebuah gardu atau halte dengan tulisan Kawasan Wisata Pasar Lama Tangerang. Â Di dekatnya ada sebuah kafe Bernama Tehe Bistro yang juga sangat direkomendasikan untuk menjadi meeting point karena suasana nya yang santai dan nyaman.
Perjalanan di lanjutkan sepanjang Jalan Ki Samaun yang juga terkenal dengan wisata kuliner. Menurut Mbak Utami, kuliner di kawasan ini dibagi menjadi dua shift atau giliran, yaitu Kuliner pagi dan Kuliner Malam dengan pergantian shift sekitar pukul 3 atau 4 sore. Â Kami juga melewati beberapa penjual makanan yang sudah dikenal baik oleh Mbak Utami. Ada penjual kue tradisional, penjual gado-gado dan juga disarankan untuk mencoba Bakso atau Es Podeng.
Tujuan selanjutnya adalah sebuah keleneng tua bernama KhongCu Bio yang didominasi warna merah. Â Di depannya ada sebuah papan bertuliskan nama kelenteng ini sebagai temat ibadah agama Kong Hu Cu lengkap dengan jadwal kebaktian dan sekolah minggu.Â