"Siapakah arsitek Taman Makam Pahlawan ini?" Mbak Ira sempat bertanya kepada para peserta tur ziarah. Â Ternyata tidak seorang pun yang bisa menjawab walau sempat diberi clue bahwa beliau adalah arsitek kesayangan Bung Karno. Â Dalam hati saya sempat menduga bahwa beliau tentu F. Silaban yang juga merupakan arsitek Masjid Istiqlal dan Tugu Monas. Ternyata dugaan ini benar sekali.
Dari pusara H. Agus Salim, kami melanjutkan jalan-jalan menuju makam para pahlawan revolusi. Â Kluster pemakaman ini mudah dikenali karena diberi dasar dari beton yang lebih tinggi dibandingkan makam-makam lain.Â
A.Yani , Suprapto, Â M.T, Haryono, S, Parman, dan Sutoyo. Â Ternyata ada 5 pusara yang berderet rapi di sini. Â Ternyata dua lagi ada di makam kompleks untuk yang beragama Kristen, yaitu Di Panjaitan dan Pierre Tendean. Â Kami juga sempat sejenak memanjatkan doa sambil melihat banyak bunga bertaburan di makam-makam ini yang menunjukkan cukup banyak peziarah yang datang.Â
Namun secara tidak sengaja, saya juga melihat nama seorang tokoh yang pernah saya dengar namanya, yaitu Alimin. Pusara tokoh ini ada tepat satu deret di belakang makam pahlawan revolusi. Â Sejenak saya membaca tulisan pada batu nisan: "Alimin, tokoh nasional RI, usia 78 tahun, meninggal 26-6-1966." Â Jarang kita mengenal nama ini dan baru kemudian saya ingat bahwa beliau adalah salah satu tokoh komunis alias PKI di Indonesia yang mendapatkan gelar pahlawan nasional di masa Bung Karno. Â Siapa sangka, tokoh komunis pun ada yang dimakamkan di sini.
Dari kompleks makam pahlawan revolusi, kami kemudian menuju ke makam Sutan Sjahrir, yang merupakan toko pahlawan nasional zaman kemerdekaan yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia. Bahkan beliau pernah dijuluki dengan Tiga Serangkai bersama Sukarno dan Hatta. Â Mbak Ira juga berkisah sekilas mengenai kisah hidup Sjahrir yang cukup dramatis karena mencintai seorang Perempuan berkebangsaan Belanda. Â Uniknya Perempuan yang dicintai itu merupakan istri sahabat dekatnya sendiri.Â
"Yuk kita berziarah ke makam yang paling popular di Kalibata," ajak Mbak Ira lagi. Ternyata yang dimaksud dengan makam yang populer adalah makam Ibu Ainun yang berdampingan dengan Pak B.J. Habibie. Â Kami melihat banyak sekali rangkaian bunga di kedua makam ini. Â Bahkan menurut Mbak Ira makam ini tidak pernah sepi dikunjung penziarah. Â Di kawasan dekat makam Habibie ini juga banyak nama -nama tokoh yang lumayan terkenal seperti makam Bu Anie Yudhoyono, juga Makam Sarwo Edhie yang merupakan ayah Bu Anie. Juga ada makam Wijoyo Nitisastro, Sudharmono dan istri, dan juga Roeslan Abdul Gani.Â
Tujuan selanjutnya adalah makam A.H Nasution, tokoh yang menjadi salah satu jendral besar di Indonesia selain Suharto dan Jendral Sudirman. Â Beliau merupakan satu-satunya jenderal yang selamat dari pembunuhan di malam jahanam 30 September 1965. Namun putri ciliknya harus tewas, yaitu Ade Irma Nasution. Ade Irma sendiri tidak dimakamkan di Kalibata melainkan di pemakaman di Blok P, Kebayoran Baru.