Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Garis Batas 32: Anjir, Buah Surga dari Uzbekistan

6 November 2023   08:05 Diperbarui: 6 November 2023   08:22 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Malam ini kita makan di restoran kecil bernuansa kekeluargaan," demikian ucap Mas Agus ketika kita berjalan kaki dengan santai kembali ke hotel selepas mandi uap dan pijat di hamam yang telah berusia lebih 5 abad. 

Sekitar pukul 7 malam, kami semua berkumpul di lobi dan kemudian kembali berjalan kaki menyusuri lorong-lorong di kota tua Bukhara.  Belok kiri, lurus, belok kanan  dan kemudian berputar melewati jalan-jalan sempit yang tetap saja memikat. Suasana 1001 malam hadir walau langit Bukhara tampak mulus tanpa bintang.

Tangga dan ruang terbuka: Dokpri
Tangga dan ruang terbuka: Dokpri

Setelah 10 atau 15 menit berjalan, kami tiba di sebuah restoran kecil yang lebih mirip sebuah rumah di perkampungan.  Walau pun dari luar tampak kecil, namun ternyata setelah masuk lumayan luas karena bertingkat dua. Bentuknya mirip seperti kebanyakan rumah tua di Uzbeksitan, yaitu memiliki halaman tengah yang terbuka dan lantai dua yang mengelilinginya. Mirip dengan hotel atau restoran di film-film silat Cina.  Tentu saja dengan atmosfer Asia Tengah yang kental.   Kalau sebelumnya Mas Agus menjanjikan kita boleh mengintip dapur dan melihat makanan dipersiapkan di tungku tradisional, ternyata makanan sudah siap di ruangan khusus di lantai atas. 

Suasana resto: Dokpri
Suasana resto: Dokpri

Meja-meja di atur dengan ketinggian yang berbeda.  Kursi dari kayu dengan ukiran mirip ukiran Jepara hadir cantik dilengkapi dengan bantal-bantal yang ditutupi sarung bergambar bunga aneka warna. Di tempat lain, ada ruang makan yang dilengkapi tirai warna putih yang tembus pandang. 

Meja makan: Dokpri
Meja makan: Dokpri

Kami masuk ke ruang makan yang cantik. Karpet tebal dengan warna merah dominan  dengan pola hiasan berbentuk belah ketupat berwarna kombinasi hitam, kuning, dan coklat menutupi lantai,  Sebuah meja besar lengkap dengan makanan, piring dan gelas serta buah-buah dan salad sudah menanti. Selain makanan yang terlihat sedap, bahkan peralatan makan seperti piring, cawan, dan mangkoknya pun cantik. Warna-warni dengan hiasan khas Uzbekistan. 

Ruang makan: Agustinus Wibowo
Ruang makan: Agustinus Wibowo

Tuan rumah pun kemudian menyambut dengan ramah dan mengucapkan selamat datang. Tidak lama kemudian di ruang tengah yang terbuka, para pemain musik sudah siap beraksi. Beberapa gadis Uzbek yang cantik pun kemudian menari mengikuti irama yang riang. Kostum tradisional yang dengan warna yang kontras seperti merah, kuning dan hitam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun