Perjalanan di Museum Sumpah Pemuda terus berlanjut. Ternyata jejak Sie Kong Lian masih ada di ruangan lain, yang memamerkan secara lebih rinci tentang rumah di Jalan Kramat Raya 106 ini.  Selain foto-foto zaman dulu juga ada keterangan bahwa para pemuda yang indekos di sini membayar 12,50 Gulden termasuk makan tiga kali.  Selain menjadi rumah kos tempat tinggal, rumah ini juga menjadi tempat berkumpul para pemuda dan kemudian terkenal dengan nama Indonesische Club Gebouw  Â
Juga ada ruangan khusus tentang Sie Kong Lian dan keluarga ada beberapa foto dan juga penjelasan kutipan dari koran lama berbahasa Belanda seperti iklan mengenai Firma Sie Kong Lian yang berusaha tempat tidur dari bahan kayu kapok dan beralamat di Senen no. 95 dan didirikan sejak 1877. Â Juga ada iklan disewakan rumah kos dengan paviliun pada koran Het Niews van de dag voor Nederlands Indie tanggal 24 Oktober 1923. Â Berdasarkan iklan ini kita juga mengetahui bahwa rumah ini dulu dekat dengan stasiun atau halte tram. Angkutan massal peninggalan zaman Belanda yang sekarang sudah tidak ada dan digantikan TransJakarta.
"Museum Sumpah Pemuda sangat berharga bagi kami, tetapi jauh lebih berharga untuk NKRI. Maka dari itu kami menghibahkannya  untuk negara Indonesia," Keluarga Sie Kong Lian.  Demikian tertulis di salah satu sudut ruangan yang juga berisi beberapa perabotan kuno dan potret-potret lawas keluarga Sie Kong Lian ini.  Kata-kata yang sama juga tertulis pada prasasti di beranda museum.
Kini Impian keluarga seperti yang pernah diutarakan secara langsung oleh dokter Yanti Silman sudah menjadi kenyataan. Rumah yang sekarang menjadi museum ini sudah sah menjadi milik negara dan satu ruangan dan altar dipersembahkan khusus untuk mengenang jasa Sie Kong Lian. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H