Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 23: Bahkan Genghis Khan Memberikan Hormat

16 Oktober 2023   11:31 Diperbarui: 16 Oktober 2023   12:27 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara, Majsid & Madrasah: Dokpri

Dari Masjid Bolo Hauz, kami berjalan kaki dengan perlahan menyusuri tembok nan tebal dan angkuh Ark of Bukhara yang ada di sebelah kiri kami. Lumayan jauh perjalanan itu dan perbedaan kecepatan Langkah kaki membuat jarak antara yang paling depan dan paling belakang di rombongan kian jauh. Karena dinding tembok selalu berada di sebelah kiri, maka saya merasa seakan-akan sedang tawaf di Bukhara.   

Sesekali kendaraan tuk-tuk menawarkan jasanya untuk mengantar ke Masjid Kalon, dan sesekali rombongan turis dari India yang ramai-ramai naik tuk-tuk bersorak gembira meninggalkan deru suara yang germersik riang.

Menara, Majsid & Madrasah: Dokpri
Menara, Majsid & Madrasah: Dokpri

Dari jauh, sudah tampak Menara Kalon yang megah di damping oleh iwan atau Gapura Masjid dan juga kubahnya yang biru berkilau memantulkan sinar sang surya.  Sementara di ujung kiri juga tampak kubah madrasah Mir I Arab yang sekilas mirip bagaikan bayangan kubah masjid dalam cermin. 

Akhirnya saya pun tiba di lapangan  atau halaman yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan paling dahsyat di Bukhara.  Masjid Kalon di sebelah kanan, Menara Kalon di hadapan yang menjulang tinggi dan madrasah Mir I Arab di sebelah kiri.  Kebetulan di lapangan ini banyak anak-anak berseragam pakaian taekwondo sedang berbaris rapi. Rupanya ada kejuaraan taekwondo di Bukhara dan dipusatkan di sini.  

Siang sudah menjelang senja, namun sinar Mentari masih bersinar terik di Bukhara.   "Butun Jahon Taekwondo Wt Kuni 4.09.2023." demikian terpampang pada spanduk yang menutupi sebagian fasad muka madrasah. Kata ini kalau diterjemahkan bebas bisa berarti World Taekwondo Day.

Menara dari halaman masjid: Dokpri
Menara dari halaman masjid: Dokpri

Guljan, sang pemandu wisata masih terus bercerita, mungkin ada sebagian kisah yang saya leatkan, tetapi ada beberapa yang masih saya ingat terutama ketika berkisah tentang Menara Kalon.  Menara yang ada di depan masjid ini memang dibangun untuk melengkapi masjid yang pada masanya pernah menjadi yang terbesar di Asia Tengah.   Menara ini menurut Guljan selesai dibangun pada 1127  untuk melengkapi masjid Kalon.

Walaupun begitu sebenarnya di lokasi ini sudah ada masjid dan bahkan tempat ibadah kaum Zoroaster sebelumnya.  Konon pada abad ke X sudah ada menara di lokasi ini yang runtuh karena gempa bumi pada 1068.  Setelah itu sebuah menar kayu kemudian dibangun namun akhirnya runtuh juga. Sampai akhir nya menara yang sekarang ini dibangun ketika Arslan Khan yang berasal dari Dinasti Kharakhanis berkuasa pada awal abad ke XII.

Sekilas saya melihat bangunan yang tinggi menjulang sekitar 45 meter dan konon menjadi bangunan tertinggi di Bukhara dan mungkin Asia Tengah selama ratusan tahun.  Bagian bawahnya berbentuk bulat dengan dia meter 9 meter dan makin ke atas makin mengecil sehingga di puncaknya dia meternya tinggal 6 meter. 

Di bagian atas tam rotunda atau bangunan berbentuk bundar dengan ornamen berbentuk muqarnas atau stalaktit yang khas. Pola ornamen di menara ini memiliki berbagai bentuk dan terbagi dalam berbagai zona sesuai ketinggian. Walau terkesan sederhana dengan warna cokelat muda yang seragam, tetap menimbulkan keindahan tersendiri yang mendalam.

Menara yang menjulang: Dokpri
Menara yang menjulang: Dokpri

Uniknya selain berfungsi sebagai muazin melantunkan azan untuk memanggil orang untuk sholat di masjid, menara ini juga pernah memiliki berbagai fungsi yang lain. Di antaranya sebagai mercu suar yang memerikan petunjuk bagi para pengelana atau musafir yang berjalan di padang pasir di malam-malam tanpa Bintang.  

Namun yang sedikit mengganggu adalah menara ini pun pernah digunakan sebagai tempat eksekusi baik para kriminal maupun orang yang tidak disukai oleh penguasa.  Mereka dilemparkan dari atas menara untuk menemui ajalnya.  Karena itu pula menara Kalon ini mendapat julukan yang sadis yaitu Tower of Death atau Menara Kematian.

Di bagian dasar menara, terdapat ornamen dan juga tulisan yang menyebutkan nama arsitek menara ini yaitu Master atau Usto Bako. Namun ada cerita yang menarik tentang sang arsitek yang mengatakan bahwa dirinya kemudian kurang puas dengan hasil karyanya dan akhirnya dia ingin dimakamkan di tempat yang akan terkena reruntuhan menara ini jika runtuh.  

Makam Usto bako ini kemudian ada dengan jarak sekitar 45 meter dari menara Kalon ini. Yang tidak kalah menarik juga adalah bahan-bahan campuran untuk membangun menara yang terbuat dari bata ini, yaitu ternyata dibangun dengan campuran kuning telur, susu unta dan darah banteng. 

Kubah kecil hamam: Dokpri
Kubah kecil hamam: Dokpri

Sambil mendengarkan cerita dan legenda tentang Menara Kalon, saya melihat ada penjual es krim di depan pintu masjid. Terlihat sangat segar dan menantang di sore yang panas itu. 

Akhirnya saya membeli es krim yang disajikan secara tradisional itu dengan harga 5000 Sum saja.    Sambil menikmati es krim kisah-kisah tentang Menara ini terus berlanjut. Di belakang menara ini tambah deretan kubah-kubah kecil yang merupakan hamam atau tempat mandi yang sudah ada sejar ratusan tahun

Demikianlah hanya kurang satu abad setelah kompleks menara dan masjid ini dibangun, bangsa Mongol datang menyerbu Asia Tengah dan menghancurkan apa saja yang dijumpai.  Tepatnya pada Februari 1220, tentara Mongol dibawah pimpinan Genghis Khan menyerbu Bukhara. 

Namun ketika tiba di depan menara Kalon ini, pelindung kepala Genghis Khan terjadi dan dia harus membungkuk untuk mengambilnya. Karena itu menara ini tidak jadi dihancurkan oleh tentara Mongol sementara masjid Kalon yang asli sudah diratakan dengan tanah. Demikian menurut legenda yang beredar hingga saat ini dan sering diceritakan oleh para pemandu wisata.

Saya kemudian agak menjauh dan melihat menara ini dengan sapuan pandangan mata dari bawah ke atas.  Ternyata ada sebuah jembatan yang menghubungkan menara dengan tembok masjid. Dari sini kita dapat masuk ke dalam menara dan menaiki 105 anak tangga berbentuk spiral menuju ke rotunda di puncak menara, tempat orang-orang yang harus menghadapi kematian menghembuskan pandangan terakhir sebelum dijatuhkan ke bumi dan menemui ajalnya. 

Demikian sekilas kisah mengenai sebuah menara yang pernah memiliki banyak fungsi dan juga selamar berates tahun menjadi bangunan tertinggi di Bukhara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun