Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belajar Sejarah dan Kemanusiaan dari Kumpulan Perangko

15 Oktober 2023   07:54 Diperbarui: 15 Oktober 2023   11:59 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Abadi

Jakarta, 31 Desember 1991

Setelah sejenak termenung dan sekaligus mengenang jasa Pak Pos sebagaimana ditulis pada prasasti tadi, saya melanjutkan perjalanan memasuki gedung utama kantor pos. Pagi itu suasana sepi, hanya ada beberapa orang di beranda yang luas. Sesekali sistem antrean menyebutkan nomor antrean dan loket. 

 Dokpri
 Dokpri

Di sini juga ada dua buah vending machine. Yang pertama menjual kopi serta minuman baik hangat dan dingin, yang satu lagu menjual makanan ringan dan minuman.  Setelah membeli kopi dingin dan membayar menggunakan QRIS uang elektronik, saya duduk di kursi yang lebar, nyaman dan empuk sambil memperhatikan sekeliling.  Di sudut hanya ada seorang lelaki berkaos coklat, berusia sekitar tiga puluh tahunan terlihat sedang sibuk mempersiapkan sesuatu di meja.

Ketika seorang satpam lewat, saya menanyakan dimanakan tempat pertemuan alias Meet Up para penggemar perangko alias Filatelis Jabodetabek yang diadakan pagi hingga siang itu.  Maklum saya sendiri belum mengenal satu pun peserta atau panitia karena ini adalah kedatangan perdana saya di acara seperti ini.   Pak Satpam kemudian menunjuk lelaki berkaos warna cokelat tadi.  Saya memang sudah menduga sebelumnya walau takut salah pada awalnya.

Saya segera menghampirinya. Mengucapkan salam dan kemudian memperkenalkan diri. 

Budi, demikian nama lelaki itu dan kami sejenak bercakap-cakap sambil menunggu kedatangan peserta lain. Tidak lama kemudian, seorang perempuan yang disebut Tante Miau juga datang sambil membawa bungkusan berisi oleh-oleh makanan dari Yogya. Ada bakpia, wingko dan berbagai jenis makanan lainnya. Sekotak air mineral juga sudah tersedia di atas meja berdampingan dengan beberapa lembar kartu pos yang sudah lengkap dengan nama, Alamat dan perangko-perangko yang cantik.

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Menurut Budi, ini untuk acara penandatanganan kartu pis yang nanti akan dikirimkan ke Alamat masing-masing.  Saya sempat melihat nilai nominal perangko yang ternyata lumayan mahal. Untuk Tujuan Jakarta dan sekitarnya harganya masih murah yaitu sekitar 4000 Rupiah, Namun untuk ke luar Jawa seperti Bengkalis di Kepulauan Riau, biaya perangkonya sudah mencapai 28 Ribu dan kalau ke Papua bisa lebih 80 Ribu?  Wah sangat mahal sekali sekarang karena saya ingat baru saja mengirim kartu pos dari Tashkent ke tanah ar dengan biaya perangko hanya 6.800 Sum alias sekitar 9000 rupiah saja.  Kartu pos cantik itu pun sampai sekitar dua minggu setelah dikirim.

 Jung Beson: dokpri
 Jung Beson: dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun