Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 20: Pohon Agus

11 Oktober 2023   15:31 Diperbarui: 11 Oktober 2023   15:36 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekitar 1 jam 40 menit naik kereta cepat Afrisiyob yang menempuh jarak lebih 230 kilo meter dari Samarkand, kami tiba di Stasiun Bukhara atau Buxoro dalam tulisan Latin bahasa Uzbek.  Stasiun Boxoro pun tidak kalah cantiknya dengan stasiun Tashkent dan Samarkand.   Kalau stasiun Samarkand sangat kental dengan nuansa Soviet, maka stasiun Buxoro yang dari luar terlihat bertingkat dua dengan deretan lengkungan-lengkungan yang mengingatkan saya akan bangunan masjid atau madrasah yang saya lihat di Samarkand.   

Kereta Cepat: Dokpri
Kereta Cepat: Dokpri

Sekilas nuansa arsitektur Islam lebih menonjol di Stasiun ini. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami sempat mampir ke dalam stasiun untuk berkunjung ke Hojatxona. Walhasil ketika keluar dari stasiun melalui pintu samping, sebagian kami adalah rombongan  terakhir keluar dari stasiun dan pintu gerbangnya mau ditutup oleh petugas. 

Stasiun Buxoro: Dokpri
Stasiun Buxoro: Dokpri

Cuaca cukup cerah dan sinar Mentari bersinar cukup Terik siang itu.  Stasiun Buxoro atau lebih tepatnya Buxoro 1 ini letaknya lumayan jauh dari pusat kota dan terletak di kawasan yang Bernama Kagan.  Ini dapat saa perhatikan di gadget ketika mengambil gambar.  Di depan stasiun, banyak pengemudi taksi yang menawarkan jasanya. Namun tentu saja sudah ada kendaraan van yang menanti kami. 

Welcome to Buxoro: Dokpri
Welcome to Buxoro: Dokpri

 Sebuah papan besar bertuliskan "Buxoroga Xush Kelibsiz," serta bergambar kereta cepat Afrisiyob dan tempat-tempat wisata di Bukhora menyambut kami.  Papan ini sebenarnya adalah pembatas proyek gedung-gedung berlantai emat atau 5 yang sedang dibangun di sekitar stasiun.  

Perjalanan dari stasiun menuju ke pusat kota atau Old City tempat hotel kami memakan waktu sekitar 30-40 menit melewati jalan-jalan yang lebar dan tidak terlalu ramai.  Sekilas cuaca di Bukhara di siang hari lebih panas dibandingkan di Samarkand, maklum secara geografis Bukhara memang terletak di sekeliling aoleh padang pasir.   Tidak mengherankan selama dalam perjalanan kereta, padang pasir menjadi sajian utama pemandangan.

Kota Tua: Dokpri
Kota Tua: Dokpri

Ketika kendaraan kami berhenti di tepi jalan di dekat Kota Tua, Guljan, pemandu wisata kami yang akan menemani selama kunjungan di Bukhara sudah menyambut dengan rama. Seorang Perempuan berusia sekitar 30 tahunan yang tampak sangat cekatan melaksanakan tugasnya.  Guljan sedikit berbeda dengan Daniyor yang jauh lebih banyak berbicara dab ramah dalam memperkenalkan dirinya dan mencoba mengenal anggota rombongan kami satu persatu.

"Dari sini, kita harus berjalan kaki sekitar 5 menit menuju hotel," demikian kata Guljan menjelaskan. Lokasi hotel di pusat kota tua memang terletak di kawasan yang khusus untuk pejalan kaki.  Dari kendaraan , kami kemudian menuruni beberapa anak tangga dan melihat keadaan sekitar yang penuh dengan bangunan tua berusia ratusan tahun.   Kami melewati sebuah empang atau kolam terbuka dan di sekitarnya banyak restoran dan cafe di alam terbuka.  Selain pohon-pohon yang cantik, meja dan kursi di caf dan restoran di sekitar kolam pun sangat cantik dan menarik.

Pohon Agus: Dokpri
Pohon Agus: Dokpri

"Di sini ada sebuah pohon yang saya jadikan cover depan salah satu buku saya," kata mas Agus sambil menunjuk ke sebuah pohon.   Saya langsung teringat dengan buku Titik Nol yang bergambar seorang anak sedang melompat dari sebuah pohon.  Memang tidak salah lagi ini adalah pohon tersebut.  Mas Agus juga bercerita bahwa dulu di tempat ini banyak anak-anak bermain dan melompat ke kolam dari pohon seperti dalam foto yang kemudian dijadikan cover buku Titik Nol tersebut.   Sejak itu, setiap kali melewati kolam dan pohon ini, saya memberi nama baru kepada pohon ini, yaitu pohon Agus.

Titik Nol: Gramedia
Titik Nol: Gramedia

Suasana kota tua Bukhara sangat hidup dan ramai. Di sini, hotel , penginapan , cafe, restoran, dan toko suvenir ada di sekitar dan semuanya mudah dicapai dengan hanya berjalan kaki. Kami melewati Ulitsa Bahauddin Naqsabandhi yang merupakan jalan utama di kota tua dimana banyak juga gerai yang menjual minuman ringan dan es krim lalu belok kiri di sebuah gerbang bertuliskan Khoja Nasruddin,  Hotel kami berada di jalan kecil ini, tidak jauh dari sebuah museum wayang .

Jalan di Kota Tua: Dokpri
Jalan di Kota Tua: Dokpri

Kami menaruh koper dan barang bawaan di kamar hotel, acara siang itu langsung dimulai dengan menikmati makan siang di sebuah restoran yang jaraknya hanya dua tiga menit dari hotel. Hanya terletak beda satu lorong dari hotel. Sebuah restoran tradisional dengan dekor yang menarik dan menyediakan kuliner Uzbekistan dan Bukhara yang tidak kalah lezat dibandingkan dengan makanan yang sudah kita nikmati di Samarkand. Sekali lagi nasi plov, laghman, samsa dan sashlik menjadi menu andalan dan tentu saja semangka dan melon serta roti nan selalu menemai di meja makan.

Restoran: Dokpri
Restoran: Dokpri

Setelah makan siang, barulah perjalanan menjelajah Bukhara dimulai dengan naik kendaraan menuju ke Bukhara Ark dan juga Masjid Bolo Hauz.  Kami kembali melewati ruang terbuka degan taman-taman yang selalu ramai. Di sini juga ada patung Abu Nawas yang lebih dikenal dengan nama Khoja Naseruddin yang sedang menunggang seekor keledai.   Ah cerita-cerita Abu Nawas yang jenaka sangat saya sukai ketika membaca kisah-kisah dari negeri 1001 malam.  Dan siapa sangka akhirnya saya bisa sempat berkunjung ke Bukhara, kota kelahiran Khoja Nasruddin alias Abu Nawas ini.

 Namun sebelum naik ke mobil dan memulai jalan-jalan di Bukhara , kami sekali lagi  harus melewati kolam dengan pohon unik yang saya namakan Pohon Agus. Dan tentu saja pohon Agus ini akan selalu menemani perjalanan kami baik pulang dan pergi selama di Bukhara.

Selamat menikmati perjalanan di Bukhara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun